Alesia menatap santi yang begitu santai melangkah di sampingnya. Sebenarnya alesia masih merasa sangat tidak enak hati karna kemarahanya pada santi semalam. Alesia seharusnya bisa menahan dirinya karna bagaimanapun juga keinginanya memakan sate dan mencium langsung aromanya juga berkat santi yang rela menjeda waktu istirahatnya di tengah malam.
“Tante..” Panggil alesia pelan.
Sante melirik alesia sesaat dan terus melangkah santai tanpa berniat meladeni alesia.
“Eemm.. Aku..”
Jeda sejenak. Alesia tidak tau harus memulai darimana. Alesia juga tidak tau harus berkata apa untuk sekedar basa basi dengan tantenya itu. Tapi alesia benar benar merasa sangat tidak enak hati pada santi.
Harus bagaimana aku memulainya? Tante pasti akan sangat galak.
“Tante aku...”
Deringan hp dalam saku celana olah raga santi membuat alesia urung mengatakan apa yang ingin di katakanya.
“Ya pingkan. Ada apa?”
Kedua mata alesia membulat sempurna. Selama 2 minggu kepulanganya dari bali alesia tidak pernah melihat santi mengajak pingkan ke rumah lagi. Santi juga sudah berhenti menyudutkan leon untuk jalan bersama pingkan.
“Mau main ke rumah? Eemm.. Boleh boleh.. Tapi nanti saja agak siangan yah..”
Apa itu? tante masih berhubungan dengan pingkan? Apa tante juga masih berniat menjodohkan pingkan dengan kak leon?
Alesia menggembungkan pipi chuby nya. Di lipatnya kedua tanganya di bawah dada merasa kesal karna ternyata tantenya masih berniat mendekatkan pingkan dengan leon suaminya.
“Leon baik baik aja kok. Kamu sendiri bagaimana kabarnya?”
Alesia memenye menyekan bibirnya mendengar obrolan santi dan pingkan lewat sambungan telpon.
“Oh ya? Bagaimana liburan kamu di bali?”
Alesia menoleh menatap tidak percaya pada santi. Alesia saja yang sebagai keponakanya tidak pernah di tanya seperti itu. Tapi pingkan yang bukan siapa siapa di tanya dengan begitu penuh perhatian seperti pada keponakan sendiri.
“Oh ya ampuun.. Harusnya kamu nggak perlu repot repot sayang.. Tapi makasih banget loh kamu udah nyempetin waktu buat beliin tante oleh oleh.”
Tante sedang menyindirku?
Tidak mau mendengarkan obrolan santi dan pingkan yang sangat memuakan itu alesia pun mempercepat langkahnya. Wanita dengan setelan trening biru muda itu berjalan lebih cepat meninggalkan santi yang malah semakin memperlambat langkahnya karna terlalu larut mengobrol dengan pingkan. Santi juga mungkin tidak menyadari alesia yang melangkah cepat meninggalkanya.
“Aku sebulan di bali aja nggak di tanyain. Giliran pingkan aja di tanyain. Pake bahas oleh oleh lagi. Tante kira aku nggak bisa apa beliin dia oleh oleh..” Dumel alesia sambil melangkah cepat.
Alesia juga sepertinya tidak menyadari tatapan aneh para pejalan kaki lain yang berpapasan denganya. Alesia terus mendumel bahkan sampai bersumpah serapah pada pingkan yang sama sekali tidak ada di dekatnya.
“Awas aja kalau sampai berani deketin kak leon, aku ulek dia di cobek.”
Menjelang siang alesia duduk di taman belakang rumahnya sambil menikmati cemilanya. Sesekali alesia menghela nafas. Pingkan belum tiba, namun tantenya sudah sibuk menyuruh ini itu pada asisten rumah tangganya. Alesia ingin sekali komplain tapi malas karna akhirnya pasti berdebat dengan santi. Dan tentunya santi akan menyalahkanya. Apa lagi sekarang pingkan akan datang, pastilah santi akan membandingkan alesia dengan pingkan. Santi pasti akan menyanjung pingkan dengan sangat berlebihan.
Alesia berdecak. Jika tidak berhenti kontrak alesia sekarang pasti sedang bekerja. Tapi alesia sudah berjanji pada leon akan benar benar mengundurkan diri dari profesinya sebagai model.
