Seorang gadis menangis tersedu-sedu di depan makam orang tuanya. Dia meratapi nasibnya saat ini.
"Ibu aku merindukanmu hiks....hiks...".
Gadis itu kemudian menyentuh nisan di samping makam ibunya.
" Ayah, kenapa ayah juga meninggalkan ku, ayah tahu?, ibu Rina berubah sejak ayah pergi hiks....hiks...".
Gadis yang sedang menangis di depan nisan orang tuanya itu bernama Ajeng Maisya. Dia adalah gadis yatim piatu yang bekerja keras demi menyambung hidupnya sendiri.
Sebelumnya, kehidupannya sangat bahagia dengan keluarganya yang lengkap. Meskipun dari keluarga sederhana, Ajeng sangat bahagia.
Ibunya orang yang lemah lembut. Sedangkan ayahnya adalah seorang yang sangat ramah dan sangat menyayanginya,namanya adalah pak Budi.
Hingga pada suatu hari, ketika umurnya 11 tahun ibunya harus meninggalkannya untuk selamanya, karena suatu penyakit yang dideritanya. Dia sangat terpukul dengan kepergian ibunya ,sehingga menjadikannya seorang yang pendiam.
Ketika umurnya 15 tahun, ayahnya menikah lagi dengan wanita yang bernama Rani. Ajeng senang sekali karena Rani baik dan sangat menyayanginya. Rani dan Budi pun di karuniai seorang anak laki-laki yang bernama Viko.
Ajeng sangat menyayangi adiknya, begitupun Viko. Hingga suatu ketika Pak Budi mengalami kecelakaan di tempat kerjanya dan menewaskannya.
Ajeng dan keluarganya sangat terpukul mendapat kenyataan itu. Bu Rani pun sikapnya mulai berubah drastis. Dari dirinya yang bersikap baik kepada Ajeng, kini berubah menjadi kasar dan suka memukul Ajeng setiap kali Ajeng melakukan sedikit kesalahan.
Bu Rani juga tidak pernah memberikan uang jajan kepada Ajeng. Bahkan biaya sekolah Ajeng pun tidak dibayar olehnya.
Sehingga Ajeng harus menghidupi dirinya sendiri dengan bekerja di perusahaan milik keluarga Nugraha sebagai OG. Ajeng mengambil Sif sore hingga malam, jadi dirinya masih bisa bersekolah.
Hingga kini usianya 21 tahun, Ajeng membiayai kuliahnya sendiri. Walaupun demikian Bu Rani masih tetap bersikap buruk kepadanya.
Viko seringkali menangis melihat kakaknya yang selalu di siksa oleh ibunya. Kini usia Viko beranjak 4 tahun.
Seperti saat ini, Ajeng sedang membersihkan rumahnya saat hari liburnya. Tanpa sengaja Ajeng menyenggol gelas hingga terjatuh dan pecah. Hanya gelas yang jatuh saja membuat Bu Rani naik pitam.
"Dasar anak kurang ajar, kau sudah ku izinkan tinggal di rumah ini, sekarang mau menghabiskan barang-barang di rumah ini!!," Ucap Bu Rani seraya memukuli Ajeng.
" Ampun Bu..., aku tidak sengaja, ampun Bu... Hiks ..hiks..."
" Ampun kamu bilang?!!, kau sudah menghancurkan barang-barang di rumah ini, kau mau membuatku miskin ha..!." Bentak Bu Rani sehingga membuat Ajeng begitu ketakutan.
Viko yang melihat kakaknya disiksa ibunya pun langsung berlari menghalangi ibunya agar berhenti memukuli kakaknya.
"Jangan pukul kakak lagi Bu, Jangan pukul," rengek Viko sembari berusaha menutupi tubuh sang kakak.
" Viko masuk ke kamarmu!!." Bentak sang ibu.
" Tidak, Viko tidak mau ibu memukuli kakak lagi!!," ucap Viko membela sang kakak.
" Ibu bilang masuk!!," bentak Rani kembali.
" Viko sayang turuti kata ibu sayang, Jangan membantah ibu, kakak tidak apa-apa," ucap Ajeng berusaha kuat menutupi rasa sakitnya.
" Tapi kak.."
" Viko masuk!." Ucap Bu Rani kembali
Akhirnya Viko pun mau tidak mau masuk ke kamarnya sambil menangisi Ajeng. Ia tidak ingin ibunya terus menyiksa sang kakak.
