Setelah acara pemadatan selesai dilakukan di dua tempat hari ini, yaitu di perkebunan teh dan di air terjun, para kru berpamitan untuk pulang, dan orang tua Edwin dan Dinda pergi duluan ke Villa,
" Erwin, Dinda, Kami balik pulang duluan ya, nanti untuk lokasi selanjutnya yang sudah saya observasi sesuai dengan permintaan kalian, Nanti malam saya share lokasinya" kata salah satu fotografer.
" Hati-hati di jalan ya" Erwin.
" Hati-hati di jalan ya, Semoga selamat sampai tujuan" Dinda.
" Kalau begitu ibu sama ayah balik ke Villa ya nak, ibu sama ayah Tunggu di sana" kata ibu Dinda.
" Mama Papa juga balik sekarang ya Win, Papa tunggu di bilang kalian jangan lama-lama di luar kumayan dingin." Mama Erwin.
” Oke siap bos!" Erwin dan Dinda menyahut bergiliran. menjawab iya untuk setiap perkataan orang tuanya.
Kemudian Edwin dan Dinda menikmati waktu berdua melihat matahari senja di pinggir air terjun, di sebelah kanan air terjun berdiri sebuah bangunan tua yang berukuran 4 * 4, seperti bangunan Pos kamling.
Erwin dan Dinda Duduk di sana menghadap ke barat menikmati matahari senja yang mulai dingin, di ufuk Barat di langit terlihat awan yang berubah berwarna jingga. di sana Erwin dan Dinda menikmati suasana alam yang sangat menyejukkan. Erwin duduk melipat kakinya.
" Indah bukan? sama seperti suasana hatiku hari ini, Setiap hari aku merasa senang dan menikmati kehidupanku, namun harus aku akui Kalau hari ini hari yang benar-benar menyenangkan." Erwin memulai percakapan mereka.
" Apakah kamu juga berpikir seperti itu? Sebenarnya hatiku juga mengatakan hal yang sama"
" Apakah kamu sudah mulai mencintaiku?"
" Apakah itu pertanyaan yang pantas? saat kita sudah memutuskan untuk menikah, melakukan sesi foto prewedding bersama, merencanakan pertemuan dua keluarga, menyatukan 2 prinsip yang tak sama, Apakah pertanyaan itu masih patut dipertanyakan lagi?"
” Apakah pertanyaan itu tidak boleh aku tanyakan? sebuah pertanyaan yang selalu menghantuiku Mengapa tahun ini, hanya kamu didalam hatiku, hanya kamu yang benar-benar aku inginkan, Apakah salah jika aku bertanya tentang cintamu?"
" Erwin sayang yang, butuh keberanian besar bagiku untuk berdiri diketik ini seperti saat ini. Aku berusaha meyakinkan hatiku padamu, hatiku tentang dirimu, pikiranku tentang, semua yang berkaitan denganmu Aku berusaha untuk memikirkannya. namun masih ada sedikit kebingungan di dalam hatiku"
" Apakah aku boleh mengetahuinya?"
" tentu, karena aku ingin meminta pertimbangan mu. Sudah beberapa minggu ini aku memikirkannya terus, namun aku juga ingin mendengar pendapatmu, Aku harap Erwin bisa memberiku jawaban."
" apakah gerangan yang membuatmu merasa gelisah?"
percakapan mereka berdua berjalan dengan sangat lembut, tanpa saling memandang satu sama lain atau mereka masih menatap awan yang jauh di sana, bercakap-cakap mengungkapkan isi hati masing-masing, tanpa ada yang harus ditutupi lagi, Masa dimana setiap masalah harus kita bagi bersama sebagai pasangan, itulah yang sedang mereka rasakan, Erwin menjadi pendengar yang baik untuk Dinda.
" Erwin, Apakah aku boleh melanjutkan kuliah S2 ku setelah kita menikah?"
" kamu mau melanjutkan di mana? Apakah sudah terpikir?"
