Mendapati hujan yang turun dengan derasnya. Sandra dengan tergesa berlari ke pos satpam di depan sebuah rumah besar untuk berteduh.
“Maaf mbak. Ini bukan tempat umum. Mbak tidak boleh berteduh disini.” Seorang satpam keluar dari pos dan menghampiri Sandra yang berdiri dengan koper besar di sebelahnya.
“Maaf pak. Tapi saat ini hujan turun dengan sangat deras. Izinkan saya berteduh sebentar saja. Saya janji jika hujannya reda akan segera pergi dari sini.” Ucap Sandra memelas.
Sang satpam menghela napas. Ia pun merasa kasihan terhadap gadis muda itu. Ia pasti baru saja diusir. Pikirnya ketika menyadari koper besar yang dibawa Sandra. “Baiklah. Tapi nanti segeralah pergi.”
“Terima kasih pak.” Satpam itu mengangguk sebelum meninggalkan Sandra dan kembali masuk ke dalam pos.
Entah sudah berapa lama Sandra berdiri di depan gerbang. Kakinya sudah terasa pegal. Perutnya juga semakin melilit. Kepalanya mulai berkunang-kunang. Tak terasa ia pun kehilangan kesadarannya.
🍀🍀🍀
Di tempat lain, Sean sedang lembur di kantornya. Soni yang berada di sampingnya ikut membantu pekerjaannya.
Tiba-tiba ia merasakan sesak di dadanya. Terasa sakit hingga terasa nyeri. Ia memegang dadanya dengan tangan kanan. Soni yang ada di sana segera berdiri. Ia sangat khawatir terhadap bosnya itu.
“Tuan Sean apa yang terjadi?”
Sean tidak menjawab. Ia hanya mengelus dadanya. Ia tidak pernah merasa seperti itu sebelumnya.
“Entah kenapa dadaku sangat sesak. Aku merasa tidak nyaman.”
“Lebih baik sekarang tuan pulang. Saya akan menghubungi dokter Rian untuk datang.” Ucap Soni.
“Baiklah.” Lagi pula ia juga sudah lelah. Sean segera berdiri dan keluar dari ruangannya. Membiarkan Soni membereskan sisa pekerjaan yang ada.
Soni masih harus di kantor untuk menyelesaikan pekerjaan yang sudah tidak bisa ditunda lagi. Lagi pula sudah ada sopir yang akan mengantar Sean pulang. Jadi ia bisa tenang.
Sebenarnya Sean sudah tidak apa-apa. Dadanya pun sudah tidak merasakan sakit lagi. Namun ia tetap membutuhkan dokter Rian datang untuk memeriksanya. Kondisi tubuhnya tidak bisa dianggap remeh.
“Tidakkah kalian mempunyai jam istirahat seperti orang normal lainnya?” gerutu dokter muda itu. Ia datang dengan baju tidur yang melekat di tubuhnya. Ia baru saja berbaring untuk tidur saat Soni menghubungi nya dan mengatakan untuk datang ke mansion Sean.
“Jangan banyak omong. Cepat periksa diriku.” Sean yang tadinya duduk menyilangkan kaki di sofa naik ke atas ranjang dan berbaring di sana. Bahkan ia menaikkan selimutnya sebatas perut. Sudah seperti orang sakit sungguhan.
Rian berdecak sebal. Namun ia tetap mendekat dan melakukan tugasnya dengan baik.
“Semua normal. Tidak ada yang salah.”
“Periksa yang betul. Aku tadi merasa dadaku sesak.” Ketus Sean. Mana mungkin semuanya baik. Padahal ia jelas merasa jika dadanya sangat kesakitan tadi.
Rian kembali memeriksa dada Sean menggunakan stetoskop. Mendengarkan detak jantungnya. Semuanya normal. Jadi apa masalahnya?
“Maafkan aku Sean, aku tidak menemukan ada yang salah sedikitpun dengan tubuhmu. Semua normal dan baik-baik saja.” Mendengar jawaban Rian Sean mengernyit kan alisnya.
“Bagaimana mungkin baik-baik saja? Aku jelas-jelas merasa dadaku sesak tadi. Atau jangan-jangan kamu mau menipuku dengan menyembunyikan penyakitmu dariku!”
“Hei Sean! Untuk apa aku melakukan itu? Kurang kerjaan saja. Lagi pula baru kali ini aku bertemu dengan orang yang tidak senang mengetahui dirinya tidak sakit.” Ledek Rian.
“Besok aku akan datang ke rumah sakit. Persiapkan segalanya. Aku akan memeriksakan diri kesana.” Ucap Sean sambil menyingkapkan selimut yang tadi sempat ia pakai dan kembali berjalan ke arah sofa.
“Baik Sean. Aku akan mempersiapkan semuanya. Aku pastikan kamu akan nyaman berada di rumah sakit esok.”