Setelah Viko masuk ke dalam kamarnya, Rani pun menatap Ajeng dengan nanar. Ada rasa takut yang terlihat dari sorot matanya.
"Ayo kamu pergi dari rumah ini, aku sudah muak melihatmu!!". Ucap Rani menarik Ajeng dan menggiringnya keluar rumah.
" Bu, jangan usir Ajeng Bu, Ajeng mau tinggal di mana nanti? ,hiks...hiks..," ucap Ajeng menghiba.
"Terserah!!, saya tidak mau tahu saya lelah terus berpura-pura baik terhadapmu!." Rani menutup pintu dengan keras dan menguncinya.
Ajeng yang menangis, terus saja mengetuk pintu itu berharap Rani membukukan pintu itu.
Cklek.. Pintu terbuka.
" Ibu, Ajeng tahu ibu tidak sungguh-sungguh kan mengusir Ajeng?, maafkan Ajeng Bu," ucap Ajeng yang mengira Rani akan menyuruhnya masuk.
Namun dugaannya salah, Rani malah melempar sebuah tas ke hadapan Ajeng.
Bruuk...
Sebuah tas beserta isinya jatuh di hadapan Ajeng. "Bahwa barang-barang mu yang tidak berguna ini, ingat jangan pernah kembali lagi!," Bentak Rani dan kembali mengunci pintu rumah itu.
" Ibu buka pintunya Bu, Ajeng mohon maafkan Ajeng!. Ajeng harus tinggal di mana Bu?." Ajeng terus menggedor pintu tersebut berharap Rani akan menyuruhnya masuk. Dengan derai air mata tubuh Ajeng mulai merosot di depan pintu tersebut.
Setengah jam Ajeng menggedor pintu rumahnya, tapi Rani dengan tega tak membiarkan Ajeng masuk. Akhirnya dengan berat hati, Ajeng melangkahkan kakinya pergi meninggalkan rumah itu. Rumah dengan berbagai kenangannya bersama keluarganya waktu kecil.
Ajeng terus saja mengusap air matanya yang tak dapat Ia bendung.
"Aku harus kemana?, Ayah, Ibu, Ajeng rindu kalian," ucapnya masih dengan Isak tangisnya.
Ajeng menatap langit sambil memejamkan mata. Air mata pun deras mengalir di pipinya. Hatinya sakit dengan perlakuan ibu tirinya.
Dan akhirnya pun saat ini Ajeng berada di makam kedua orangtuanya. Meratapi bagaimana nasibnya kedepannya.
Setelah sedikit tenang, Ajeng merogoh kantung tasnya berharap dompet dan ponselnya masih disana.
" Syukurlah, masih ada," ucap Ajeng seraya mengambil ponselnya dan menghubungi temannya bekerja.
Tuuuut...
panggilan tersambung.
" Halo Nani, apa kamu sibuk saat ini? ".
"................."
"Bolehkah aku menginap di kos mu malam ini?."
"......................"
"Iya tapi aku tidak bisa bercerita lewat telpon".
"...................."
"Baiklah aku akan kesana, terimakasih sudah mengizinkan ku untuk menginap di tempat mu, kau memang teman terbaik," ucap Ajeng merasa lega. Setidaknya malam ini ia tidak terlantar di jalanan. Ajeng mengakhiri panggilannya. Dia bergegas ke kosan Nani temannya.
" Terimakasih sudah menerimaku disini Na," ucap Ajeng kembali menangis setelah menceritakan semuanya.
Nani yang mendengar cerita Ajeng pun memeluk Ajeng agar temannya ini tenang.
"Jangan sedih Je , kau harus kuat, tinggallah di sini. Aku senang karena ada teman untuk ngobrol, jangan bersedih lagi," ucap Nani menepuk-nepuk punggung temannya.
" Terimakasih Na sudah mau menerimaku, aku berjanji akan membantu membayar kosan mu ini tiap bulannya," ucap Ajeng melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya.
" Sudahlah jangan pikirkan itu, yasudah kita siap-siap bekerja. Kan sebentar lagi sudah mau masuk sift kerja kita," ucap Nani mengingatkan.
Ajeng menganggukkan kepalanya. Kini dia harus berjuang keras mulai dari nol. Berharap masa depannya akan menjadi cerah.
Setelah mereka sampai di tempat kerjanya. Ajeng dan Nani melakukan pekerjaan bagiannya masing-masing.
