Makan pagi hari ini terasa sangat berbeda, biasanya ayah Eka selalu menemani Erlina untuk sarapan, hari ini dia terlihat buru-buru sekali. Erlina menghabiskan sarapannya dengan sedikit lama, terlihat dia tidak nafsu makan, entah apa yang dia pikirkan terlalu keras, Erlina mengambil ponsel di saku celana kanannya, dia mencari apakah Erwinto ada meninggalkan pesan untuknya, ternyata tidak ada satu pesan ataupun telpon dari Erwinto.
"Sungguh sangat mengecewakan sekali kak Erwinto, tega banget dia tidak ada memberi kabar sama sekali, aku sudah ditipu mentah-mentah, padahal dia sudah janji kemarin akan datang berkunjung, tapi apa? tidak ada jawaban sama sekali, apa dia tidak bisa merasakan kecemasanku sama sekali?" Erlina terus mengeluh di benaknya, sembari mengunyah makanan yang masih penuh di mulutnya.
"Ngomong-ngomong ayah dimana ya? kok tumben banget sarapan cepat banget, nggak seperti biasanya Ayah begini" Erlina mengunyah makanannya dengan cepat dan segera menemui ayahnya yang sedang duduk di taman.
Erlina berlari menuju ayahnya, rasa penasarannya sudah penuh hingga ke ubun-ubun, tapi apa yang sebenarnya ingin Ayah Eka tunjukan pada Erlina? ini tidak seperti sikap Eka seperti biasanya, namun belakangan ini banyak sekali hal-hal baru yang terjadi di hidup mereka. Ayah Erlina terlihat berdiri bersama dengan seseorang di taman, tidak terlihat wajahnya, hanya punggung mereka berdua yang terlihat, seseorang di sebelah Eka menggunakan celana training lengkap dengan sepatu olahraga, dengan kepala yang ditutupi topi abu-abu, tidak terlihat dia siapa sebenarnya.
"Ayah..." panggil Erlina yang sudah berdiri di depan pintu rumah, ayahnya berbalik, dan Erlina berjalan berlahan menuju ayah, namun di pertengahan perjalanan Erwinto membalikkan badannya dan membuat Erlina menghentikan langkahnya, "Kak erwin😮" kata Erlina terkaget melihatnya. Erlina sangat senang setelahnya, Erlina langsung berlari menuju Erwinto dan memeluknya dengan sangat erat.
"Hai...." sapa Erwinto membalas pelukan Erlina yang sangat tiba-tiba.
"Jahat... jahat banget, kenapa tidak ada kabar sama sekali" air mata Erlina menetes begitu saja. "Tidak taukah kakak, kalau Erlina menunggu dari kemari, lin takut banget kalau sampai terjadi sesuatu yang tidak terduga pada kakak, Erlina takut" Erlina memeluk Erwinto dengan sangat kencang.
"Maaf ya Erlina, maaf aku gak memberimu kabar," Erwinto hanya tersenyum melihat sikap yang ditunjukan Erlina sangatlah penuh dengan perhatian.
Beberapa menit kemudian mereka pergi jalan-jalan berdua, berjalan kaki menuju taman di dekat sungai di desanya, mereka berjalan berdampingan tanpa ada percakapan apapun, tanpa berpegangan tangan mereka berjalan sendiri- sendiri, hanya senyum tipis yang terlihat di wajah Erlina, muka Erlina terlihat memerah berjalan bersebelahan dengan Erwinto. Sesampainya di taman dekat sungai, mereka duduk berdua, dipinggir sungai terlihat anak-anak yang bermain di dekat sungai, pemandangan yang sangat menyejukkan bagi Erwinto.
"Lin...." panggil Erwinto memulai percakapan mereka. "Ada hal penting yang ingin aku sampaikan padamu😔" wajah Erwinto berubah agak serius, nampak dia menghelai nafas panjang beberapa kali sebelum bicara.
"Iya kak, katakan aja, Erlina mau dengerin kakak mau menyampaikan apa!" Erlina tidak menoleh Erwinto saat bicara, tangan Erlina melempar kerikil-kerikil kecil yang ada di sebelahnya ke sungai.
"Sebenarnya ini tentang perjodohan itu!" jawab Erwinto.
"Oh masalah itu, sebenarnya Erlina juga ada yang pingin disampaikan ke kakak, masalah itu juga" sahut Erlina yang masih melempar batu kerikil.
"Kamu masih ingat nggak yang pernah aku ceritakan tidak tahun lalu pada pertemuan terakhir kita?" Erwinto melanjutkan, "Dinda Lestari adalah wanita yang aku sukai sudah sangat lama, butuh waktu bertahun-tahun untuk meyakinkan nya untuk menerima ku, dan satu minggu yang lalu aku mendapatkan jawaban darinya" terang Erwinto panjang lebar pada Erlina.
