Makan malam

Malam pun tiba, Silmi dan Syifa sedang asik memasak di dapur, sementara Fadil sedang bermain bersama Bilkis.

"Kak, masaknya tumben banyak?" tanya Silmi sambil memasukan sup ke dalam mangkuk.

Syifa pun tersenyum.

"Malam ini kak Syifa mau makan enak. Lagi rindu sama ibu" jawab Syifa. Silmi pun mengangguk ngangguk lalu menaruh masakan yang sudah matang ke atas meja. Wangi masakannya begitu menggoda hingga Fadil langsung mendekati.

"Duuh istriku tersayang memang pinter dan jago masak" puji Fadil yang langsung duduk siap menyantap masakannya Syifa yang dibantu Silmi.

"Iya dong Abang, meskipun badanku besar, tapi kalau soal masak memasak mah KECIL. Apa lagi soal menghabiskan makanan, itumah aku sudah hatam" tutur Syifa.

Ketika makanan sudah siap untuk diicip icip, dan Yuda pun sudah mendapatkan jatah makan malam bersama sekuriti rumah itu, tiba tiba saja terdengar bunyi bel rumah.

TING NONG.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam"

"Mimi, tolong bukain pintu dulu, takutnya itu tukang paket. Tadi kak Fadil abis pesen cemilan untuk Bilkis" pinta Fadil.

"Iya kak"

Silmi pun langsung berjalan untuk membukakan pintu. Saat pintu terbuka, Silmi pun menyipitkan matanya menatap Faris sedang berdiri didepan pintu sambil tersenyum.

"Selamat malam" sapa Faris.

"Maaf, tidak terima sumbangan" ucap Silmi sambil menutup kembali pintu rumah itu, namun dengan sigap Faris menahannya.

"Katanya kau mau memberiku kesempatan" ucap Faris mengingatkan.

"Ini sudah malam, ngapain kau datang bertamu?" tanya Silmi.

"Aku diundang kakakmu untuk makan malam" jawab Faris yang kini langsung masuk menuju ruang makan. Silmi sudah menganga.

"Kak Fadiiil, ngapain sih ngundang ngundang putranya pak Edi segala" gerutu Silmi dalam hati.

Silmi pun terpaksa ikut bergabung dimeja makan. Mereka pun makan malam bersama, tak lupa Yuda setelah menghabiskan makan malamnya langsung bergegas masuk untuk menjaga Silmi. Mereka pun makan malam bersama.

"Silmi apa makanannya kau yang masak?" tanya Faris.

"Bukan" jawab Silmi seketika.

"Sebenarnya yang masak itu aku, tapi Silmi banyak membantu" ucap Syifa.

Setelah makan malam selesai, Silmi dan Syifa sudah membereskan piring piring kotor itu. Tiba tiba Faris ikut membantu namun Silmi melarangnya.

"Om Faris mau ngapain?" tanya Silmi.

"Mau membantumu. Aku pernah dengar kalau sebagai suami yang baik harus mau membantu pekerjaan istrinya di rumah" tutur Faris. Silmi langsung mengernyit.

"Tapi aku bukan istrimu"

"Calon" Faris mengingatkan.

"Pede sekali putranya Om Edi ini. Tak kusangka si Om Faris ini tinggat percaya dirinya sudah melanglang buana mengalahkan Tante Selebor" batin Silmi.

"Om Faris pulang saja, perutnya sudah kenyang kan?, sebaiknya pulang. Om Yuda, tolong antarkan Om Faris pulang, takutnya kesasar maklum saja rumahnya jauh pake banget" ucap Silmi. Faris hanya tersenyum.

"Semakin kau bersikeras untuk menolaku, semakin bersikeras pula aku ingin mendapatkan mu. Bagiku kau adalah sebuah tantangan, mungkin itu sulit. Karena aku tau, sesuatu yang berharga tidak akan mudah untuk didapatkan" tutur Faris sambil berbisik. Silmi hanya diam saja, mau menjawab, namun bingung harus menjawab apa.

Setelah mengobrol ngobrol sebentar dengan Fadil, akhirnya Faris pun izin pulang membuat Silmi lega.

"Semuanya, aku pamit pulang dulu, ini sudah malam, Terima kasih untuk undangan makan malamnya" ucap Faris.