Ajeng sangat telaten dalam bekerja. Apa lagi dalam memasak. Bahkan Ajeng pandai membuat kopi yang sangat enak. Sehingga CEO di perusahaan ini pun sering kali memesan kopi buatan Ajeng.
Seperti hari ini, Tuan Jonathan CEO di perusahaan ini ingin Ajeng membuat kopi untuknya dan mengantarkannya sendiri ke ruangannya. Karena selama ini Ajeng hanya membuatkan kopinya saja. Sedangkan yang mengantarnya OB lain.
Ajeng sedikit gugup mengantar kopi ke ruangan CEO. Karena baru kali ini dia akan berjumpa dengan CEO di perusahaan ini.
" Permisi Tuan, saya mau mengantarkan kopi pesanan Tuan Jonathan," ucap Ajeng pada asisten CEO yang berada di samping pintu masuk ruangan CEO.
Vino mendongakkan kepalanya. "Silahkan nona, masuklah tuan Jonathan sudah menunggu Anda," Ucap Vino datar.
"Baik tuan," Ajeng pun masuk kedalam ruangan CEO. Dia bergidik ngeri dengan asisten Vino.
"Asistennya saja seperti itu apalagi Tuan Jonathan nanti, dan semua desas-desus itu?." Ajeng berucap dalam hati. Namun ia segera melangkah memasuki ruangan tersebut.
"Permisi tuan, ini kopi pesanan Anda," ucapnya sambil menunduk.
Tapi tidak ada sahutan di sana. Ajeng mengangkat kepalanya mengarahkan pandangannya ke arah meja CEO. Tapi Tuan Jonathan tidak ada di sana.
Ajeng pun menaruh kopinya di atas meja dan ingin keluar dari ruangan tersebut.
Saat hendak membuka pintu ruangan tersebut untuk keluar, tiba-tiba ada yang menariknya dan langsung mengukungnya bahkan menghimpitnya ke tembok.
Orang itu mencium bibir Ajeng brutal. Tenaganya sangat kuat. Ajeng meronta berharap pria itu melepaskannya. Tapi sekuat apapun dirinya berontak, tenaganya kalah jauh dengan pria itu.
" Emmmt...lepaskan!, apa yang kau lakukan.. Lepaskan aku..!," ucap Ajeng meronta berusaha melepaskan diri.
"Diamlah! aku membutuhkan mu saat ini!," ucap pria itu menatap tajam Ajeng. Jaraknya sangat dekat.
Ajeng menatap matanya tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. " Tuan Jonathan," ucapnya terkejut.
"Tidak!, Tuan kumohon lepaskan aku," ucap Ajeng meronta dan menghiba, berharap CEO itu melepaskannya.
" Kau harus membantuku!," ucapnya kembali. Pandangannya berkabut saat melihat Ajeng.
Kemudian dia mengangkat tubuh Ajeng kedalam ruangan khusus istirahatnya yang ada di ruangan itu.
Ajeng terus meronta, tapi tetap saja tidak berhasil lepas.
Jonathan merobek seluruh pakaian yang dikenakan Ajeng hingga tubuhnya polos saat ini. Dia pun membuka seluruh pakaiannya. Hingga kini tubuh keduanya sama-sama polos.
Ajeng terus berontak, air matanya terus mengalir. Tapi tak membuat Jonathan melepaskan dirinya.
Jonathan dikendalikan obat yang membuatnya hilang kesadaran dan kendali.
Akhirnya sore itu, Jonathan berhasil merenggut kesucian Ajeng tanpa perduli yang dirasakan Ajeng saat itu, tanpa perduli teriakan Ajeng saat itu.
***
Bab review genks, othor akan mereview ulang beberapa bab. Karena othor tidak pernah membaca karya othor sendiri.
Jonathan Prawira Nugraha adalah seorang CEO perusahaan Nugraha. Dia adalah putra satu-satunya Tuan Nugraha.
Dia di kenal dengan pribadi yang dingin dan cuek. Apalagi pada setiap wanita. Karena kejadian di masa lalu yang membuatnya menutup hatinya untuk siapapun.
Tuan Nugraha sudah meninggal menyusul mendiang istrinya . Lebih tepatnya disaat Jonathan masih SMA.
Dan mau tidak mau Jonathan harus menjalankan perusahaan ayahnya hingga saat ini.
Perusahaan yang bergerak dalam bidang kesehatan itu berpengaruh sangat besar di negara tersebut. Hingga menduduki posisi nomor 3 perusahaan terkaya se-Asia.
