Masih dihari yang sama. Mendengar kalau Silmi sudah mempunyai calon meskipun sosoknya belum kelihatan, itu sudah menunjukan sikap penolakan dari Silmi.
"Begini Silmi. Kedatangan Om sama Tante kesini sebenarnya ingin menjodohkan Silmi dengan putra Om, Faris Junaedi. Dia ganteng loh Sil, mirip sama Om" tutur pak Edi sambil tersenyum senyum memuji putranya. Silmi malah menganga sambil menatap postur tubuhnya pak Edi yang gemuk seperti Dewi.
"Astaghfirullah alazim, kalau mirip Om Edi, itu artinya? ? ? ?. Sulit untuk dibayangkan" batin Silmi.
"Mimi, dulu Abi pernah bilang padamu kan, kalau Abi akan memperkenalkan mu dengan anak temennya Abi. Dan Faris itu adalah orangnya" ucap ustadz Usman.
"FARIS?????"
"Aku maunya berondong Bi, tidak mau Om Om" bisik Silmi hingga ustadz Usman langsung mengernyit.
"Mimi, dia bukan Om Om, dia hanya 7 tahun lebih dewasa darimu. Kakakmu saja yang usianya 32 tahun masih terlihat muda. Apalagi Faris yang seorang Direktur utama, pasti penampilannya keren dengan setelan jas serta bodiguard dibelakangnya" ucap ustadz Usman sambil berbisik pula.
"Si Abi, sejak kapan jadi matre begini" batin Silmi.
Silmi sudah mengerucutkan bibirnya, mau protes tapi tidak enak karena masih ada pak Edi dan Bu Santi.
"Abi, inikan sudah bukan jamannya lagi SITI JUBAEDAH yang harus di jodoh jodohkan" ucap Silmi. Semua langsung mengernyit.
"Bukan Siti Jubaedah Mimi, tapi Siti Nurbaya" teriak Syifa keceplosan yang kini sedang mengintip didalam, ia langsung membungkam mulutnya sendiri.
"Si Semok malah ngintip"
"Jangan dipaksa Man. Aku tidak akan memaksa Silmi untuk menikah dengan Faris. Hanya saja tolong beri kesempatan mereka untuk saling mengenal dulu. Kalau sudah saling mengenal satu sama lain, tau kelebihannya, tau kekurangannya, tau keburukannya. Barulah disitu, mau menerima atau menolak pun itu keputusan mereka. Aku tidak akan memaksa" tutur pak Edi
"Bagaimana Mimi, kau mau kan mengenal Faris dulu?" tanya ustadz Usman. Silmi pun terpaksa mengangguk.
"Jika aku sudah mengenal Om Faris dan, , ," belum juga Silmi selesai bicara, ustadz Usman sudah memotong ucapannya.
"Manggilnya jangan Om Faris, dia masih muda belum Om Om" protes ustadz Usman. Silmi sudah menggeram dalam hati.
"Jika aku sudah mengenal mas Faris, sudah tau kekurangannya, sudah tau kejelekannya, keburukannya bahkan tau kelebihannya, tapi aku tetap tidak menyukai mas Faris bagaimana?" tanya Silmi. Semua malah tersenyum.
"Kita tidak akan memaksamu, itu hak mu untuk tidak menerima. Hanya saja sekarang kita ingin kalian saling mengenal dulu" tutur pak Edi. Silmi pun mengangguk setuju.
"Alhamdulillah"
Semua merasa senang dengan keputusannya Silmi yang mau saling mengenal dengan Faris. Tidak lama kemudian datanglah ustadz Soleh (Pakde Silmi) bersama Fadil.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Pak Edi pun tersenyum melihat ustadz Soleh salah satu sahabatnya juga.
"Masya Allah Edi, lama sekali kita tidak bertemu" ucap ustadz Soleh sambil merangkul pak Edi.
"Aku pun rindu, sudah lama tidak bertemu kalian"
"Om Edi masih ingat aku gak?" tanya Fadil. Pak Edi pun menatap Fadil sambil mengingat ngingat.
"Kau Fadlan ya?" jawab Pak Edi.
"Aku Fadil Om, putranya Abi Usman, kakaknya Silmi" Fadil mengingatkan.
"Fadil??"
"Hmmmm. Ganteng pake banget ya Om" ucap Fadil sambil tersenyum senyum.
"Fadlan itu putraku" ucap ustadz Soleh.
"Oh iya aku sampai lupa saking lamanya tidak bertemu. Kau anaknya Usman yang paling ganteng pake banget" tutur pak Edi sambil merangkul Fadil. Fadil sudah tersenyum senyum merasa bangga dibilang paling ganteng, padahal dirinya adalah satu satunya putra laki lakinya ustadz Usman, ya tentu saja dibilang paling ganteng, karena Silmi sudah tentu cantik karena perempuan.