"Iya Om Faris, silahkan pulang" Silmi seolah mengusir.

"Mimi, kau jangan panggil Faris dengan sebutan Om dong, gak enak didengar. Faris kan masih muda" protes Fadil.

"Memangnya aku harus memanggil apa?. Apa aku harus memanggil kakak seperti Tante Ira manggil Om Yusuf, atau aku harus memanggil mas seperti Anum pada ustadz Athar, atau aku harus memanggil Abi seperti aku memanggil Abi Usman, atau aku harus memanggil A'a seperti Cahaya memanggil Adam" tutur Silmi.

"Tidak perlu repot-repot memanggil kakak, memanggil Mas, manggil Abi atau manggil A'a. Kau cukup memanggilku sayang, itu sudah membuatku senang dunia akhirat" ucap Faris sambil tersenyum senyum. Silmi langsung mengernyit.

"Ni putranya pak Edi, kayanya berpengalaman sekali soal modus pada perempuan. MEN CU RI GA KAN" batin Silmi.

"Aku pulang assalamualaikum"

"Waalaikumussalam"

Yuda pun mengantar Faris sampai ke tepi jalan.

"Mau Om Yuda panggilkan taxi?" tanya Yuda hingga Faris tertawa kecil.

"Terima kasih Om. Lima langkah juga sampai" jawab Faris sambil menunjuk rumahnya. Seketika Yuda langsung tertawa.

"Ha ha ha, Aku lupa kalau kita tetanggaan. Dimaklumi saja sebagian rambutku sudah banyak warna putihnya, pertanda aku sudah tua hingga penyakit pikun datang bertamu" ucap Yuda. Faris hanya tersenyum lalu melangkah melewati jalan dan sampailah ia di rumahnya.

Sementara dengan Silmi yang kini sudah berada di kamarnya, ia mulai bingung ketika kebiasaan tidurnya yang harus diempok empok dulu ibunya.

"Duuh aku gak bisa tidur kalau gak di temenin Umi dulu" batin Silmi yang kini keluar dan turun ke bawah untuk menemui Syifa. Dilihatnya rumah nampak sepi, hanya tinggal Yuda yang sedang mengobrol dengan sekuriti depan.

Mau tidak mau Silmi pun mengetuk kamar Fadil.

Tok tok tok.

"Kak Syifa"

Cekleeek.

Fadil membuka pintu.

"Apa Mimi, ini sudah malam tidurlah" ucap Fadil. Silmi sudah kebingungan.

"Aku gak bisa tidur kak"

"Hadeuuuh. Kau terlalu manja sama Umi, masa sudah besar begini tidur harus di nina bobokan dulu. Si Bilkis saja cuma dielus kepalanya langsung merem" gerutu Fadil. Silmi langsung cemberut.

"Aku beneran gak bisa tidur, pinjem ka Syifa dulu ya, buat nemenin tidur, nanti kalau aku sudah sampai ke alam mimpi baru kak Syifa boleh pergi" pinta Silmi.

"Gak boleh. Kita lagi program anak kedua. Mimi jangan ganggu. Sana masuk kamar, telpon Umi biar di temenin lewat telepon" ucap Fadil sambil menutup pintu kamar hingga Silmi langsung cemberut.

Mau tidak mau, Silmi pun kembali ke kamarnya.

"Hadeuuuh Silmi, kenapa harus punya kebiasaan tidur harus ditemenin, harus dielus dinina bobokan diempok empok. Giliran jauh sama Umi repot sendiri" batin Silmi menggerutu.

Silmi sudah membaringkan tubuhnya di tempat tidur, ia pun menghubungi Nisa.

"Assalamualaikum Umi"

"Waalaikumussalam. Mimi belum tidur?" tanya Nisa.

"Belum Umi, aku gak bisa tidur, gak ada yang nemenin" Silmi merajuk. Ustadz Usman yang mendengar pun langsung mengernyit.

"Hadeuuuh Mimi, malu sama usia"

"Umi sholawatan ya biar Mimi bisa tidur" ucap Nisa.

