Setelah kepulangan Pak Edi dan Bu Santi, ustadz Usman terus mengingat pesan sahabatnya itu sebelum pulang.
"Man, aku sangat dan sangat berharap sekali jika kita bisa berbesanan. Aku ingin sekali jika Faris bisa menikah dengan Silmi. Kau mau kan mewujudkan impianku itu" pinta Pak Edi penuh harap. Ustadz Usman pun merasa aneh dengan ucapan sahabatnya itu, namun ia mengangguk sambil tersenyum.
"Aku pasti akan membantu, membuat Silmi jatuh hati pada putramu"
Sebelum masuk kedalam mobil, pak Edi sempat melambaikan tangannya pada Ustadz Usman dan ustadz Soleh.
"Hati hati" teriak ustadz Usman.
Kini Silmi pergi menemui Anum dan Hawa ditepi perkebunan. Silmi sudah menceritakan tentang rencana ustadz Usman dan pak Edi yang akan menjodohkannya. Tentu saja Hawa dan Anum langsung terkejut.
"Kau beneran mau dijodohkan?"
Silmi mengangguk ngangguk.
"Waah selamat ya Silmi, sebentar lagi jodohmu akan kelihatan" ucap Hawa merasa senang. Silmi malah cemberut tidak jelas.
"Gak usah ngeledek, aku gak setuju lah. Aku gak mau menikah sama Om Om, aku maunya sama berondong. Buatmu saja Hawa" ucap Silmi hingga Hawa mengernyit.
"Maaf ya Silmi aku menolak. Target menikahiku kan usia 26 tahun, sekarang usiaku baru menginjak 25, masih ada waktu untuk sendiri. Lagi pula aku tidak mau jadi pelakor" jawab Hawa. Silmi sudah cemberut, sementara Anum sudah tertawa tawa.
"Ini semua gara gara kalian yang sering menyumpahi ku agar aku dapat jodoh Om Om" gerutu Silmi.
"Silmi, usia kalian kan cuma beda 7 tahun doang, dia pasti belum kelihatan Om Om. Usia 30 tahun itu masih muda dan seumuran sama kak Syakir"
"Yang penting kan pesonanya masih berondong" ucap Hawa.
"Asal kalian tau ya. Kata Om Edi, putranya itu mirip sekali dengannya. Dan asal kalian tau juga, kalau Om Edi itu mirip Tante Dewi" tutur Silmi. Anum dan Hawa sudah menunduk menahan tawanya, mau tertawa pun takut Silmi marah.
"Kau mau menolaknya Silmi?" tanya Hawa.
"Mau pake banget, tapi Abi sama Om Edi memintaku untuk mengenal Om Faris dulu. Kalau sudah saling mengenal, mereka tidak akan memaksa jika aku masih menolaknya" tutur Silmi. Hawa dan Anum pun mengangguk.
"Ya sudah kau kenalan dulu saja. Tidak ada salahnya menjalin silaturahmi. Jika orang tuanya saling berteman, tidak ada salahnya jika anak anaknya pun ikut berteman juga" tutur Hawa.
"Betul pake banget. Tapi kudo'akan, semoga kau berjodoh dengannya. Asal kau tau saja Silmi, laki laki yang pipinya cabi lebih menggemaskan dari pada laki laki berotot" tutur Anum.
"Tapi aku curiga ya. Kenapa laki laki hebat, kaya raya, punya kekuasaan seperti dia diusia yang 30 tahun belum juga mendapatkan jodoh. Fix, ini orang kalau gak ******* dia pasti jeleknya pake banget" tutur Silmi. Hawa dan Anum malah tertawa.
"Heei jangan salah Silmi. Kan ada lagunya, harta dan tahta, jelek gak apa apa asal banyak duitnya"
"Berarti orang yang tidak ganteng saja jika banyak uang pasti banyak yang mau. Ini harta banyak kekuasaan tinggi. Berarti ini orang punya kelainan hingga para wanita tidak ada yang berminat dengannya. MEN CU RI GA KAN" ucap Anum.
