Setelah menempuh perjalanan yang sangat lama bagi Evelyn, akhirnya mereka sampai di Texas. Laura sangat antusias berbicara mengenai tempat tinggal mereka. Laura berkata bahwa ia sudah tidak sabar untuk mengajak Evelyn mengelilingi kota. Pasti menyenangkan.
Mobil yang menjemput mereka sudah menunggu. Lengkap dengan dua orang bodyguard yang menunggu di sisi mobil. Ini di Texas. Mereka tidak boleh terlalu mencolok.
“Selamat datang nyonya Laura, nona Evelyn.” Sapa dua orang bodyguard itu bersamaan dalam bahasa Indonesia. Bekerja dengan keluarga Marcus memang harus menguasai bahasa Indonesia.
Evelyn yang mendengar orang asing berbicara dengan bahasa ibunya terlihat kagum.
“Kamu tenang saja. Di rumah kita semua orang mengerti dan menguasai bahasa Indonesia.” Jelas Laura. Gadis itu mengangguk paham. Ia sedikit tenang sekarang. Awalnya ia khawatir akan kebingungan di negara asing karena ia tidak begitu menguasai bahasa Inggris.
Laura mempersilahkan Evelyn untuk masuk ke dalam mobil terlebih dahulu. Sepanjang perjalanan Laura menunjukkan beberapa lokasi yang mereka lewati. Sudah mirip seperti tour guide.
Tak perlu waktu lama untuk mereka sampai di kediaman Marcus. Terletak di pinggiran kota dengan halaman yang sangat luas. Bahkan butuh waktu setidaknya lima belas menit dengan menggunakan mobil dari gerbang sampai rumah utama.
Di sepanjang jalan, terlihat berbagai macam bunga dan tanaman yang ditata demikian rupa hingga membuat siapapun yang melihatnya tidak bisa tidak untuk terpana. Dalam sekali pandang, siapa pun akan mengaguminya. Begitu juga dengan Evelyn. Ia sampai membuka kaca mobil dan melongokkan kepalanya. Menghirup udara yang terasa segar dengan aroma pohon dan bunga yang menenangkan.
“Itu rumah kita.” Ucapan Laura mengalihkan perhatian Evelyn dari taman beralih ke arah yang ditunjuk Laura.
Dari jauh Evelyn sudah melihat bangunan yang terlihat sangat megah. Mirip dengan kastil dengan empat tingkat. Warna cat yang merupakan perpaduan antara coklat dan hitam semakin membuat penampilan bangunan yang lebih seperti istana ini tampak angkuh dan arogan.
“Kita menyebutnya Brown Castle. Kehidupan barumu akan dimulai dan berjalan di sana sayang.” Laura memegang lengan Evelyn. Mengusapnya pelan. Evelyn tersenyum. Ia tidak pernah menyangka jika ia akan menjadi seorang putri di istana yang begitu megah itu.
“Ayo turun.” Ajak Laura ketika mereka sampai di teras rumah. Wanita itu mengulurkan tangannya pada Evelyn yang langsung disambut oleh calon ibu muda itu.
Begitu masuk ke dalam istana, Evelyn dan Laura sudah disambut oleh dua puluh maid dengan seragam khusus mereka yang berwarna biru muda berjejer di kiri dan kanan. Mereka mengucapkan selamat datang secara kompak pada nyonya mereka.
“Dengarkan semuanya. Dia adalah Evelyn Sylvaina Marcus. Nona kalian. Dia mempunyai hak yang sama dengan ku dan semua anggota keluarga Marcus. Aku tidak ingin mendengar keluhan apapun darinya mengenai kalian. Atau kalian harus segera meninggalkan tempat ini. Apa kalian mengerti?” Ucap Laura lantang.
“Kami mengerti. Selamat datang nona Evelyn.” Ucap mereka serentak sambil membungkukkan badan mereka. Evelyn merasa tidak nyaman menerima perlakuan seperti itu. Namun ia hanya bisa diam dan menurut.
“Ini gadis yang kalian ceritakan padaku?” ucapan seorang pria muda yang berjalan mendekati mereka dari luar rumah membuat Evelyn terkejut. Dari nada bicaranya terlihat bahwa laki-laki itu tidak suka padanya.
“Huft iya.” Jawab Laura malas. “Namanya Evelyn. Dia adalah anakku tersayang. Jangan coba mengganggu nya.” Lanjutnya yang berisi ancaman.
“Ck. Dapat memungut dari mana kalian gadis ajaib seperti itu?” ejek pria itu melihat penampilan Evelyn yang masih mempertahankan penampilan samarannya.
