“Mommy jangan marah lagi ya. Kami janji tidak akan kami ulangi lagi.” Berlian mendekati Evelyn. Memegang lengan mommy nya dengan mata puppy eyes nya untuk melunakkan hati wanita ya g telah melahirkannya.
“Kalian masih berpikir akan ada lain kali?” Tanya Evelyn dengan nada rendah. Ia menatap satu persatu tersangka di dalam kamar itu.
“Kami janji mommy.” Bryan mengikuti Berlian.
“Benar Ev. Aku tidak akan pernah lagi membawa mereka ke markas.” Justin ikut merayu.
“Dengan semua kekacauan ini kalian pikir kita masih bisa tinggal di sini? Huh!” Evelin dengan kesal mendudukkan dirinya di atas kursi. Melipat kedua tangannya dan menatap ketiga orang itu dengan jengkel.
“Oh aku lupa.” Berlian memukul keningnya dengan tangannya sendiri.
“Apa yang lupa Brily?”
“Kakek dan nenek.” Jawab Berlian pasrah.
Oh! Evelyn benar. Tahun lalu, saat Justin ketahuan membawa kedua keponakannya mengunjungi markas untuk membantunya memperkuat pertahanan sistem keamanan markas. Dengan bantuan Berlian, sistem keamanan menjadi lebih kuat. Bisa dipastikan bahkan seorang hacker profesional saja akan butuh waktu lama dan usaha ekstra untuk menerobos.
Di saat saudari kembarnya bekerja di depan komputer, Bryan juga sedikit latihan menembak dengan anggota Big Lion yang sedang mencoba senjata baru mereka. Dari situlah awal dari ketertarikan Bryan pada segala jenis senjata api itu.
Keamanan markas memang sudah terjamin. Tetapi harga yang harus dibayar Justin sangat besar. Ini karena Bryan yang tidak sengaja terluka saat latihan. Tangannya yang masih terlalu kecil tidak dapat menahan beban senjata yang ia gunakan. Menyebabkan pergelangan tangannya terjulur dan harus menjalani perawatan.
Untuk kejadian ini, Justin dihukum oleh Maxim. Ia diberi misi untuk membebaskan sandera di daerah Afrika Selatan.
Selain itu, mulai hari itu Maxim melarang membawa Bryan dan Berlian ke markas demi keamanan mereka. Apalagi mereka semakin besar. Jika keberadaan mereka diketahui pihak musuh, keselamatan mereka akan sangat rawan.
**
Kabar penyerangan yang terjadi di markas terdengar di telinga Maxim yang kini tinggal di Indonesia. Laura yang mengetahui cucu mereka berada dalam bahaya dalam penyerangan itu menjadi murka. Ia segera memerintahkan orang untuk menjemput Evelyn dan kedua anaknya.
Tak butuh waktu lama, orang kepercayaan Maxim sampai di mansion utama untuk menjemput Evelyn.
Tidak ada yang bisa melawan perintah Maxim. Evelyn segera mempersiapkan dirinya dan anak-anaknya untuk kembali ke Indonesia sesuai dengan perintah Maxim dan Laura.
“Mommy haruskah kita pindah?” tanya Bryan. Dia dan Berlian menatap mommy mereka yang sedang sibuk memasukkan baju mereka.
“Kalian masih bisa protes? Ini semua juga karena ulah kalian.” Jawab Evelyn tanpa menoleh pada keduanya.
“Maafkan kami mommy.”
“Hem...tidak apa. Semuanya sudah terjadi. Ada untungnya juga. Kita jadi ada alasan untuk bersama kakek dan nenek kalian. Apa kalian tidak senang?”
“Senang. Tentu saja senang. Asal ada mommy kami senang tinggal dimanapun.” Berlian dan Bryan memeluk Evelyn.
Dan disinilah mereka bertiga. Setelah berada di dalam pesawat selama beberapa jam mereka pun sampai di bandara.
Sepanjang perjalanan, Evelyn selalu tampak murung. Setelah sekian lama ia akhirnya akan kembali lagi ke tempat dimana semuanya bermula. Semua kenangan dan luka yang membuatnya pergi dari tanah airnya.
Kenangan yang sudah ia lupakan dengan susah payah perlahan kembali muncul di hadapannya. Membuatnya semakin gelisah. Apalagi saat ia melihat kedua anaknya yang mirip dengan Daddy mereka. Ia takut jika mereka akan diambil darinya. Tidak! Ia tidak akan membiarkan hal itu.
Dibandingkan dengan perasaan Evelyn yang gelisah, kedua anaknya justru sangat antusias setelah mengetahui jika mereka akan tinggal di Indonesia.