" semenjak lulus kuliah 2 tahun lalu, Ingin sekali aku lanjutkan S2 aku di luar negeri, ambil jurusan MBA, aku sudah mengajukan untuk beasiswa, namun tahun lalu aku tidak lolos seleksi untuk penerima beasiswa."
" Kenapa harus jauh-jauh ke luar negeri, bukannya di negara kita banyak universitas yang bagus?"
" jadi jawabannya?"
" sebenarnya aku tidak masalah, namun di satu sisi aku juga memiliki sebuah perjanjian yang harus aku tepati dengan kakek."
Dinda sangat kaget mendengar jawaban Erwinto. Sungguh diluar dugaan ternyata Erwin memiliki perjanjian dengan kakeknya, Kenapa Erwin tidak menceritakannya kepada Dinda, tidak Biasanya seperti ini biasanya Erwin selalu menceritakan Apapun masalahnya kepada Dinda, namun tidak untuk kali ini.
" perjanjian? perjanjian apa yang kamu maksud? kamu belum pernah menceritakannya padaku sama sekali."
" sebenarnya aku ingin membicarakannya dan beritahu pada saat yang tepat, namun dari kemarin aku belum menemukan saat yang tepat membicarakannya denganmu, namun aku pikir Sekaranglah waktunya." Erwin murai menundukkan kepalanya, berhenti memandangi langit yang mudah menjadi gelap.
*flashback
Waktu itu sehari setelah Erwin menolak Perjodohan nya dengan Erlin, kakek menemui Erwin dan menanyakan keseriusannya dengan wanita yang ingin dia nikahi, kakek membersihkan persyaratan kepada Erwin, Erwin boleh menikahi Dinda menjadikan Dinda istrinya asalkan, Dinda bisa memberinya keturunan dalam waktu 1 tahun, kakek mengatakan di usia senjanya dia ingin sekali gendong Cicit.
Erwin menyanggupi permintaan kakeknya, dengan pertimbangan waktu itu, "masa depan tidak pasti" pikir Erwin, yang berpasrah dengan keadaan yang menjepit nya, tanpa memikirkan perasaan Dinda jikalau dia tahu kalau kakek memiliki persyaratan yang tidak bisa diberi kepastian, Siapa yang bisa memastikan seseorang mampu memberi keturunan dalam waktu setahun, manusia hanya bisa berencana dan berusaha, hasilnya masih ada penguasa di atas kita yang menentukan setiap Karma dan hasil karmanya.
" Kakek juga berat memberimu Restu dengan wanita itu, kakek terikat janji dengan kakeknya Erlina,, namun kakek memahami satu hal bahwa hatimu tak bisa kakek paksakan sesuai kehendak kakek, namun di usia senja kakek-kakek ingin bisa melihat cicit kakek, kakek berharap kamu bisa menyanggupinya sebagai salah satu pertukaran."
" Baik kek, Erwin dan Dinda akan berusaha sebaik mungkin.!" dan sampai saat ini Erwin Masih memikirkan tentang Salah satu syarat yang sudah pakai berikan kepadanya sebagai ganti dari permintaan Erwin yang juga berat bagi kakek Santoso.
" Ingat satu hal Erwin, kesempatan mungkin datang berkali-kali, namun setiap kesempatan memiliki berkah yang berbeda-beda, saat kesempatan datang untuk pertama kalinya, alangkah lebih bijaksana kalau kita mengambil kesempatan itu dan tidak menyia-nyiakannya, karena saat kesempatan kedua datang kita sudah tidak memiliki kesempatan yang sama seperti pertama kali. Kamu harus ingat pesan Kakek ini, kekecewaan yang diberikan seseorang sangatlah menyakitkan, namun jika suatu saat nanti hari-hari itu, kakek harap kamu bisa mengambil keputusan yang lebih bijaksana"
Jujur saja Erwin tidak memahami nasehat yang kakek berikan, terlalu banyak kata kiasan yang bisa ditafsirkan berbeda-beda sesuai dengan keadaan yang dialami, Namun karena Erwin terus memikirkannya, perlahan nasehat itu mendarah daging dalam hati Erwin.