“Jangan dengarkan dia sayang. Mulut Justin memang harus segera dijahit.” Dengus Laura. “Kalian semua siapkan pesta penyambutan Evelyn malam ini. Aku tidak mau ada yang kurang sedikit pun.” Perintah Laura pada para maid yang segera mereka sanggupi.
Laura kemudian menarik tangan Evelyn. Mengatakan padanya untuk menunjukkan kamar yang disediakan khusus untuknya. Laura juga berkata jika tidak perlu bagi Evelyn untuk segera menghafal tata letak ruangan di rumah. Brown Castle terlalu luas untuk dikelilingi dalam waktu sehari. Jadi pelan-pelan saja.
“Dia itu Justin. Kamu lihat sendiri kan dia sangat menyebalkan.” Ucap Laura sembari naik ke dalam lift. Evelyn lagi-lagi hanya bisa mengangguk. Berada di sekitar Laura membuatnya jarang bicara karena Laura mendominasi.
Laura menekan angka tiga. Menunjukkan jika mereka akan menuju ke lantai tiga. Mereka keluar begitu pintu lift terbuka. Desain di bagian lantai tiga terlihat lebih hangat dari pada di lantai satu. Perpaduan antara warna peach dan pink yang hangat.
“Lantai tiga ini milik para wanita.” Jelas Laura. Memang terlihat jelas dari bentuk dan warna perabotan di lantai itu.
“Ini kamarmu sayang.” Laura membuka sebuah pintu dari kayu yang berwarna coklat muda dan memiliki ukiran berbentuk bunga yang indah.
Di dalam ruangan yang merupakan kamar Kadri Evelyn terlihat sangat indah. Ruangan yang begitu luas untuk ditinggali seorang diri. Bahkan ini lebih seperti luas empat kamar utama di kediaman Winata.
Sebuah ranjang yang terlihat elegan berada di sudut ruangan. Ranjang dengan kelambu dan segala sesuatunya berwarna peach kesukaan Evelyn. Terlihat empuk dan pastinya nyaman. Ada juga satu set sofa dengan televisi besar di depannya. Di tepi kamar berjejer empat buah lemari besar yang terlihat kokoh berdiri.
“Semua yang kamu butuhkan ada disini.” Ucap Laura saat melihat Evelyn memperhatikan lemari-lemari itu. Ia membuka satu persatu dan menunjukkan isinya pada Evelyn. Di dalam lemari terdapat berbagai model baju santai dan gaun yang indah. Ada juga sepatu dan tas di salah satu lemari lengkap dengan berbagai accesoris yang terlihat indah.
“Semuanya milikmu.”
“Ini aku tidak bisa menerima nya mi.” Ucap Evelyn ragu. Ia merasa tidak pantas menerimanya. Ia hanya lah anak angkat di keluarga ini. Ia merasa tidak layak dengan semua kemewahan yang ia dapatkan.
“Apa masih kurang?” Laura mengerutkan alisnya. Apakah putrinya tidak menyukai semua yang telah ia siapkan?
“Tidak mi. Semua sangat indah. Tapi aku hanyalah gadis biasa yang menumpang hidup pada kalian....” ucap Evelyn sendu. Namun segera dipotong Laura dengan menutup mulut Evelyn dengan telunjuk nya.
“Kamu tidak boleh berkata seperti itu. Aku dan Maxim tidak pernah menganggapmu anak angkat. Bagi kami kehadiran mu adalah berkah untuk kami. Kamu adalah putri kami yang berharga.” Ucap Laura tulus. Evelyn pun merasakan betapa tulusnya wanita itu menyayanginya.
“Sudahlah jangan terlalu dipikirkan. Kamu dan mereka pasti lelah. Kalian istirahat dulu disini. Nanti akan ada maid yang akan menemani dan mempersiapkan dirimu untuk pesta malam ini.” Ucap Laura segera berdiri dan keluar dari kamar Evelyn. Ibu muda perlu banyak istirahat. Apalagi mereka baru saja melakukan perjalanan yang sangat jauh.
*
*
*
Terima kasih sudah mampir 😘
Klik like 👍 dan juga berikan komentar kalian oke😎
Maafkan Akoh yang sering telat ini...🙏
Tetap dukung dan apresiasi karya Akoh. jadual favorit dan berikan vote jika kalian berkenan. Matur Tengkiyu😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Renireni Reni
mami laura gk ingin angkat anak 1 lagikah?aq mau...
2022-10-18
0
Berdo'a saja
😍😍😍😍😍😍😍😍🙂🙂🙂🙂🙂🙂
2022-05-30
0
Nurtina
alhamdulillah setela siksaan yg efelyn rasakan selama bertehun" akhirnya dia mendapat lebahagiaan tersendiri lanjut thor
2022-04-08
0