Meskipun demikian,banyak perusahaan yang iri terhadapnya hingga melakukan hal yang ingin membuat Jonathan hancur saat ini.
Seperti halnya beberapa hari yang lalu. Jonathan menolak kerjasama dengan perusahaan yang tidak berkenan dengan pemikiran dan hatinya. Dia pun langsung menolaknya mentah-mentah.
Sehingga pemilik perusahaan tersebut menaruh dendam dan melakukan sesuatu yang membuat Jonathan hilang kendali.
Saat itu, Jonathan meminum jus yang dipesannya. Sebelumnya rivalnya sudah menyuruh pegawai restoran tersebut untuk mencampur sesuatu ke dalam minuman Jonathan.
Dan ternyata itu sudah dicampur dengan obat perangsang oleh orang suruhan Komar
Oang yang ingin bekerjasama dengan perusahaan Nugraha tapi ditolak mentah-mentah oleh Jonathan.
Komar berpura-pura membantu Jonathan. Padahal dia membawa Jonathan ke hotel yang ada di tempat itu dan menyuruh ****** memasuki kamar yang sudah di pesannya.
"Kau akan merasakan akibatnya karena berani menolak perusahaan ku!," Ucapnya sambil membaringkan tubuh Jonathan di tempat tidur. Kemudian dia keluar dan menyuruh wanita ****** masuk kedalam kamar itu.
Jonathan yang merasa tubuhnya panas membuka sedikit kancing baju bagian atas kemejanya.
Wanita itu pun masuk kedalam kamar hotel tersebut. Dia tersenyum melihat mangsanya kali ini.
Seorang pria tampan yang langsung membuatnya tergoda untuk melakukan aksinya.
Wanita itu dengan binal nya segera menghampiri dan menyentuh bagian-bagian tubuh Jonathan yang begitu sensitif. Membuat Jonathan menggeram merasakannya.
Jonathan berada diambang kesadarannya. Saat wanita itu menyentuhnya tubuhnya bereaksi. Dia pun langsung mengukung tubuh wanita ****** itu.
Saat dirinya hendak mencium bibir wanita itu, Jonathan sedikit tersadar dan mendorongnya.
" Pergi kau dari sini, apa yang kau lakukan?!, menjauhlah dariku!!," ucap Jonathan sempoyongan memegangi kepalanya.
Tapi wanita itu tetap mendekati Jonathan, karena dirinya sudah di bayar Komar tadi. Dan dia pun menginginkan Jonathan saat ini.
Wanita itu kembali menyentuh dada bidang Jonathan dan berusaha melepaskan satu persatu kancing kemeja Jonathan.
Dan tepat di saat itu, pintu kamar hotel tersebut terbuka. Vino datang bersama pegawai hotel dan beberapa orang suruhannya.
"Tangkap wanita itu dan masukan dia kepenjara!," titah Vino kepada orang-orang suruhannya.
Sebelumnya Vino sudah menangkap Komar. Vino curiga ada yang tidak beres, karena Jonathan tak kunjung keluar dari perusahaan Komar.
Akhirnya dia pun mengutus orang suruhannya untuk mengawasi tuannya di dalam restorantersebut.
" Tuan, tolong jangan masukkan saya ke penjara Tuan, saya hanya disuruh Tuan Komar. Saya mohon tuan," ucap wanita itu meronta-ronta agar Vino melepaskannya. Tapi Vino begitu dingin dan tidak perduli walaupun wanita itu meronta dan memohon.
Setelah wanita itu dibawa orang suruhannya, Vino membawa tuannya kembali ke kantornya melewati sebuah jalan pintas yang langsung menghubungkan ke kantorJonathan.
Vino memasuki lift khusus dan membawa tubuh Jonathan dengan kesusahan. Vino membawa Jonathan ke ruangannya.
Lalu ia segera membawa Jonathan menuju bethup dan mengguyurkan air ke tubuh Jonathan.
Jonathan sedikit merasakan kesadarannya. Iapun menyuruh Vino untuk mencarikannya seorang wanita untuk membantunya. Setidaknya bukan wanita ****** yang membantunya.
Jonathan teringat ada OG yang sering membuat kopi kesukaannya, tapi tidak pernah melihat siapa gadis itu. Yang Jonathan dengar, dia seorang wanita muda.
" Bawa gadis pembuat kopi itu kemari Vin!," titahnya dengan suara yang memberat
" Tapi Tuan."