"Tapi kalian harus bantu aku ya. Pokoknya Om Faris itu, harus dan harus menolaku. Buat dia tidak menyukaiku" pinta Silmi.
"Iya Mimi sayang"
"Jangan panggil aku Mimi, tapi panggil aku Sisil"
"Iya Sholehah Silmi Kaffah"
Tiba tiba datanglah Athar suaminya Anum sambil menggendong Hasbi putra mereka.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Anum tersenyum dan langsung menggendong Hasbi.
"Duuh sayangnya Umi"
"Ayo pulang, sebentar lagi azan Ashar" pinta Athar. Anum pun mengangguk.
"Hawa, Silmi, aku pulang duluan ya. Assalamualaikum" pamit Anum dan Athar.
"Waalaikumussalam"
"Dadah Dede Hasbi"
Silmi dan Hawa sudah melambai lambaikan tangannya pada Hasbi yang kini mulai melebarkan senyum sambil mengeluarkan suara khas bayi. Hawa dan Silmi pun ikut meninggalkan tempat itu.
Dijalan mereka tidak sengaja bertemu dengan Riziq dan Aisyah.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumussalam"
"Umi sama Abi mau kemana?" tanya Hawa.
"Abi sama Umi mau ke rumahnya kakakmu dulu, mau jagain Jihan sama Jinan" jawab Aisyah.
"Aku ikut ya Mi" pinta Hawa yang mulai rindu dengan keponakan keponakannya.
"Silmi, Om lihat tadi siang ada tamu datang ke rumahmu ya?, siapa mereka Sil?" tanya Riziq.
"Itu Om Edi sama istrinya, mereka sahabatnya Abi sama Pakde Soleh"
"Bukan cuma sahabat Bi, tapi mereka itu calon besannya Pakde Usman" ucap Hawa Sambil diselingi tawa tawa kecil. Silmi langsung cemberut.
"Benarkah itu Silmi?" tanya Aisyah penasaran.
"Jangan didengerin si Hawa mah" gerutu Silmi.
"Kau mau ikut gak Sil ke rumahnya kak Adam?"
Silmi pun terdiam.
"Kayanya aku langsung pulang deh, mau menyendiri dulu" jawab Silmi.
"Waah Silmi sepertinya mau membayangkan Om Faris dulu ya" goda Hawa hingga Silmi langsung menggeram.
Silmi kembali melanjutkan langkahnya. Sesampainya di rumah.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumussalam"
Dilihatnya ustadz Usman, Nisa, Fadil dan Syifa serta Bilkis sedang mengobrol di ruang tamu.
"Tumben tumbenan sekali kak Fadil sama kak Syifa seharian ini betah di rumahnya Abi. Pasti mereka sedang merencanakan sesuatu. Mencurigakan pake banget" batin Silmi.
"Duduk sini, kita mau bicara" pinta Nisa sambil tersenyum.
Silmi kini sudah duduk disebelahnya Nisa, masih cemberut dan tidak mau bicara.
"Mimi, kenapa datang datang senyum senyum begitu?" tanya Fadil sedikit menggoda adik perempuannya itu.
"Aku gak lagi senyum senyum kak, tapi aku lagi cemberut" gerutu Silmi.
"Ikh Abang, aku yang ngintip kenapa Abang yang bintitan. Jelas jelas Silmi itu cemberut, kenapa dibilang senyum senyum. Nanti kuantar ke klinik mata ya Bang" ucap Syifa hingga Fadil langsung mengernyit.
"Duuh si Semok gak ngerti sindiran halus kali ya. Taunya dia mah mahkluk halus doang sih" batin Fadil.
Ustadz Usman pun mengelus kepalanya Silmi.