Setelah Erwin menceritakan percakapannya dengan kakek Santoso, Dinda menjadi sangat sedih, namun dia tidak menceritakan semua keluhan hatinya kepada Erwin, Dinda menjadi pendengar yang baik saat Erwin berbagi isi hatinya, sebuah beban yang Erwin rasakan selama beberapa bulan terakhir.
" Tapi Win! Aku sangat ingin mengejar cita-citaku, bahkan setelah menikah pun aku tak pernah memikirkan untuk melepas semua mimpi mimpiku!" Dinda memegang tangan kiri Erwin.
" Aku sudah berjanji kepada kakek ku, sebagai ganti permintaanku aku untuk menikahimu, sebagai lelaki Aku harus bisa memegang kata-kataku, sangat besar harapanku kepadamu Dinda, Semoga kamu bisa membantuku mengucapkan janjiku itu"
" Tapi Win, aku sangat menginginkan S2 di luar negeri, aku pikir aku bisa melakukannya setelah menikah, Aku pikir kamu seorang pria yang sangat modern"
Perdebatan itu mulai memanas, membakar Hati 2 pasangan tersebut, usia senja tak bisa dihindari, usia muda jangan disia-siakan, namun apa daya Erwin yang sudah menjanjikannya kepada Santoso kakeknya.
" Kenapa kita harus membahas hal ini, Bukannya tidak ada solusi, solusinya sangat gampang, kamu bisa melanjutkan S2 mu setelah kita menikah, tidak perlu menunggu beasiswa aku bisa membantumu mewujudkan nya" erwin memberi solusi yang sangat bijaksana.
Namun di sisi lain Dinda terlihat sangat kecewa dengan jawaban Erwin yang tidak sesuai dengan pemikirannya, Dinda mengharap lebih, dan dia mengharap jawaban yang lebih dewasa dari Erwin. Tidak sepantasnya Erwin mengatakan bahwa ia bisa membiayai kuliah Dinda, bukan berarti uang bisa menyelesaikan setiap masalah, itulah yang Dinda rasakan sekarang.
" Erwin, Apapun yang terjadi aku akan memilih mengejar, jika Saat itu tiba aku akan memilih mimpiku terlebih dahulu"
" Namun perlu kamu ingat satu hal Dinda, sekali Kamu mengecewakanku mungkin saja aku bisa memaafkan mu, Tapi tidak untuk keluarga besar ku, jika itu terjadi Aku tidak akan bisa berdiri di pihak mu, aku akan berdiri di pihak keluarga pun. maaf jika jawaban ini membuatmu terkejut"
Tanpa basa-basi Dinda dan Erwin mengungkapkan isi hati mereka masing-masing, mereka membuat kesepakatan yang sangat aneh Jika dilihat dari sudut pandang masyarakat pada umumnya.
" Mari kita tidak menyalahkan, saat kita harus memilih, aku berharap kita berdua tidak menyesali Setiap keputusan yang sudah kita ambil bersama, jadi kita harus berjanji tidak akan menyalahkan siapa pun di kemudian hari." Dinda membuat kesepakatan dengan Erwin, Erwin tidak bisa berkata-kata lagi jika itu memang keputusan terindah, Erwin menyetujui permintaan Dinda.
Begitulah percakapan mereka diakhiri, tanpa harus cepat-cepat panjang lebar, mereka pasangan yang cukup dewasa memiliki komitmen masing-masing yang harus dihargai, begitu halnya saat Erwin mengatakan masalahnya, Dinda juga meminta kompensasi atas permintaan Erwin, matahari senja ditutup dengan langit yang mulai gelap saat sebelum bintang mulai terlihat, semoga Erwin dan Dinda tidak menyesali kesepakatannya hari ini.
"Beginilah kehidupan, masa depan yang tidak bisa ditebak, hanya bisa berencana dan melakukan yang terbaik. Semoga kita tidak terjebak dalam keputusan yang sudah kita ambil" Erwinto.
"😉ok"
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Komang Ferela
kok jadi mewek thor bagian akhir bab ini 🥺🥺
2021-09-07
0