" Aku mau dia, cepat kau panggil dia kemari!!," ucap Jonathan penuh penekanan.
" Baik Tuan," ucap Vino akhirnya.
Vino menyuruh karyawan kantor memanggilkan Ajeng untuk membuatkan kopi dan mengantarnya ke ruangan Jonathan.
Setelah Ajeng memasuki ruangan Tuan nya, Vino Sebenarnya merasa bersalah kepada Ajeng. Tapi dia tidak bisa membantah perintah Jonathan.
Karena Jonathan telah berjasa menolong keluarganya di masa lalu. Akhirnya dia pun mematuhi setiap ucapan Jonathan.
Sudah tiga jam Ajeng belum keluar dari ruangan Jonathan. Vino sangat cemas.
Di dalam ruangan istirahat CEO, seorang gadis yang kini telah berganti status menjadi seorang wanita karena keperawanannya telah direnggut oleh orang yang tidak pernah Ia sangka akan tega melakukan semua itu.
Dia meratapi nasibnya yang begitu miris. Sudah diusir dari rumahnya sendiri. Kini mahkota yang benar-benar dia jaga selama ini harus terenggut secara paksa.
" hiks..hiks.. Ayah, ibu...Ajeng ingin ikut kalian ,Ajeng sudah tidak kuat lagi, Ajeng tidak kuat..." Ajeng terus menangis di sana. Sedangkan Jonathan,masih terlelap karena terlalu kelelahan.
Tanpa sadar Ajeng pun akhirnya ikut tertidur karena terlalu lelah melayani Jonathan dan terlalu lelah menangisi nasibnya.
Siang itu menjadi tragedi yang begitu menyakitkan untuk Ajeng.
****
Ajeng terbangun, dia merasakan tubuhnya sakit semua. Apalagi di bawah sana dia merasakan nyeri yang luar biasa.
"Sssssss...sakit sekali", Ajeng mendesis.
Dia mengarahkan pandangannya ke sekeliling. Tidak ada orang di ruangan itu.
Cklek ..
Pintu ruangan itu pun terbuka. Disana ada seorang pria tampan yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
" Kau sudah bangun?!, mandilah, kemudian kenakan baju ini ",ucap Jonathan datar sambil menaruh baju di ujung tempat tidur. Kemudian dia melangkah keluar.
Ajeng menatap nyalang kepergian sang CEO. Kemudian dia bersusah payah menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Setelah selesai, dia memakai baju yang sudah di siapkan oleh Jonathan.
Seketika tatapannya tertuju pada bercak darah yang ada di atas seprai. Ajeng kembali meneteskan air matanya.
Ajeng segera mengusap air matanya dan melangkah keluar. Disana sudah ada Jonathan dan asistennya Vino sedang menunggunya.
" Silahkan duduk Nona",ucap Vino.
Ajeng menatap kedua orang itu dengan tatapan menyalang. Dia benar-benar membenci CEO dan asistennya itu.
"Silahkan baca dan tanda tangani perjanjian itu Nona!".
" Apa ini?! ".
" Silahkan anda membacanya terlebih dahulu".
Ajeng membaca surat perjanjian yang diberikan oleh asisten Vino.
Brak...
Ajeng berdiri dan melempar surat perjanjian itu ke hadapan Jonathan.
"Aku tidak mau menandatangani surat perjanjian ini. Kau adalah orang terbejat yang pernah saya kenal. Aku pikir CEO perusahaan ini adalah orang yang baik. Ternyata dia tidak lebih dari seorang bajingan brengsek yang berkedok CEO!!!", teriak Ajeng merasa marah, dia merasa direndahkan harga dirinya.
" Jaga batasan dan ucapan Anda nona!!?",nada suara asisten Vino meninggi.
Jonathan pun menjadi emosi mendengar perkataan Ajeng.
"Kau dasar perempuan tidak tahu diuntung.kau tahu diluar sana banyak wanita yang mengantri untuk tidur denganku!!".
" Kalau begitu kenapa Tuan Jonathan tidak mencari wanita lain diluar sana, kenapa harus aku. Tuan sudah mengambil apa yang berharga milik saya dan menghancurkan masa depan saya. Dan sekarang dengan mudah Anda memberikan sejumlah uang yang banyak untuk membeli harga diri saya. Saya bukan wanita ****** yang bisa Anda beli sesuka hati Anda Tuan!! ".
" Cih...kau terlalu memandang tinggi harga dirimu nona! ",cibir Jonathan.