“Kenapa rasanya seperti ini sekali di rumah.. Sangat membosankan.” Keluh alesia.
Alesia kembali mencomot buah apel di piring yang berada di atas meja di depanya. Alesia tidak pernah sebelumnya hanya diam dan santai di rumah. Alesia selalu menghabiskan waktunya di luar dengan bekerja dan bekerja. Bukan karna kekurangan uang, tapi karna alesia berusaha menghindari pertikaian dengan santi.
“Lagi mikirin apa istriku?”
Alesia menoleh cepat mendengar suara berat leon. Dengan cepat alesia bangkit dan menatap leon tidak percaya.
Tante pasti sengaja menyuruh kak leon pulang supaya bisa bertemu dengan pingkan.
“Kenapa natap aku seperti itu?” Tanya leon bingung.
Alesia berdecak. Enggan menjawab pertanyaan suaminya alesia kembali duduk dengan posisi memunggungi leon.
Sedang leon, pria itu tersenyum tipis. Leon tau mungkin istrinya merasa bosan karna hanya diam di rumah tanpa melakukan apapun. Alesia juga mungkin sesekali berdebat dengan tantenya yang memang tidak pernah bisa saling memahami.
Leon mendudukan dirinya di samping alesia. Dengan lembut di sentuhnya tangan alesia.
“Bosen yah?”
Pertanyaan leon membuat alesia mengeryit. Alesia merasa janggal dengan pertanyaan yang di lontarkan suaminya. Jika leon tidak sedang lupa ingatan mungkin alesia tidak heran. Tapi saat ini leon sedang tidak bisa mengingat apapun tentangnya. Rasanya tidak mungkin jika leon tau seluruh kebiyasaan alesia dulu.
Sadar dengan pertanyaanya yang bisa membuat istrinya curiga leon langsung memikirkan alasan apa untuk membuat alesia percaya.
“Kamu kan model, pasti kamu juga sama dengan kebanyakan model yang lainya.”
“Sama? Maksud kakak?” Tanya alesia tidak mengerti.
“Ya sama. Sama sama sering menghabiskan waktu di luar dan jarang di rumah.”
Ekspresi alesia langsung berubah mendengarnya. Wajah bingungnya langsung berubah sendu. Alesia juga sadar dirinya dulu memang tidak pernah anteng di rumah. Alesia tidak melayani suaminya dengan baik. Alesia selalu sibuk dengan dunianya sendiri sebagai seorang model.
“Leon..”
Suara pingkan membuat alesia menolehkan kepalanya cepat. Alesia kemudian bangkit dan membalikan tubuhnya menghadap pingkan. Begitu juga dengan leon.
“Kamu..”
“Apa kabar leon?” Tanya pingkan ramah.
Alesia memutar jengah kedua bola matanya. Pingkan memang selalu sok manis jika di depan leon. Pingkan juga selalu berusaha mengalihkan perhatian leon agar melupakan alesia yang berada di sampingnya.
“Saya baik. Kamu sendiri bagaimana kabarnya?” Tanya balik leon pada pingkan.
“Aku sangat baik. Ah ya leon aku bawakan kalian oleh oleh dari bali.. Ini..”
Pingkan menyodorkan paperbag berukuran sedang pada leon. Wanita berambut coklat yang berstatus sebagai manager itu tersenyum manis membuat alesia yang melihatnya semakin muak.
Merasa kesal, alesia pun memilih berlalu dari taman meninggalkan leon dan pingkan berdua. Alesia tidak mau semakin terlihat buruk di mata leon jika mengomel tidak jelas pada pingkan. Alesia tau leon pasti mengenal pingkan sebagai wanita yang baik.
Alesia melangkahkan kakinya menaiki satu persatu anak tangga menuju lantai 2. Alesia tidak ingin semakin kesal jika harus melihat sikap sok manis pingkan pada suaminya.
“Kenapa kamu cemberut begitu?”
Alesia melirik sekilas pada santi yang saat itu berpapasan denganya. Tanpa berniat menjawab pertanyaan tantenya alesia kembali melangkah melanjutkan niatnya menuju lantai 2.
“Alesia saya tanya sama kamu.”
Pekikan kesal santi berusaha alesia abaikan. Alesia tetap diam dan mempercepat langkahnya tidak ingin berdebat dengan siapapun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments