Siang pun tiba. Bunyi klakson mobil mewah terdengar didepan gerbang utama. Bang Muklis sekuriti senior sekaligus besannya ustadz Usman berlari mendekati lalu membukakan gerbang utama pesantren.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Bang Muklis pun menyapa dengan sopan, ketika kaca mobil belakang terbuka hingga memperlihatkan sepasang suami istri yang usianya sudah paruh baya namun terlihat elegan. Yang lelaki bertubuh gemuk namun terlihat berwibawa dengan penampilan dan sikapnya. Dan yang perempuan terlihat elegan dengan penampilan khas ibu ibu sosialita namun dengan penampilan sopan dan sikap yang ramah.
"Saya pak Edi, saya mau ketemu ustadz Usman. Kebetulan, beliau adalah sahabat saya" ucap pak Edi memberitahu, Bu Santi istrinya pun mengangguk tersenyum. Bang Muklis mengangguk dan bergegas membukakan gerbang lebar lebar hingga mobil mewah itu bisa masuk.
Setelah mobil berhasil masuk, Mas Cipto supir pribadinya pak Edi pun langsung membunyikan klakson mobilnya.
Tiiiiid . .
Lalu pergi menuju rumahnya ustadz Usman. Bang Muklis pun menatap kepergian mobil mewah itu.
"Kapan aku punya mobil semewah itu?. Duuuh Muklis, mimpimu ketinggian, kalau jatuh nanti takutnya kecetit kan sakit. Bersyukur saja kalau kau sudah punya si sexy Dewi istri tercinta, dan si Syifa semok putri tersayang. Juga tak lupa si gemoy Bilkis cucu terehem" tutur Bang Muklis yang selalu berusaha untuk bersyukur dengan yang ia punya sekarang yaitu keluarga.
Mobil mewah itu pun berhenti tepat didepan rumahnya ustadz Usman. Mas Cipto pun turun lebih dulu lalu bergegas membukakan pintu untuk majikannya itu. Pak Edi adalah orang yang sangat sukses hingga mempunyai beberapa perusahaan ternama di kota Z. Tubuhnya begitu gemuk, pertanda hidupnya begitu makmur. Sementara dengan Bu Santi, wanita paruh baya yang kini rambutnya sudah disanggul rapih nampak tersenyum. Meskipun tidak berhijab, Bu Santi berpenampilan sopan dan berwibawa.
Ustadz Usman dan Nisa sudah berdiri didepan rumah sambil melempar senyum atas kedatangan sahabat kecilnya itu.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Ustadz Usman sudah mendekati sahabatnya itu.
"EDIIII, , , Masya Allah, kau tumbuh subur sekali seperti besanku" ucap ustadz Usman sambil merangkul pak Edi.
"Senang sekali bisa bertemu lagi dengan mu Man. Sudah berapa belas tahun kita tidak bertemu, hanya bisa komunikasi lewat telepon. Rasanya rindu banget" ucap pak Edi.
"Jangan rindu, berat. Kau tidak akan kuat. Biar si DILAN saja yang menanggungnya" ucap ustadz Usman bercanda. Pak Edi langsung tertawa.
"Ha ha ha, iya ya aku gak akan kuat. Membawa badanku saja sudah berat" jawab pak Edi yang kini sudah tertawa bersama. Nisa dan Bu Santi pun sudah cipika cipiki dan saling sapa dengan ramah.
"Man, ngomong ngomong kau sekarang terlihat keren ya, rambutmu pake diwarnai segala. Tapi kenapa harus warna putih, kenapa tidak warna merah atau kuning saja biar kelihatan makin keren kaya artis artis Korea" tutur pak Edi. Ustadz Usman langsung mengernyit.
"Ini uban namanya" gerutu ustadz Usman hingga pak Edi pun tertawa.
"Ha ha ha, kupikir rambutmu di cat, rupanya ubanan ya. Rupanya kita sama sama sudah tua" ucap Pak Edi sambil tertawa tawa. Ustadz Usman sudah mengerucutkan bibirnya.
"Iya sudah tua, maklum sudah punya cucu" ucap Nisa.
"Ayo silahkan duduk dulu"
Mereka pun sudah duduk bersama di kursi depan rumah. Nisa sudah menyiapkan minuman dan beberapa cemilan yang kini sudah tersedia diatas meja.
"Silahkan diminum dulu"
"Terima kasih Bu Nisa"
Mereka pun mengobrol ngobrol melepas rasa rindu setelah bertahun tahun tidak bertemu.
"Berapa perusahaan yang kau pimpin sekarang?" tanya ustadz Usman.
"Aku sudah tidak memimpin perusahaan lagi, sudah pensiun. Semua perusahaan ku (Junaedi grup) sudah dipimpin oleh putraku FARIS JUNAEDI (30 tahun). Eh ngomong ngomong, kau sudah membicarakan soal perjodohan anak anak kita belum pada putrimu. Kita kan sudah membicarakan masalah ini di telepon dulu" tutur Pak Edi. Ustadz Usman pun mengangguk.
"Aku sudah pernah membicarakan ini pada Silmi. Ya begitulah anak jaman sekarang. Suka tidak mau di jodoh jodohkan. Apalagi putriku itu sangat terobsesi dengan laki laki yang usianya lebih muda darinya (berondong)" tutur ustadz Usman. Pak Edi dan Bu Santi pun langsung tertawa, merasa lucu dengan keinginan Silmi yang mau dengan berondong.
"Ngomong ngomong, Silmi kemana ya?. Pasti dia sekarang tambah cantik ya" ucap Bu Santi.
"Uuuh bukan cantik lagi, tapi cantik pake banget. Bahkan kakaknya saja lewat" ucap ustadz Usman memuji putrinya.
"Abi, ya tentu saja kakaknya lewat. Fadil kan laki laki, masa iya dia cantik" ucap Nisa diselingi tawa diakhir kalimatnya.
"Man, aku sangat berharap sekali kalau Faris bisa mendapatkan istri yang baik dan Sholehah. Masa lalunya Faris yang sedikit kurang baik hingga dulu dia disebut punya penyakit hidung dan mata, kadang aku suka kasihan padanya Man. Diusianya yang menginjak 30 tahun, dia masih saja sendiri. Uang yang banyak, harta yang berlimpah bahkan kekuasaan yang setinggi langit, tidak menjamin kebahagiaan tanpa seorang istri disampingnya" tutur pak Edi.
"Tapi penyakit hidung sama mata nya sudah sembuh kan?" tanya ustadz Usman. Ia tak mau memberikan putrinya pada sembarang orang.
"Tentu saja Man, putraku sudah sembuh dari penyakitnya. Selama dua tahun terakhir, aku melihat perubahannya. Sikap dan perbuatannya sudah Alhamdulillah baik, solat pun sering dikerjakan nya, hanya saja dia sulit menemukan jodoh"
Ustadz Usman terdiam dan merasa aneh begitu pun dengan Nisa.
"Bukankah putramu itu tampan, kaya raya, pasti dibawah tempat tidurnya banyak uang gepokan, sudah pasti isi bantalnya pun bukan terbuat dari busa, pasti dolar semua isinya. Apa mungkin tidak ada perempuan yang mau mendekatinya?" tanya ustadz Usman.
"Yang mendekati sih banyak, banyak banget malah. Tapi sayang, semua perempuan yang datang mendekatinya kebanyakan pake rok mini. Putraku ingin mendapatkan perempuan Sholehah yang baik dari luar dan dalam. Makanya aku ingin menjodohkan Faris dengan Silmi. Aku yakin kau pasti mendidik Silmi dengan baik. Aku tidak tau lagi harus mencari perempuan baik dan Sholehah dimana selain putrimu. Soleh kakakmu pun anaknya laki laki semua" tutur pak Edi.
"Tapi Silmi itu anaknya manja banget loh. Dan dia tidak mau dipaksa paksa kalau menyangkut soal jodoh"
"Itumah soal gampang, putraku itu punya pesona yang luar biasa. Asalkan putrimu itu mau mengenalnya saja, dia pasti langsung klepek klepek pada putraku" tutur Pak Edi dengan percaya diri. Ustadz Usman malah mengernyit.
"Klepek klepek meninggal?" tanya ustadz Usman yang tidak mengerti.
"Ya bukan Man, maksudnya klepek klepek terpesona, masa iya meninggal" ucap pak Edi.
"Oh terpesona, kirain klepek klepek meninggal. Kaget aku"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Neulis Saja
smile
2022-12-25
1
Maryana Fiqa
masa klepek klepek meninggal dasar ustadz Usman 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-11-30
1
Ari Carla
wkwkkw
2022-11-26
1