" Lebih baik Anda menanda tanganinya nona. Itu juga untuk kebaikan nona. Anda bisa pergi jauh dengan uang itu. Anda juga bisa membeli rumah mewah dengan uang itu. Dan kehidupan Anda akan menjadi lebih baik kedepannya ",ucap asisten Vino.
" Tanpa Anda menyuruh saya untuk pergi jauh. Saya memang akan pergi jauh, tapi aku tidak akan membawa uang sepeserpun dari Anda. Simpan uang Anda kembali. Tuan tentang saja, aku tidak akan mengatakan hal ini kepada siapapun ataupun media. Aku hanya perlu mengingat bahwa Tuan Jonathan prawira Nugraha adalah seorang yang brengsek!!,permisi Tuan!!!".Ajeng langsung meninggalkan ruangan CEO dengan menahan rasa sakit. Rasa sakit di hatinya dan rasa sakit dibawah sana.
Kedua pria tersebut hanya mematung menatap kepergian Ajeng. Pasalnya banyak wanita yang ingin menjadi kekasih, wanitanya, ataupun jalangnya. Tapi gadis ini benar-benar berbeda membuat Jonathan bingung.
Disaat kedua pria itu masih mematung, Ajeng kembali ke hadapan Jonathan dan menampar keras pipi sang CEO. Kemudian dia berjalan kembali meninggalkan ruangan itu.
Setelah beberapa saat, kedua pria itu tersadar dari pemikirannya masing-masing. "Vino, kau cari tahu semua informasi tentang gadis itu dan berikan semua data-datanya secepatnya kepadaku!".
" Baik Tuan",Vino kemudian berjalan keluar ruangan Jonathan dan menghubungi orang suruhannya untuk mencari informasi tentang Ajeng.
.
.
.
Ajeng menyusuri jalan dengan air mata yang terus membasahi pipinya.
"Tuhan.. Ujian apa lagi yang kau berikan padaku... Aku sungguh ingin ikut bersama ayah dan ibu, hiks..hiks.."
Ajeng tiba di kos Nani pukul tujuh malam. Nani terkejut saat membuka pintu. Nani melihat temannya tampak berantakan dengan air mata yang terus mengalir di pipinya.
"Ya ampun Ajeng, kamu kenapa?, apa yang terjadi denganmu?", Nani khawatir dengan keadaan Ajeng saat ini.
Ajeng langsung memeluk erat Nani dan menumpahkan tangisannya di sana.
" Aku kotor Na, aku kotor hiks... hiks..".
"Apa yang terjadi Je,cerita padaku. Kenapa kau begitu berantakan dan kenapa kau menangis seperti ini?!".
Ajeng pun menceritakan apa yang terjadi kepada Nani dengan air mata yang semakin deras.
Nani terkejut CEO tempatnya bekerja ternyata orang yang seperti itu. Dia berusaha menenangkan Ajeng.
Setelah beberapa saat Ajeng mulai tenang." Yasudah kalau begitu kamu mandilah dulu Je,aku sudah masak makan malam. Setelah itu kita makan bersama ".
Ajeng hanya mengangguk, pandangannya kosong. Diapun segera ke kamar mandi dan menyalakan shower. Ajeng kembali menangis disana. Dia menggosok setiap bagian tubuhnya yang di sentuh Jonathan hingga kulitnya perih serasa mau mengelupas. Tapi tak dirasakannya. Hatinya lebih sakit saat ini.
Nani mengetuk pintu kamar mandi dengan keras karena sudah dua jam Ajeng tidak keluar juga dari sana.
Dor..dor...dor...
" Je, kamu tidak apa-apa kan Je, keluar Je kau sudah terlalu lama di dalam sana! ",ucap Nani cemas. Tapi tidak ada jawaban dari dalam sana.
Nani akhirnya mencari kunci cadangan kamar mandi dan membukanya. Dia terkejut dengan yang dilakukan Ajeng.
"Ya ampun Ajeng, apa yang kau lakukan. Cukup Ajeng hentikan!!".Nani melihat Ajeng miris. Ajeng berusaha menghilangkan bekas kismark yang ada di tubuhnya hingga kulitnya mengelupas.
" Hentikan Je, jangan sakiti dirimu lagi. Kau gadis yang kuat Je",Nani ikut menangis melihat kondisi Ajeng saat ini.
"Aku jijik dengan diriku sendiri Na, aku sudah kotor,aku tidak berharga lagi".
