Suasana markas kacau. Suara tembakan terdengar bersahutan di luar meskipun dapat dipastikan lumayan jauh dari keberadaan mereka. Namun suara dari semua kejadian itu terdengar jelas sampai di gudang tempat Justin dan yang lainnya berada. Tanpa menunggu jawaban dari anak buahnya yang melapor, tentu saja Justin tahu jika saat ini markas Big Lion sedang diserang.
Justin geram. Berani-beraninya mereka mengganggunya yang sedang menikmati waktu bersama kedua keponakan tercintanya. Apalagi menyerang di tengah siang hari bolong dan ada dirinya sebagai ketua geng disini. Mereka menantangnya. Dan ini artinya mereka mengantarkan nyawa padanya.
Tangannya sudah gatal ingin ******* habis mereka yang berani mengusiknya. Matanya sudah tidak sabar ingin melihat wajah-wajah yang sedang mencari kematian di tangannya.
Namun sebelum ia bertindak. Ia harus memastikan dulu keselamatan dua keponakannya. Keselamatan mereka adalah yang terpenting. Keberadaan mereka harus tetap dirahasiakan dari pihak musuh.
“Mike bawa mereka masuk ke ruang bawah tanah.” Perintah Justin dengan nada dingin dan penuh otoritas pada tangan kanannya. Setelah memberi perintah, Justin segera mengambil pistol yang selalu terselip di pinggangnya. Ia pun segera memimpin anak buahnya untuk segera ikut dalam pertempuran.
Sedangkan Mike yang disebut namanya segera mengajak dua anak yang baru menginjak usia lima tahun beberapa hari ini menuju sebuah pintu rahasia di bawah lantai.
Bryan dan Brily tahu bahwa itu adalah pintu menuju gudang dalam. Atau biasa digunakan persembunyian dan juga ada tempat menyiksa tahanan dari pihak musuh yang tertangkap. Pintu itu baru setengah jam ditutup setelah anggota Big Lion memasukkan semua peralatan terbaru mereka.
“Paman Mike bisakah kita melihat keluar.” Pinta Bryan dengan penuh harap. Ia sangat ingin melihat pertempuran secara langsung. Mungkin ia juga bisa memiliki beberapa kesempatan untuk mencoba pistol mini yang baru saja ia dapatkan.
“Tidak. Menurutlah Bryan. Kita tidak tahu situasi di luar.” Tolak Mike dengan masih menggandeng dua tangan bocah itu menuju pintu masuk ruang bawah tanah.
“Tapi aku ingin membantu paman.” Mike menghentikan langkahnya. Ia kemudian memandang wajah bulat Bryan yang penuh keseriusan. Kemudian beralih menatap wajah Brily yang dingin dan tenang seperti biasanya.
“Kamu bisa membantu dengan satu hal.” Kata Mike dengan tersenyum.
“Diam di sini dan jaga Brily dengan baik. Bisa?” tanya Mike serius.
“Aku bisa melindungi diriku sendiri paman.” Brily tidak mau dianggap gadis lemah di sini. Meskipun ia tidak memiliki kemampuan menggunakan sejata seperti yang Bryan lakukan, ia bisa menggunakan otaknya untuk menaklukkan musuh.
“Baiklah anak-anak, waktunya kita masuk. Aku tahu kalian ingin ikut dalam kesenangan ini. Paman pun demikian. Tapi sebenarnya ancaman yang terbesar itu datangnya dari mommy kalian. Jadi jangan biarkan kalian lecet sedikit pun atau mommy kalian akan mencincang kami semu dan mengobrak-abrik seluruh markas karenanya. Paham?”
Mendengar penjelasan ini keduanya hanya bisa diam. Mike benar jika yang paling berbahaya disini adalah Evelyn.
Bryan dan Brily segera masuk setelah pintu dibuka sempurna. Dan setelah mereka masuk, pintu itu juga dengan cepat tertutup sempurna. Tidak ada jejak, tidak ada tanda. Tidak ada yang akan menyangka jika disanalah pintu itu berada.
...🍁🍁🍁...
Keadaan di luar sangat menegangkan. Serangan musuh kali ini tidak main-main. Sepertinya mereka mengerahkan semua anak buah mereka untuk menyerang markas Big Lion. Beberapa orang tergeletak di tanah dengan luka tembak di beberapa bagian tubuhnya.
Baik dari pihak musuh maupun pihak Big Lion sama-sama tidak ada yang berniat untuk menyerah atau pun menghentikan penyerangan.
“Apa maumu membawa semua pasukanmu kesini Roby?” teriak Justin di sela baku tembak itu.
“Sederhana. Serahkan semua pasokan senjata kalian!” teriak Roby pula.
“Huh! Mimpi saja!”
Suara tembakan belum reda. Bahkan semakin lama semakin sering terdengar.