"Gini aja Mi, mulai besok, beli ikan mujair yang masih hidup, terus diikat di pinggang belakang, biar ekornya kepak kepakan dipinggul Mimi, kan berasa diempok empok sama Umi" tutur ustadz Usman. Silmi langsung mengernyit.

"Ikh Abi, ngasih ide suka yang aneh aneh deh" gerutu Silmi.

"Mi, Mimi sudah ketemu Faris disana?" tanya ustadz Usman. Silmi pun terdiam.

"Maafin Abi ya Mi, Abi bukannya memaksa atau bersikap matre dengan terus mendekatkan Mimi sama Faris. Abi ngelakuin itu, karena menurut Abi Faris sudah cukup masuk kriteria menantu idaman, bukan karena dia kaya raya, tapi Abi lihat dia orang yang bertanggung jawab. Jangan lihat masa lalunya, semua orang pasti punya masa lalu. Yang penting sekarang dia sudah berubah menjadi lebih baik. Abi sudah janji sama almarhum pak Edi untuk memperkenalkan kalian, setelah selesai liburan, itu terserah Mimi mau menerima atau menolak, Abi tidak akan memaksa" tutur ustadz Usman. Silmi pun mengangguk.

"Iya Bi"

"Sekarang Mimi tidur ya, ini sudah malam" pinta ustadz Usman.

Setelah menutup telponnya, Silmi sudah memejamkan matanya, namun sulit untuk tidur. Tiba tiba hapenya berbunyi. Dilihatnya nomer baru. Tanpa berpikir apapun Silmi langsung mengangkatnya.

"Assalamualaikum"

"Waalaikum salam"

Silmi terdiam merasa kenal dengan suara itu.

"Kaya suara Om Faris" batin Silmi.

"Malam Silmi" sapa Faris.

"Ngapain Om Faris malem malem nelpon?" tanya Silmi sedikit tidak suka. Faris hanya tersenyum.

"Aku tau, sekarang kau sedang tidak bisa tidur"

"Ko tau?"

Lagi lagi Faris tersenyum.

"Kalau saja aku sudah menghalalkan mu, sudah kunina bobokan kau hingga tidur. Aku tau kebiasaan tidurmu harus diempok empok dulu" ucap Faris sambil menahan tawanya. Silmi langsung menganga.

"Dari mana dia tau kalau kebiasaan ku harus diempok empok dulu sebelum tidur. Pasti Abi yang bilang. ME MA LU KAN" batin Silmi.

"Aku punya cara jitu biar kau bisa tidur tanpa harus dinina bobokan" ucap Faris.

"Caranya?"

"Kau keluarlah dari kamarmu, turun, habis itu buka pintu depan" pinta Faris. Silmi mendadak jadi penurut hingga ia langsung keluar kamar dan bergegas turun dan membuka pintu.

"Sekarang aku sudah diluar, abis itu ngapain lagi?" tanya Silmi.

"Kau lihat kedepan lurus"

"Hmmm, habis itu?"

"Habis itu lihat keatas" pinta Faris. Silmi langsung mengadah keatas langit.

"Gak ada bintang" ucap Silmi.

"Jangan lihat keatas langit, tapi lihatlah keatas balkon"

Seketika Silmi langsung menatap balkon. Dilihatnya Faris sedang berdiri tersenyum.

"Ada aku kan?, tentunya 11 12 dong sama bintang. Jadi tatap aku saja, siapa tau aku bisa hadir dalam mimpimu dan membuat tidurmu nyenyak" ucap Faris sambil tersenyum senyum. Silmi langsung mengernyit.

"Capek capek aku turun dari kamar ke bawah, tau taunya dimodusin sama putranya Om Edi.

ME NYE BAL KAN"

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

i like you Faris so funny 🤣

2022-12-25

1

Siti Rohaemy

Siti Rohaemy

ayo Faris terus tunjukkan pesona mu..biar silmi klepek-klepek 😂😂😂👍👍👍

2022-03-18

1

🇵🇸ʳᎥ𝕊𝔫𝒶Ƶᶤđ𝓐ᶰⓔαŘⒻ𝓪

🇵🇸ʳᎥ𝕊𝔫𝒶Ƶᶤđ𝓐ᶰⓔαŘⒻ𝓪

Ayo semangat Om Faris, sebentar lagi si silmi yg bucin

2021-11-29

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!