Satu bulan telah berlalu begitu saja. Baik Sandra maupun Sean sama-sama menjalani hari-harinya seperti biasanya. Sandra aktif di kampusnya, dan Sean bekerja di perusahaan nya. Ia pun tidak pernah kembali lagi ke club malam. Jadwalnya terlalu penuh untuk dia gunakan untuk bermain-main di tempat penuh kenikmatan dunia itu.
Namun hari ini, kegelisahan mulai menghampiri Sandra. Ia baru sadar jika ia sudah satu Minggu lewat dari jadwal menstruasi nya yang biasanya aktif.
Berkali-kali ia mondar mandir di dalam kamarnya. Lelah mondar-mandir tidak jelas, Sandra duduk di pinggir ranjang. Kemudian meraih ponsel yang ada di atas bantal. Merasa posisinya nyaman, Sandra menelungkup kan tubuhnya di sana. Menumpuk bantal agar terasa nyaman.
Sandra mengetik kata kunci di laman pencarian.
Membaca artikel yang muncul dengan seksama.
“Payud2ra membesar?” gumam Sandra membaca artikel. Kemudian ia duduk. Mengamati bentuk dadanya sendiri. Mengingat-ingat apakah ada perubahan.
“Sepertinya tidak berubah. Masih sama.” Ucapnya setelah memastikan. Kemudian ia melanjutkan membaca artikel.
“Lebih sering baung air kecil? Sepertinya aku biasa saja. Bukan. Lanjut.”
“Lebih cepat lelah? Beberapa hari ini aku memang...” Sandra menutup mulutnya dengan tangannya.
“Belum tentu. Dua sebelumnya aku tidak mengalaminya. Sebaiknya aku melanjutkan nya.”
Kemudian ia membaca kelanjutan artikel. “Mual dan muntah ya? Aku tidak. Yes. Selanjutnya.” Sandra mengepalkan tangannya ke atas.
“Sensitif terhadap bau?” Sandra mengingat kejadian dua hari yang lalu. Saat itu, ia sedang mengantri cilok dengan mahasiswa yang lain. Kebetulan ada team basket yang baru saja latihan. Dan Sandra sampai muntah karena bau keringat mereka. Mengingat itu, Sandra kembali khawatir. Sebelumnya ia tidak pernah merasa mempunyai masalah dengan bau badan orang.
“Ini masih dua lawan tiga. Masih ada kemungkinan salah.”
“Hilangnya ***** makan?”
“Hah. Ini benar. Tapi begitu mempunyai keinginan makan sesuatu rasanya aku harus mendapatkan nya. Bagaimana ini? Ini imbang. Bagaimana jika aku hamil?” Sandra mengelus perutnya yang datar. Ia masih belum berani membayangkan jika di dalam perut datarnya tumbuh seorang bayi kecil.
“Aku harus memastikannya.” Ucap Sandra. Ia segera bangun. Berganti pakaian dan keluar kamar.
Dengan tergesa-gesa ia berjalan turun tangga. Hingga ia mengabaikan Ani yang sedang duduk di ruang keluarga sambil menonton televisi.
“Tidak sopan sekali. Mau kemana kamu tergesa-gesa seperti itu? Sampai aku yang duduk disini pun tidak kelihatan olehmu?” sinis Ani. Sandra menghentikan langkahnya. Kemudian berbalik.
“Aku keluar sebentar.” Ucapnya tanpa memberi penjelasan lebih. Ia sudah memesan ojek online dan itu sudah sampai di depan gerbang rumahnya.
Motor yang ditumpangi Sandra berhenti di depan sebuah apotek di pinggiran kota. Sengaja ia pergi ke tempat yang jauh dari rumahnya agar tidak ada yang mengetahuinya.
Keesokan harinya, Sandra menatap lemas lima testpeck yang baru saja ia uji. Kelimanya berbeda merek dan harga. Namun semuanya menunjukkan bahwa ia positif hamil.
“Aku harus bagaimana?” gumamnya pelan. Air matanya mengalir tanpa terasa. Ia menekuk kakinya. Menelusupkan wajahnya di atas kedua lututnya.
Setelah merasa tenang mengurung diri sepanjang hari, sore harinya Sandra masuk ke dalam kamar mandi untuk bersiap pergi ke dokter. Bagaimana pun ia harus memeriksanya di rumah sakit untuk lebih pastinya.
...***...
Sandra duduk di kursi tunggu bersama wanita-wanita lainnya yang juga sedang mengantri dipanggil untuk diperiksa. Rata-rata dari mereka ditemani suami ataupun keluarganya, hanya Sandra yang datang seorang diri.