"Dengarkan cerita Abi ya Mi. Abi, Om Edi, Pakde Soleh itu bersahabat dari dulu. Om Edi ingin sekali berbesanan dengan Abi, karena waktu itu pakde Soleh anaknya laki laki semua. Dan Abi pun mempunyai kakakmu yang laki laki. Om Edi berharap sekali jika putranya bisa menikah dengan perempuan baik dan Sholehah. Jadi saat Om Edi tau, Abi mendidik dan membesarkan mu disini, ia berharap sekali jika Faris bisa menikahimu. Abi memang belum pernah bertemu dengan Faris versi dewasa, tapi waktu kecil Abi sering menggendong nya. Dia sering bermain dengan kakakmu" tutur ustadz Usman.
Silmi pun menunduk namun masih mendengarkan.
"Abi kasih tau sedikit. Faris adalah putra semata wayangnya Om Edi dan Tante Santi. Dia laki laki hebat yang Abi kenal. Dia menjadi pemimpin disetiap perusahaannya JUNAEDI GRUP. Dia selalu berhasil dalam setiap proyeknya. Hanya saja dulu dia punya masa lalu yang kurang baik" tutur ustadz Usman hingga Silmi menatapnya meminta jawaban.
"Kurang baik bagaimana Bi?"
"Abi juga kurang tau jelas. Tapi katanya dulu itu dia punya penyakit hidung sama penyakit mata" ucap ustadz Usman. Silmi langsung mengernyit.
"Ikh pasti dulu Om Faris itu matanya katarak dan hidungnya ingusan. Ikh ngeri" batin Silmi.
"Diakan orang kaya. Punya penyakit seperti itu memangnya tidak diobati?" tanya Syifa.
"Sekarang mah penyakit mata sama penyakit hidungnya alhamdulillah sudah sembuh. Selama dua tahun terakhir ini, Faris menunjukan perubahan yang baik. Sudah rajin solat, meninggalkan kebiasaan buruknya, dan kini dia sedang berusaha menjadi laki laki yang Soleh" tutur ustadz Usman kembali.
"Si Abi bicaranya pake kode kode halus segala, dikira putrinya ngerti aja" batin Fadil
"Masa lalunya buruk ya Bi?" tanya Silmi takut.
"Itu hanya masa lalunya Mimi, sekarang Alhamdulillah sudah berubah"
"Apa dulunya dia mantan preman kaya ustadz Ibrahim?" tanya Silmi.
"Apapun masa lalunya, yang penting sekarang dia sudah berubah dan meninggalkan hal hal buruk. Semua orang punya masa lalu dan punya kesalahan. Yang penting kan sekarang sudah berubah menjadi lebih baik" tutur ustadz Usman.
"Jangan lihat masa lalunya, tapi lihatlah dia yang sekarang" pinta Nisa.
"Waah Mimi, jika kau jadi menikah dengan Faris, nanti kau jadi ibu Bos. Waah keren" ucap Fadil.
"Abang, ibu bos itu yang kerjaannya tinggal duduk dan tanda tangan ya. Abis itu kalau ngambil uang tinggal digesek doang ya" ucap Syifa. Fadil pun mengangguk ngangguk.
"Abang, aku juga mau dong jadi ibu Bos" ucap Syifa penuh harap.
"Itu mah gampang, kau tinggal duduk jagain lilin saja, nanti uang akan berdatangan sendiri" goda Fadil (Jangan ditiru). Syifa langsung mengernyit.
"Itu sih namanya ngepet Abang. Ikh gak mau amit amit" ucap Syifa bergidik ngeri. Fadil langsung tertawa tawa.
"Abang bercanda semok"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Sartika Fajar
mata keranjang dan hidung belang y thor???
2022-03-21
1
Tri Utami266
faris pasti mantan playboy yg sering gonta ganti cewek.
2021-09-21
2
Khoerun Nisa
orang kaya nma perusahan dan nm pnjang nya gk keren banget junaedi
2021-09-11
2