“Arh. Sial!” pundak kiri Justin terkena tembakan. Laki-laki biru meringis menahan nyeri. Tapi luka seperti itu sudah biasa baginya.
...🌼🌼🌼...
Di dalam ruangan bawah tanah, Mike dan dua bocah cilik yang ia sembunyikan melihat semuanya dari kamera CCTV yang terpasang di beberapa tempat di markas. Dari sana jelas terlihat bahwa kelompok Big Lion kalah jumlah dan sekarang nyaris terpojok.
“Paman, jika kita hanya diam di sini, tidak sampai satu jam mereka semua akan kalah.” Kata Brily yang sedang mengamati dengan serius situasi yang terjadi. Gadis cilik ini sudah memiliki rencana di otaknya yang cerdas.
Sedangkan Mike masih diam. Ia juga menyadari hal itu. Namun untuk sekarang ia masih tidak bisa melakukan apapun. Mereka sudah memanggil polisi. Tapi mengandalkan polisi juga tidak bisa dijadikan jaminan.
“Apa yang paman pikirkan lagi? Ayo kita bantu.” Ucap Bryan yang sudah tidak sabar ingin ikut dalam kesenangan.
“Tenang Bryan. Menghadapi musuh yang lebih tangguh dari kita tidak hanya butuh keberanian. Tapi juga sebuah trik jitu.” Brily mengangguk-anggukkan kepalanya. Matanya cemerlang khas bocah cerdas.
Mike saat ini menjadi kaki dan tangan bagi Brily. Gadis kecil itu memberi perintah pada pria besar yang semestinya menjadi penjaganya. Dengan cepat Mike melakukan apa yang diperintahkan Brily.
Di sisi lain, Bryan juga sedang menyiapkan jebakannya di beberapa tempat. Saat ini mereka sudah keluar dari ruangan bawah tanah dan berada di depan gudang. Mereka berencana untuk menggiring para pengacau masuk ke dalam jebakan mereka.
Ketika semuanya sudah siap, Mike memberitahu rencana mereka melalui earpiece yang terpasang di telinga semua anggota Big Lion untuk memudahkan mereka.
“Rencana bisa ditindaklanjuti. Segera mundur!” Justin dengan cepat memberi keputusan. Ia yakin jika Mike pasti memiliki rencana yang matang untuk saat ini.
Perlahan tetapi pasti, mereka akhirnya mundur secara alami. Ini seperti mereka terpukul mundur dan hampir kalah. Membuat para pengacau mengira mereka akan segera Menang dan semakin bersemangat untuk menyerang.
Titik dimana saja ada perangkap sudah diberitahu kan sebelumnya. Membuat anggota Big Lion akan secara otomatis menghindarinya. Berbeda dengan pasukan musuh yang jatuh bergantian.
Roby sangat marah melihat anak buahnya yang berkurang banyak terkena jebakan. Mereka tidak mati, hanya pingsan dan beberapa ada yang terluka akibat terkena benda-benda tumpul dan terjatuh. Ada pula yang kakinya tidak bisa digerakkan akibat lem super lengket yang mereka injak.
Mendapati hal yang tidak biasa, baku tembak berhenti beberapa saat. Roby menengok ke segala arah. Dan menyadari bahwa anggota Big Lion sudah tidak melakukan Penyerangan. Sebagai gantinya mereka malah menghilang entah kemana.
“Dasar pengecut! Hadapi secara jantan.” Teriak Roby frustasi.
“Hahahaha... Bagaimana kalau sekarang kita ubah permainan yang secara jantan dengan bermain secara cantik paman?” Suara kecil yang merdu terdengar dari pengeras suara yang terpasang di beberapa tempat. Suara itu adlaah suara Brily yang saat ini telah kembali ke dalam ruangan bawah tanah. Jebakan terakhirnya berpusat di sana.
Mendengar suara anak kecil membuat Roby dan teman-temannya semakin murka. Jadi Mereka dipermainkan oleh anak kecil. Bagaimana pun caranya mereka harus menemukannya dan menuntut balas.
“Semuanya seraaaang!” teriak Roby memimpin anak buahnya melakukan Penyerangan secara mendadak.
Namun baru saja mereka melangkah beberapa jauh ke depan, mereka merasakan tubuh mereka tidak bisa dikuasai. Rasa ngilu menyerang tubuh mereka dan menjadikannya lemas.
*
*
*
Terima kasih sudah setia menanti 🥰
Jangan lupa untuk klik tanda jempol 👍 dulu sebelum berlalu😎
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Renireni Reni
wahh brily...bahaya...kamu muncul pasti ntar mrk dendam
2022-10-19
0
Serius Mendrofa
───✱*.。:。✱*.:。✧*.。✰*.:。✧*.。:。*.。✱ ───
‿︵‿︵‿︵‿︵‿︵‿︵
•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•
2022-06-22
1
shanti rahayu
seruuuu
2022-05-31
0