Santi benar benar mengajak alesia keluar dari kediaman sanjaya. Santi membawa alesia ke rumahnya yang memang kosong tidak di huni. Di rumah itu hanya ada 2 asisten rumah tangga yang bertugas mengurus dan membersihkan rumahnya.
“Selamat datang nyonya..”
Alesia mengeryit ketika 2 orang asisten rumah tangga menyambut kedatangan santi penuh hormat.
Nyonya? Apa ini rumah tante?
“Ayo masuk..” Ajak santi pada alesia yang berdiri di belakangnya.
Alesia terkesiap. Alesia masih tidak menyangka dengan apa yang sedang terjadi. Leon menyakiti hatinya. Dan lagi santi membelanya bahkan sampai mengajaknya keluar dari kediaman keluarga sanyaja.
“Tante..”
“Alesia, untuk sekarang pikirkan saja dulu mentalmu. Jangan memikirkan leon.” Sela santi.
Alesia menelan ludahnya. Dengan pelan alesia menganggukan kepalanya. Mungkin memang saat ini lebih baik menjauh untuk sementara.
“Kamu, ajak nyonya muda ke kamarnya.”
Santi menyuruh asisten rumah tangganya untuk menunjukan kamar yang akan di tempati alesia untuk sementara waktu.
“Baik nyonya. Mari nyonya muda.”
Alesia tersenyum tipis dan menganggukan kepalanya. Santi bersikap seperti seorang ibu yang tidak rela anaknya di sakiti. Dan hati alesia benar benar merasa sangat terharu.
“Tante..” Panggil alesia saat hendak melangkah mengikuti asisten rumah tangga di rumah santi.
“Apa lagi?” Tanya santi dengan nada kesalnya.
Alesia tersenyum manis menatap wajah cantik tantenya yang sedikit mirip dengan wajah suaminya.
“Terimakasih.” Katanya.
Santi terdiam. Ekspresinya langsung berubah mendengar kata terimakasih yang keluar dari bibir pink alesia.
“Sudah sana masuk terus istirahat.”
Alesia tertawa melihat reaksi tantenya. Santi terlihat salah tingkah namun sepertinya merasa gengsi untuk membalas ucapan alesia dengan kata sama sama.
Tante, terimakasih untuk pembelaanya.
Alesia kemudian melangkah mengikuti asiaten rumah tangga itu menuju kamar yang akan di tempatinya. Alesia merasa tidak sendiri sekarang. Ada santi yang mungkin akan selalu membelanya dan membantunya mengingatkan leon tentang semua masa lalunya.
“Ini kamarnya nyonya..”
Langkah alesia terhenti tepat di depan sebuah pintu kamar berwarna coklat.
“Terimakasih. Nama kamu siapa?”
“Saya minah nyonya.”
“Oke..” Senyum alesia menganggukan kepalanya.
“Kalau begitu saya permisi nyonya, mau lanjut kerja lagi.”
Alesia menganggukan sekali lagi kepalanya. Setelah asisten rumah tangga bernama minah itu berlalu alesia langsung membuka pintu bercat coklat itu kemudian masuk ke dalamnya.
Alesia mengedarkan pandanganya ke seluruh sudut kamar bernuansa putih itu. Alesia benar benar tidak mau semua itu terjadi. Alesia tidak ingin meninggalkan suaminya sendiri di rumah. Tapi apa daya jika memang itu adalah cara satu satunya sekarang. Di samping itu alesia juga tidak ingin membuat santi kecewa jika menolak. Santi sudah membelanya, dan alesia merasa sangat berterimakasih dengan apa yang santi lakukan untuknya. Bukan berterimakasih karna menampar leon, tapi berterimakasih karna membelanya di depan leon.
Tuhan.. Kuatkan aku..
Tidak jauh berbeda dengan alesia santi pun sedang memikirkan apa yang di lakukanya. Santi membela alesia sampai mengajaknya keluar dari rumah. Santi bahkan sampai menampar leon.
Apa yang sedang aku lakukan?
Alesia.. Untuk apa aku membantunya? Untuk apa aku membelanya?
Santi berdecak kemudian menggelengkan kepalanya. Santi berusaha mengabaikan beberapa pertanyaan yang terngiang di telinganya. Memang aneh, tiba tiba santi begitu sangat membela alesia.
“Oke.. Tenang.. Kamu melakukanya karna alesia sedang hamil santi.. Kamu melindungi anak leon.. Bukan alesia.” Gumam santi.