Dengan menundukkan wajahnya, ia menggenggam erat clutch tempat ia meletakkan uang dan ponselnya. Ia semakin menunduk saat mendengar bisikan-bisikan yang terdengar dari para wanita di sekitarnya. Sangat jelas mereka menggosipkan dirinya yang hamil di luar nikah karena datang sendirian.
Diam. Hanya itu yang bisa Sandra lakukan. Ia sadar jika apa yang terjadi padanya juga merupakan salahnya. Jika saja ia tidak mengabaikan kemungkinan terjadinya hal ini, bayi yang ada di dalam kandungannya tidak akan sampai ada di sana.
Tiba giliran Sandra masuk. Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik tersenyum ramah padanya ketika Sandra masuk.
“Silahkan duduk.” Sandra duduk di hadapan dokter itu.
Dokter itu menanyakan beberapa pertanyaan umum pada Sandra yang dijawab Sandra dengan ragu. Dokter itu tersenyum. Ia menduga ada yang tidak beres dengan wanita muda di depannya. Terlihat cemas dan sedih.
“Silahkan berbaring.” Seorang suster membantu Sandra naik ke atas ranjang untuk diperiksa. Menyingkap kaos yang dipakai di bagian perut. Memberinya gel yang terasa dingin.
Dokter mengambil alih. Ia menggerakkan alatnya di atas perut Sandra yang terhubung dengan layar USG.
“Wah... Bayi anda kembar. Ini luar biasa.” Seru dokter itu ceria. Ia mendapati ekspresi Sandra yang terlihat terkejut. Ia pun tersenyum semakin yakin atas dugaannya.
“Mbak lihat bintik kecil itu ada dua. Mereka adalah darah daging mbak.” Jelas dokter itu. Ucapan dokter itu membuat Sandra kembali menangis.
Awalnya Sandra berniat ingin menggugurkan kandungannya saja jika memungkinkan. Namun mendapati fakta jika bayi yang dikandungnya kembar, ia pun mengurungkan niatnya.
“Mbak pasti bahagia kan? Banyak orang yang menginginkan bayi kembar. Mereka pasti akan tumbuh dengan lucu.” dokter itu memegang lengan Sandra.
“Ah iya dok. Saya bahagia.” Sandra memaksakan senyumnya meski jelas terpaksa jika senyum itu tidak dari hatinya.
Dokter itu menjelaskan beberapa hal mengenai pertumbuhan bayi kembar. Sandra mendengarkan dengan serius.
Pemeriksaan selesai. Suster menutup kembali kaos Sandra yang tersingkap. Kemudian membantunya turun kembali dari ranjang. Sandra pulang setelah menebus vitamin di apotek.
Kali ini Sandra pulang dengan menggunakan taksi online. Ia masih butuh waktu untuk berpikir. Untuk memantapkan niatnya untuk melahirkan anak kembarnya apapun yang terjadi.
Untuk itu, langkah pertama adalah ia harus memberitahukan kabar kehamilannya pada papanya. Berharap papanya mau mengerti dan mendukung niatnya.
Sekali lagi ia melihat surat dokter yang menyatakan jika dirinya positif hamil sebelum ia keluar dari taksi yang ditumpangi nya.
Saat itu sudah malam. Seluruh keluarganya sedang berkumpul di ruang keluarga setelah selesai makan malam. Termasuk papa nya.
“Dari mana saja sayang?” tanya Tomy lembut saat Sandra menyapanya di ruang tamu.
Sandra tidak menjawab. Dia mengambil posisi duduk di sofa single. Kemudian mengeluarkan surat dokter dan menyerahkan nya pada Tomy.
“Maafkan Sandra pa. Sandra hamil.” Ucap Sandra setelah melihat ekspresi Tomy yang terlihat sangat marah.
“Apa-apaan ini Sandra? Apa yang kamu perbuat hah?”
“Sandra bekerja di club malam. Dan malam itu Sandra menjadi korban pelecehan.” Jawab Sandra jujur. Lagi pula ia sudah mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk.
“Berapa usianya?”dingin Tomy dingin.
“Satu bulan. Mereka bahkan masih sebesar biji kacang hijau.”
“Mereka?”
“Mereka kembar pa.”
“Gugurkan!”
“Tidak pa. Izinkan Sandra melahirkan dan membesarkan mereka.” Sandra melorot. Ia bersimpuh di depan Tomy. Memegang lutut papanya.
*
*
*
Terima kasih sudah mampir 😘
Jangan lupa like dan vote ea..🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Renireni Reni
💪💪💪💪
2022-10-18
0
Putri Nunggal
berani juga untuk jujur sama keluarga
2022-10-07
0
Putri Nunggal
alamaaaaak, gimana nasib kedepan nya?
2022-10-07
0