“Tidak usah bermulut manis. Kau sungguh tidak berguna sekarang. Lebih baik kau pergi belajar lagi ke Afrika. Disana kamu akan menemukan banyak singa untuk kau periksa.” Ketus Sean.
“Jangan lakukan itu Sean. Aku tidak akan mengecewakanmu lagi. Aku janji!” Rian mengangkat tangannya. Dengan telunjuk dan jari tengahnya ia angkat. Wajahnya pun sudah ia pasang dengan penuh harap. Senyumnya pun sudah selebar bahu jalan.
“Hah! Sudahlah. Sana pergi. Wajahmu sungguh membuatku kesal.” Sean mengibaskan tangan kanannya untuk mengusir dokter Rian sebelum melipat kedua tangannya. Wajahnya pun ia palingkan dari Rian.
“Baiklah kalau begitu aku akan segera pergi. Aku akan membiarkanmu istirahat dengan tenang. Ngomong-ngomong kamu butuh istirahat. Kondisimu tadi kemungkinan besar karena kamu kelelahan.”
“Jangan banyak omong. Cepat pulang sana.” Sarkas Sean.
“Baiklah baiklah. Aku pergi dulu. Selamat malam dan selamat istirahat.” Kata Rian sebelum ia keluar dari kamar Sean dengan tergesa-gesa. Meskipun mereka berdua berteman sejak kecil, ada ketakutan tersendiri yang dirasakan Rian jika berhadapan dengan Sean.
Tak lama setelah Rian keluar, suara ketukan pintu bersama suara minta izin masuk terdengar.
“Masuk.” Izin diberikan. Laki-laki tua dengan rambut yang sudah beruban sebagian masuk dengan membawa nampan berisi segelas air minum dan beberapa botol vitamin.
“Dokter Rian meresepkan beberapa vitamin untuk tuan.” Laki-laki yang biasa dipanggil pak Burhan itu meletakkan nampan di atas meja. Tepat di depan Sean.
“Kau boleh keluar pak Burhan.” Ucap Sean. Pak Burhan undur diri. Menutup pintu kamar dengan perlahan agar majikannya yang ada di dalam tidak sampai terganggu.
Sean segera mengeluarkan satu persatu vitamin dari tiga botol yang ada.
“Ck. Vitamin. Dia kira aku anak kecil apa?” gerutunya namun ia tetap menenggak tiga buah pil itu sekaligus sebelum meminum setengah isi dari gelas yang dibawakan pak Burhan untuknya.
Di lantai bawah, dokter Rian masih menunggu di sofa ruang keluarga. Pak Burhan yang melihatnya segera menghampirinya.
“Apa dia sudah minum vitaminnya?” dokter Rian yang duduk sambil menyesap teh jahe yang dia minta dari pelayan.
“Sudah dokter. Sebenarnya apa yang terjadi pada tuan Sean dokter?”
“Huh! Tuan Sean itu pasti kelelahan. Aku dengar dari Soni jika di kantor sedang banyak pekerjaan yang membuat mereka harus lembur setiap malam.”
“Dokter benar. Sudah hampir satu bulan ini tuan Sean selalu pulang larut malam.”
“Apakah dia masih suka mabuk?”
Pak Burhan diam sebentar. Ia mengingat kapan terakhir kali mendapati tuannya pulang dalam keadaan mabuk.
“Tidak dokter. Sepertinya sudah satu bulan lebih tuan Sean tidak pulang dalam keadaan mabuk.”
“Itu bagus untuknya. Dengan kondisi tubuh yang kelelahan, minuman keras sungguh tidak baik.” Ucap dokter Rian sambil meletakkan gelas yang sudah kosong di atas cangkir.
“Ya sudah pak Burhan. Aku pulang dulu.” Dokter Rian bangun dari duduknya. Mengangkat tas kerja yang ia letakkan di atas meja.
“Baiklah dokter. Saya akan mengantar anda sampai di depan.”
“Hahahaha. Tidak perlu pak Burhan. Aku tidak ingin merepotkan mu. Istirahat saja yang baik. Dengan begitu pak Burhan akan bisa menjaga tuan Sena dengan baik.” Dokter Rian menepuk pundak laki-laki yang umurnya jauh di atasnya itu.
“Baiklah dokter. Saya tidak akan memaksa. Terima kasih sudah datang. Hati-hati di jalan.” Pak Burhan membungkukkan badannya. Ia juga sudah sangat lelah dan mengantuk.
*
*
*
Terima kasih sudah mampir 😘
Jangan lupa like dan vote ea...🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
devaloka
ada gitu satpam modelan gini
2023-08-22
0
Renireni Reni
haahh...ikut sesak jg
2022-10-18
0
Putri Nunggal
kontak batin dengan anak yg terlantar
2022-10-08
0