Santi kemudian melangkahkan kedua kakinya menuju dapur. Santi berniat menemui kedua asisten rumah tangganya untuk menyuruh mereka membeli beberapa cemilan karna sementara waktu dirinya dan alesia akan tinggal. Seridaknya sampai leon sadar dan menjemputnya. Meskipun memang sepertinya mustahil, tapi santi yakin perasaan leon yang akan menuntun pria itu ke rumahnya.
“Minah..”
Minah menoleh saat mendengar suara santi. Asisten rumah tangga yang masih terlihat belia itu langsung mendekat dan meninggalkan sementara apa yang sedang di kerjakanya.
“Saya nyonya.”
“Tolong kamu belanja beberapa cemilan. Ini uangnya.”
Santi memberikan 3 lembar uang seratus ribuan pada minah.
“Baik nyonya. Saya permisi.” Angguk minah.
”Ya..”
Santi menatap punggung minah yang berlalu. Wanita itu terdiam seperti ada sesuatu yang di lupakan. Namun seketika santi langsung mengingatnya. Santi tidak sendiri di rumahnya. Ada alesia yang juga sedang hamil.
Susu hamil.. Yah.. Susu hamil untuk alesia.
Santi berlari mengejar minah yang sudah berlalu dan mungkin sudah keluar dari rumah itu. Dan ketika santi sampai di teras rumahnya, santi tidak menemukan minah disana.
“Pasti dia pake sepeda.” Gumam santi berdecak.
Santi melangkah cepat bahkan sedikit berlari di halaman luas rumahnya. Santi berniat memanggil kembali minah yang mungkin belum terlalu jauh dari kediamanya.
Di depan gerbang rumahnya santi menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri mencari sosok minah yang pasti pergi dengan menggunakan sepedanya.
Itu dia
“Minah..!!” Pekik santi.
Minah terus menggoes sepedanya dengan bersenandung kecil. Minah sepertinya tidak mendengar panggilan santi karna asik menikmati senandungnya sendiri.
Santi yang kesal langsung berlari mengejar minah. Santi tidak perduli dengan tatapan orang orang di sekitar kompleks itu. Santi merasa harus benar benar memastikan bahwa minah juga membelikan susu hamil untuk alesia.
“Minah tunggu minah..!! Minah !!”
Sambil berlari santi terus memekik. Santi bahkan sampai berlari cukup jauh dari kediamanya mengejar minah yang belum juga kunjung mendengar pekikanya.
“Minah !!”
Minah terkejut dan langsung menekan kedua rem sepeda yang di kendarainya. Minah menolehkan kepalanya dan terkejut saat melihat majikanya sedang berlari mengejarnya.
“Ya tuhan.. Nyonya.”
Santi berhenti berlari karna sudah merasa tidak kuat. Nafasnya tersengal dengan keringat yang membasahi keningnya. Santi bahkan juga merasakan ulu hatinya nyeri karna terlalu kelelahan.
“Susuh minah.. Susuh hamilh..” Racaunya kemudian terduduk di tepi jalan.
Minah yang ketakutan langsung memutar arah sepedanya. Minah menggoes cepat sepedanya menghampiri sang nyonya yang tampak sangat kelelahan.
“Nyonya. Kenapa nyonya?” Tanya minah panik langsung turun dari sepedanya.
Dengan nafas tersengal sengal santi mengulurkan tanganya yang langsung di pegang oleh minah.
“Ya nyonya.. Nyonya kenapa?”
“Susuh minah.. Susuh hamilh..”
“Susu hamil? Kenapa dengan susu hamil nyonya?” Tanya bingung minah.
Sial !!
Santi merasa sangat kesal pada minah. Asisten rumah tangganya itu dengan tidak merasa bersalahnya bertanya padanya kenapa.
Santi mengelap keningnya yang basah oleh peluh kemudian menghirup oksigen di sekitarnya dalam dalam dan menghembuskanya berlahan lewat mulut.
Minah yang berjongkok di depan santi hanya diam dengan masih memasang wajah bingungnya. Minah masih bertanya tanya dalam hati tentang santi yang mengejarnya sampai kelelahan juga tentang susu hamil yang di katakan oleh santi.
“Minah..” Panggil santi masih dengan nafas nya yang masih tersengal.
“Ya nyonya.” Saut minah mengangguk kebingungan.
“Kamu beli susu hamil untuk nyonya muda. Belikan cemilan sehat juga vitamin. Pake uang kamu dulu. Nanti saya ganti.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
rindian
wkwkk,,santi keras karna trauma masa lalu
2022-04-15
0