"Jadi itu alasannya ternyata, pantas saja Erwinto bergegas pergi saat menerima telpon, sayang banget dia tidak menjelaskannya saat itu" Erlina mengeluh dalam hatinya. "Jadi bagaimana jawabannya kak?" tanya Erlina kemudian.
"Dinda bilang, bawah dia sebenarnya juga mencintaiku, namun selama ini dia tidak mau berpacaran karena dia ingin, kalau suatu saat nanti dia sudah menemukan seseorang yang dia cintai dan mencintainya, dia ingin langsung menikah saja." jelas Erwinto.
"Jadi keputusan kakak bagaimana?" jawab Erlina.
"Aku ingin menikahinya lin, tolong bantulah aku!" tegas Erwinto. Tiba-tiba tangan Erlina terkepal dan memegang batu krikil itu di tangannya, seketika tangannya terhenti melempar batu krikil.
"Pilihan macam apa ini Tuhan, baru saja aku ingin mengatakan seberapa besar aku sangat mencintai Erwinto, ini bagai petir di pagi yang cerah, sungguh sangat mengguncang hati" Erlina terjatuh dalam lamunan, matanya berkaca-kaca, dan suaranya agak serak.
"Kamu sudah aku anggap seperti adikku sendiri, mana mungkin aku bisa menikah denganmu, sedangkan aku mencintai orang lain. Aku ingin kamu menolak perjodohan ini, kalau aku saja yang menolaknya, kakek pasti tidak setuju, namun kalau kita berdua yang menolaknya, kakek pasti setuju" pinta Erwinto sambil memegang tangan Erlina.
"Tapi aku tidak pernah menganggap mu sebagai kakak lelakiku, aku mencintaimu kak erwin, sudah sejak lama aku memendam perasaan ini, aku mencintaimu secara diam-diam dari usia 6 tahun, banyak lelaki yang berusaha mendekati ku, tapi aku tidak pernah membuka hatiku pada mereka, namun pada akhirnya cintaku bertepuk sebelah tangan seperti ini, sungguh sangat tragis" Erlina menundukkan kepalanya dan meneteskan air mata yang tidak bisa iya bendung lagi, dia menangis dengan begitu saja. Erwinto yang mendengar isi hati Erlina sangat kaget, tidak berani menjawab isi hati Erlina.
Erlina menghapus air matanya, dan langsung menoleh Erwinto yang duduk disebelah kirinya, "Kak erwin tenang aja, aku akan menolak perjodohan ini, walaupun ini pilihan yang sulit bagi erlin, erlin akan melakukan yang terbaik agar kak Erwinto bahagia. Jadi kakak bisa pegang omongan erlin." Erlina yang baru saja sakit hati, dengan santai nya meyakinkan Erwinto. "Aku juga ikut bahagia kalau memang kak Erwinto lebih bahagia dengan Dinda😢."
"Maafkan aku Lin!" Erwinto meminta maaf atas keputusannya. Erwinto kemudian memeluk Erlina. Bukannya berhenti menangis, Erlina malah menangis lebih keras dari tadi. percakapan singkat ini terasa sangat lama karena hasilnya diluar dugaan dari kedua belah pihak. Satu sisi ada Erlina yang merasa bahagia diawal karena bisa berjodoh dengan Erwinto, namun endingnya Erwinto lebih memilih Dinda. Dan disisi lain ada Erwinto yang merasa ingin mati karena harus dijodohkan dengan orang yang tidak dia cintai, namun merasa lega pada akhirnya karena Erlina bersedia melepasnya demi Dinda.
Matahari sudah mulai terik, panasnya lumayan menyengat kalau kita duduk di alam terbuka, mereka memutuskan untuk balik ke rumah. siang itu juga Erwinto pamitan pada ayah untuk balik pulang. Erlina mengantarnya hingga depan pintu, tanpa berani berharap banyak dikemudian hari, sosok punggung erwinto yang menjauh dan masuk ke dalam mobil, sudah tidak terjangkau lagi olehnya.
"Selamat hidup berbahagia kak Erwin, erlin akan selalu mendoakan kebahagiaan mu." pikir Erlina yang melihat Erwinto pulang.
Mobil erwinto melaju dengan sangat pelan keluar halaman rumah Erlina, didalam perjalan pulang Erwinto teringat ucapan Erlina tentang perasaannya, Erwinto tidak menyangka kalau Erlina sudah menyukainya 12tahun ini, tapi dia malah menganggap Erlina sebagai adik. Erwinto tiba-tiba saja meneteskan air mata saat mengingat ungkapan cinta Erlina, "Maaf Erlina, semoga nanti kamu bisa menemukan pasangan yang lebih baik dariku!" Erwinto mendoakan Erlina sambil menghapus air matanya.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Komang Ferela
Cinta tak harus memiliki 😅
2021-08-31
0
Oni Weda
terimakasih sayang😍😘
2021-08-12
2
Encun Shu
semangat
2021-08-12
2