" Kau gadis yang kuat Je, ini semua akan berlalu, aku akan selalu ada bersamamu. Masa depanmu masih panjang Je ".
" Masa depanku sudah hancur Na. Tidak ada orang yang mau dengan aku yang kotor ini ".
" Kau kuat Je, aku yakin itu. Kau harus bisa menghadapi ujian dari Tuhan. Aku yakin orang tuamu diatas sana ikut menangis melihat kau yang seperti ini,Aku yakin kau gadis yang tangguh Je ".
Ajeng terdiam mendengar ucapan temannya."Kau benar Na, aku harus kuat, aku tidak ingin orang tuaku diatas sana kecewa melihat ku".
" Itu baru Ajeng yang ku kenal. Kau harus bangkit. Aku akan selalu bersamamu Je, mulai saat ini kita akan menjadi sahabat selamanya ".
" Terimakasih Na sudah menguatkan ku ".
"Mulai saat ini jangan bersedih lagi Je, aku akan sedih melihat mu yang seperti sekarang ini".
Akhirnya mereka berpelukan dan menumpahkan tangisannya.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Tiga hari berlalu
Kini Ajeng sudah tidak bekerja di perusahaan Nugraha lagi. Dia dan Nani akan pergi ke London untuk bekerja sebagai juru masak di restoran teman Nani.
Ajeng dan Nani sedang berkemas membereskan barang-barang yang akan mereka bawa.
Siang ini mereka akan berangkat ke London. Ajeng berharap kehidupannya akan lebih baik lagi kedepannya. Dia akan meninggalkan kota ini. Kota yang menjadikannya kenangan buruk dalam hidupnya.
Satu bulan berlalu.
Ajeng dan Nani bekerja sebagai koki di restoran Andrew. Andrew adalah teman SMA Nani yang memberikan pekerjaan untuk Nani dan Ajeng.
Andrew juga memberikan tempat tinggal kepada mereka. Sebenarnya Andrew tertarik dengan Ajeng saat pertama kali bertemu dengannya .Andrew meminta bantuan kepada Nani untuk membantunya mendapatkan Ajeng.
Karena itulah Nani memberi tahu kejadian yang menimpa Ajeng. Andrew tidak mempermasalahkannya, dia malah kagum dengan Ajeng. Dia bertekad untuk mendapatkan cinta Ajeng. Nani pun membantunya untuk mendapatkan Ajeng, dia tahu Andrew pria yang baik.
Hari ini Andrew menawarkan akan mengantarkan Nani dan Ajeng untuk pulang. Nani berkilah sedang ada urusan dengan pegawai restoran yang lain. Sehingga Andrew hanya mengantar Ajeng.
Andrew merasa senang, karena akan berdua saja dengan Ajeng.
Dalam perjalanan pulang, di dalam mobil hanya keheningan saat ini,karena biasanya saat mereka bertiga bersama, Nanilah yang paling cerewet. Andrew memperhatikan wajah Ajeng terlihat pucat saat ini. Dia pun memberanikan dirinya untuk bertanya.
"Apakah kau sedang sakit Je?,kau terlihat pucat",ucapnya membuat Ajeng memegangi wajahnya.
" Apa aku terlihat pucat mas?,Tapi aku tidak sakit. Akhir-akhir ini aku memang mudah sekali kelelahan, mungkin anemia ku kambuh ".
" Apa kita perlu kerumah sakit? ".
" Tidak perlu mas terimakasih, aku hanya perlu istirahat saja nanti juga akan sembuh ".
Akhirnya mereka pun sampai di parkiran apartemen lama Andrew yang ditinggali Nani dan Ajeng saat ini.
" Terimakasih mas sudah mengantarku "
"Jangan sungkan, masuklah dan istirahatlah",ucap Andrew sembari tersenyum.
Andrew hendak berbalik dan membuka pintu mobil. Tapi dia mendengar sesuatu yang jatuh. Dia pun menengok kebelakang. Andrew membelalakkan matanya melihat Ajeng yang sudah tergeletak di sana.
Andrew segera membawa Ajeng kerumah sakit terdekat. Andrew sangat cemas dengan keadaan Ajeng saat ini.
Dokter datang dari ruang UGD setelah memeriksa keadaan Ajeng.
Andrew mengerutkan keningnya melihat sang dokter yang tersenyum setelah memeriksa Ajeng.
" Selamat Tuan, Anda akan menjadi seorang ayah, istri Anda sedang mengandung kurang lebih sudah enam Minggu".
Andrew terkejut mendengar penuturan dokter.
"Apa, hamil dok".
" Ya, selamat ya Tuan,dijaga baik-baik ya Tuan kandungan istri Anda. Kalau begitu saya permisi dulu ".
Andrew segera menghampiri Ajeng. Dia melihat Ajeng sudah sadar dan saat ini dia sedang menangis. Andrew tahu, saat ini Ajeng pasti terkejut dengan keadaannya.
" Ajeng, kau sudah sadar? ".
Ajeng mendongakkan wajahnya menatap Andrew. Seketika tangisannya pecah. Ajeng sangat membutuhkan sandaran saat ini.
" Mas Andrew, apa yang harus kulakukan",ucapnya dalam Isak tangisnya.
Andrew merasa iba melihat Ajeng saat ini, diapun segera memeluk Ajeng untuk memberikannya ketenangan."Aku akan bertanggungjawab atas anak yang kau kandung Je, jangan menangis lagi, aku tidak akan membiarkanmu melewati semua ini sendirian ",ucap Andrew tulus.
Lima tahun kemudian.
Seorang anak sedang mengerjakan sesuatu di laptop miliknya. Tidak ada yang tahu apa yang sedang dia kerjakan. Yang Maminya tahu putranya sedang bermain game edukasi di laptop yang dia belikan untuk putranya itu.
" Arsya sayang, ayo makan siang dulu nak!",ajak Ajeng kepada putranya. Ya, dia adalah Arsya Devano, bayi laki-laki yang dilahirkan Ajeng dari kejadian 5 tahun silam.
"Ok Mam", jawab Arsya. Kemudian dia pun menutup laptopnya dan menghampiri Maminya.
" Sayang, Mami sebentar lagi akan ke restoran, apa kau mau ikut? ",tawar Ajeng kepada putranya.
" Tidak Mam,Arsya mau mengerjakan tugas sekolah dari Bu guru saja, nanti Arsya pasti akan bosan di sana. Bukankah sebentar lagi aunty Nani juga akan pulang?, Arsya akan menunggunya saja Mam ",ucap Arsya yang begitu menggemaskan menurut Ajeng.
" Yasudah, kalau begitu kamu jangan pernah membukakan pintu kalau bukan Mami, aunty Nani ataupun uncle Andrew yang datang ya sayang, jangan lupa menghubungi Mami kalau ada apa-apa ".
" Iya Mam, sudah Mami sana berangkat ke restoran, nanti uncle Andrew marah-marah sama Mami ",ucap Arsya sambil mendorong-dorong Maminya.
" Yasudah anak Mami yang selalu merasa sudah besar, Mami berangkat kerja dulu. Sini cium dulu ",ucap Ajeng mengacak rambut Arsya kemudian mencium pipi putranya,setelah itu baru dia berangkat bekerja.
Kalau anak-anak pada umumnya, mereka pasti akan membutuhkan orang dewasa untuk mengasuhnya atau mengawasinya. Namun berbeda dengan Arsya, saat umurnya menginjak sembilan bulan, dia sudah bisa berjalan. Dan saat umurnya menginjak satu setengah tahun, dirinya sudah fasih berbicara tapi belum bisa menyebut huruf R.Walau begitu Arsya sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dia juga mempunyai rasa penasaran yang sangat tinggi. Dia sering mengikuti beberapa teka-teki yang sangat sulit secara online, dan dia pun dapat menemukan jawabannya dengan benar. Sehingga Dari pihak Intel yang memberikan teka-teki acak secara online pun menghubunginya lewat email. Mereka pikir Arsya adalah orang dewasa yang memiliki kecerdasan yang luar biasa. Mereka pun memberikan imbalan yang banyak untuk Arsya.
Arsya pun mulai mencoba menciptakan inovasi baru. Dia menciptakan beberapa alat canggih dari uang yang dia peroleh. Dan ciptaannya itu berhasil dan banyak yang menginginkan alat-alat tersebut. Hingga kini umurnya yang menginjak 4 tahun, dia sudah sangat dikenal beberapa badan intelijen, militer maupun dunia bawah. Dan Arsya tidak pernah menggunakan namanya. Dia selalu menggunakan nama samaran agar tidak ada orang yang mengetahuinya, termasuk keluarganya.
Sepeninggal Ajeng pergi, Arsya dengan segera mengambil laptopnya kembali dan melakukan negosiasi dengan seseorang di sana.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!