"Apa kabar Fadil bin Usman?"
"Alhamdulillah sehat Om. Tapi kalau dilihat-lihat, Om Edi lebih sehat ya, tumbuh makmur kaya ibu mertuaku" ucap Fadil hingga Nisa mencubit pinggang putranya itu.
"Yang sopan kalau bicara"
"Iya maaf Umi, bercanda doang" ucap Fadil sambil cengengesan.
"Tidak apa-apa, aku yakin Fadil adalah titisannya Usman hingga iya mempunyai sifat humoris seperti ayahnya" ucap Pak Edi sambil menepuk pundaknya Fadil.
Mereka pun mengobrol ngobrol didepan rumah. Melepas rasa rindu serta bernostalgia mengingat kembali masa muda yang nampak menyenangkan jika diingat.
"Umi, si Syifa S Ese M omOK sudah pulang belum?" tanya Fadil.
"Sudah, Syifa ada didalam, tadi dia menunggumu. Bilkis juga masih bersama Dewi"
"Om Edi, Tante Santi, aku pamit kedalam dulu ya. Kangen istri" ucap Fadil yang kini masuk kedalam rumah orang tuanya, di susul oleh Silmi yang mulai tidak nyaman dengan pembicaraan para orang tua itu.
Saat Fadil masuk, ia terkejut melihat istrinya yang sedang ngintip dibalik jendela.
"Astaghfirullah alazim. Semok sayang kau mau bintitan ngintip ngintip begitu" ucap Fadil. Syifa sudah tersenyum malu.
"Sssttthhh. Maaf Abang aku kepo" Syifa sudah cengengesan.
Tiba tiba Silmi masuk sambil merajuk.
"Kaaak"
"Ada apa Mimi sayang" Fadil mendekati adik bungsunya itu.
"Abi gak asik deh. Masa aku mau dijodohkan dengan anaknya Om Edi" Silmi sudah mengerucutkan bibirnya tidak jelas. Namun Fadil malah tersenyum.
"Waah justru itu bagus Mimi. Keluarga Om Edi itu terpandang, terhormat dan kaya raya, nanti hidupmu bisa terjamin kalau kau mau menikah dengan putranya. Kau bisa jadi ibu Bos" tutur Fadil yang sudah setuju jika Silmi menikah dengan Faris. Silmi mengernyit lalu kembali mengerucutkan bibirnya.
"Ikh kak Fadil ko malah ikut ikutan sih" gerutu Silmi.
"Memangnya kau tidak setuju Silmi?" tanya Syifa hingga Silmi langsung menggeleng.
"Kenapa tidak setuju?, apa karena putranya Om Edi itu seorang pemimpin perusahaan, bukan seorang ustadz?" tanya Fadil.
"Profesi apapun tidak masalah yang penting kerjaannya halal dan baik. Tapi masalahnya, aku kan sudah terlanjur terobsesi dengan berondong"
"Kau terlalu mengidolakan Tante Aisyah sama Om Riziq sih, jadinya kan kaya begini" ucap Fadil sedikit menggerutu.
"Kak sering banget aku baca di beberapa novel buku, kalau seorang yang kaya raya, berpangkat tinggi, bergelimang harta, pemimpin perusahaan itu pasti banyak pacarnya" tutur Silmi.
"Heei Mimi, gak semua orang kaya seperti itu. Diluar sana masih banyak laki laki kaya namun bersikap baik dan bersikap sopan terhadap perempuan. Kak Fadil yakin kalau putranya Om Edi adalah lelaki yang baik. Buktinya Abi menyetujui rencana perjodohan itu. Abi tidak mungkin memberikanmu pada sembarang orang. Abi pasti tau tentang babat, bibit, bubut, bebet dan bobotnya" tutur Fadil mencoba meyakinkan.
"Tapi kak, barusan Om Edi bilang kalau putranya itu mirip sekali dengannya" tutur Silmi. Tiba tiba Fadil dan Silmi langsung tertawa.
"Loh, ko kalian malah tertawa sih. Sebel deh" gerutu Silmi.
"Kalau soal Faris yang mirip dengan bapaknya, justru itu bagus Mimi. Nanti semua menantu dan besannya Abi tumbuh makmur semua" tutur Fadil yang langsung tertawa tawa.
"Silmi, orang yang badannya tumbuh kesamping itu, pertanda kalau hidupnya itu bahagianya pake pol. Iya kan Abang Fayang?"
"Iya dong Semok"
"HUAAAAAA kalian Zahara" rengek Silmi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Neulis Saja
silmi, be peace with your heart
2022-12-25
1
Akhwat Qalbi
lanjut Thor
2021-10-07
1
Tri Utami266
berarti aq juga hidup makmur ni mbk risma soalnya badanku juga tumbuh ke samping bukan ke atas, beda sama ketiga adikku yg tumbuh ke atas semua.
2021-09-21
1