Mereka pernah mendengar jika Daddy mereka tinggal di Indonesia. Sebagai seorang anak, mereka tentu saja menginginkan memiliki Daddy seperti anak lainnya. Selama ini mereka tidak pernah berani menanyakan masalah ini pada mommy mereka karena Evelyn akan selalu bersedih jika mereka menanyakan hal itu.
Dengan mereka tinggal di Indonesia, mereka bisa mencari keberadaan Daddy mereka dengan mudah. Karena itulah mereka senang.
Namun berapa pun mereka merasa senang, mereka tidak bisa mengeksposnya di hadapan Evelyn. Mereka tidak ingin Evelyn merasa jika mereka tidak menyukai dan merasa cukup dengan tinggal dengan mommy mereka. Meskipun pada kenyataannya, itu setengahnya benar.
Meskipun mereka tumbuh dengan limpahan kasih sayang dari semua orang yang tinggal di sekitarnya, tanpa kasih sayang dari Daddy mereka, mereka masih merasa ada yang kurang.
Evelyn mengambil napas panjang sebelum melangkahkan kakinya dengan menggandeng kedua anaknya keluar dari bandara. Mobil yang menjemput mereka sudah menunggu kedatangan mereka.
“Mommy kenapa mommy terlihat sedih?” tanya Berlian saat mereka sudah berada di dalam mobil.
“Tidak. Mommy tidak bersedih.” Evelyn mengusap kepala Berlian.
“Tapi kenapa mommy terlihat murung?” Bryan ikut bertanya. Sebelumnya ia asik melihat pemandangan di luar mobil. Lingkungan di sekitar berbeda jauh dari negara tempat tinggal Sebelumnya. Saat mendengar pertanyaan saudarinya ia ikut memperhatikan wajah mommynya. Dan ternyata memang benar yang dikatakan Berlian jika mommy mereka terlihat sedih.
“Mommy hanya berpikir apa nanti yang akan mommy jelaskan pada kakek dan nenek kalian.” Jawab Evelyn berbohong. Ia tidak mungkin membiarkan anak-anak nya mengetahui apa yang menjadi penyebab kegelisahan nya.
“Mommy tidak perlu menjelaskan apapun. Kami sendiri yang akan menjelaskan.” Berlian berkata dengan serius.
“Benar mommy. Kakek dan nenek tidak akan pernah memarahi kami.” Bryan menepuk dadanya dengan bangga. Ia adalah cucu kesayangan grandpa Maxim.
“Kalian memang selalu berhasil membuat mommy merasa lebih baik.” Evelyn memeluk kedua anaknya di kanan dan kirinya. Tersenyum hangat dan mencium pucuk kepala mereka dengan sayang.
Evelyn sedikit terhibur dengan ucapan kedua anaknya. Hal paling ia syukuri dari kejadian kelam itu adalah hadirnya dua buah hatinya itu. Meskipun mereka hadir dengan tanpa cinta, tapi mereka lahir dengan membawa cinta untuknya.
Evelyn mendapatkan keluarga yang sesungguhnya juga di saat kedua buah hatinya ada di dalam rahimnya. Ia bisa bertemu dengan Maxim dan Laura juga berkat kedua anak itu.
Andai kejadian itu tidak ada, mungkin ia tidak akan sampai pada titik ini. Hidup bahagia di tengah keluarga yang menyayanginya meskipun tidak ada hubungan darah di antara mereka.
Ah! Memang selalu ada hikmah di balik sebuah bencana.
Masa lalu, itu sudah lama sekali sejak kejadian itu. Tidak ada yang perlu ditakutkan. Lagipula Indonesia adalah negara yang luas. Jadi akan selalu ada tempat untuk bersembunyi jika ia bertemu dengan seseorang dari masa lalunya.
“Aku kembali.” Ucap Evelyn dalam hati.
Di sebelahnya, kedua anaknya melirik satu dengan yang lainnya. Mereka berdua tersenyum penuh arti setelah mommy mereka tidak memperhatikan.
Misi menemukan Daddy mereka dimulai dari tempat ini. Mereka ingin melihat orang yang sudah berhasil menaklukkan mommy mereka di masa lalu. Orang itu pasti hebat! Mengingat hal itu, keduanya sangat bersemangat.
Dan jika memang Daddy mereka sehebat dan sekuat yang mereka bayangkan, mereka akan membuat Daddy dan mommynya bersatu. Dengan begitu mommy mereka akan ada yang menemani. Seperti mommy anak-anak lainnya.
Yang lebih penting adalah, akan ada yang membantu mereka lepas dari hukuman mommy mereka di masa depan. Mereka sudah tidak sabar untuk itu.
*
*
*
Terima kasih sudah mampir 🤩
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Renireni Reni
kembar nyari perlindungan
2022-10-19
0
Susilq Ila
good story
2022-07-15
0
Berdo'a saja
heemmmm rencana bocil
2022-05-30
1