Dalam perjalanan dari bandara ke rumahnya leon terus memikirkan alesia. Padahal baru beberapa menit mereka berpisah tapi leon sudah merasakan rindu di hatinya.
Leon benar benar tidak bisa menyelami isi hati dan pemikiran alesia. Semuanya bisa leon berikan. Hartanya sudah berlimpah. Kasih sayang sudah tercurah, namun semua itu tidak membuat alesia mau anteng di sampingnya. Alesia selalu mempunyai kesibukan sendiri.
Leon tau alesia memang wanita mandiri juga pekerja keras. Tetapi seharusnya alesia juga sadar diri siapa dirinya saat ini. Bukan bermaksud membatasi. Leon hanya ingin alesia tidak selalu menyibukan diri karna profesinya.
“Alesia.. Sampai kapan kamu akan terus seperti ini..” Gumam leon menghela nafas pelan.
Leon menghentikan laju mobilnya ketika tiba tiba ada segerombol orang yang menghalangi jalanya.
“Apa apaan ini.”
Leon turun dari mobilnya dan menatap satu persatu 6 orang berwajah sangar yang menghalangi jalanya. Mereka menatapnya dengan tatapan tajam penuh kebencian seakan leon pernah membuat kesalahan pada mereka.
“Saya mau lewat. Tolong menyingkir sebentar.”
Ke 6 pria berpenampilan berantakan seperti preman itu langsung tertawa mendengar apa yang di katakan leon. Padahal leon merasa dirinya tidak mengatakan sesuatu yang lucu.
“Kenapa kalian tertawa?” Tanya leon tidak mengerti.
“Alah nggak usah buang buang waktu. Ayo kita serang dia.”
Leon terkejut mendengarnya. Dengan cepat leon kembali masuk ke dalam mobilnya dan segera menghidupkan kembali mesin mobilnya menghindar dari ke 6 preman tersebut.
Leon melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Bukan karna takut dan tidak berani. Tapi leon tau mereka pasti tidak akan menyerah meskipun kalah. Mereka akan kembali menyerangnya di lain waktu.
Harapan leon mereka tidak mengejarnya ternyata hanya sebuah harapan belaka. Nyatanya ke 6 preman itu mengejarnya menggunakan 3 motor dengan berboncengan. Mereka bahkan berjarak sangat dekat dengan mobil leon.
“Sit !!” Umpat leon menambah lagi kecepatan laju mobilnya.
Leon terus memantau 3 motor di belakangnya meskipun laju mobilnya memang sangat cepat.
“Apa yang mereka inginkan sebenarnya.”
Merasa jengah leon pun memutuskan untuk menghadapi mereka. Leon memperlambat laju mobilnya hingga akhirnya berhenti tepat di jalanan yang sangat sepi.
“Apa mau kalian sebenarnya?!”
Leon menggulung kemeja abu abunya merasa emosi pada ke 6 preman yang terus saja mengejarnya.
“Hahahaa sikat !” Teriak salah satu dari ke 6 preman tersebut.
Leon terkejut karna ke 6 nya langsung menyerangnya secara bersamaan. Meskipun memang leon sempat merasa kewalahan bahkan sampai mendapat beberapa pukulan di wajah tampanya namun pada akhirnya ke 6 preman itu dapat leon kalahkan.
Dengan nafas tersengal leon melangkah mendekat pada salah satu dari ke 6 preman tersebut. Leon mencengkram kasar kerah baju preman tersebut dan menatapnya dengan penuh emosi.
“Katakan siapa yang menyuruh kalian?!” Tanya nya dengan nada tinggi.
Tanpa sepengetahuan leon diam diam salah satu dari preman preman itu bangkit. Pria berkulit coklat gelap dengan wajah sangar itu meraih sebuah balok yang berada tidak jauh dari tempatnya tersugkur kemudian berlahan mendekat pada leon.
“Jawab ?!”
Bukk !!
Cengkraman tangan leon pada kerah baju preman itu berlahan melemah. Rasa sakit hebat leon rasakan di kepalanya yang di pukul dengan keras menggunakan balok panjang oleh preman berkulit coklat gelap tersebut.
Sorak tawa ke 6 preman itu membuat rasa sakit di kepala leon semakin terasa. Leon mengetatkan giginya mencoba menahan rasa sakit itu namun berlahan semuanya terlihat mengabur hingga akhirnya gelap. Leon tergeletak tidak sadarkan diri.
“Kita apain dia boss?" Tanya salah satu preman tersebut pada temanya.
“Kita tinggalkan saja. Boss bilang supaya kita tidak membunuhnya. Cukup memukul bagian kepalanya saja.”
Ke 6 preman itu kembali menaiki motornya kemudian berlalu dengan kecepatan penuh meninggalkan leon yang tergeletak tidak sadarkan diri di jalanan sepi itu.
Deringan ponsel dalam tas santi membuat tawa wanita berambut sebahu itu terhenti. Wanita dengan dress kuning menyala itu merogoh tas mahalnya meraih benda pipih bercasing putih miliknya.
“Eem.. Sebentar, saya angkat telpon dulu.”
Santi bangkit dari duduknya dan sedikit menjauh dari teman arisanya untuk mengangkat telpon yang masuk ke ponselnya.
“Hallo..”
“Ya hallo..Ini dari kepolisian..”
Santi menelan ludahnya. Wanita itu menjauhkan ponselnya dari telinga untuk mengecek bahwa yang menelponya memang benar adalah leon keponakanya.
“Maaf.. Tapi ini nomor keponakan saya.. Ada apa ya pak? Dan kenapa hp keponakan saya ada sama bapak?”
“Kami mau mengabarkan bahwa pak leonard ada di rumah sakit sekarang. Keadaanya kritis.”
Santi terkejut mendengarnya. Padahal belum lama leon pergi bersama alesia untuk mengantarkan alesia ke bandara.
“Ya tuhan, leon..” Lirih santi tidak menyangka.
“Pak tolong kirim alamat rumah sakitnya pak. Saya akan segera kesana.”
Santi langsung memutuskan sambungan telponya setelah itu. Dengan sedikit berlari santi menghampiri sekumpulan teman arisanya.
“Ada apa san?” Tanya salah satu dari mereka.
“Aku harus pergi sekarang. Keponakanku di rumah sakit.” Jawab santi sambil meraih tasnya kemudian pergi begitu saja dari caffe tempat dirinya dan teman temanya berkumpul.
“Keponakan santi? Maksudnya CEO tampan bernama leon itu?” Tanya wanita berambut ikal hitam yang juga adalah teman santi.
“Mungkin.”
Santi mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh menuju alamat rumah sakit tempat leon berada sekarang. Rasa khawatir menguasai hati dan pikiranya saat ini. Meskipun leon tidak mau mendengarkanya dengan tetap menikahi alesia tetapi santi tetap menyayangi keponakan satu satunya itu. Karna bagaimanapun juga leon adalah amanah dari kedua kakak juga kedua orang tuanya sebelum meninggal.
Sesampainya di rumah sakit santi segera menuju UGD. Disana sudah ada dua orang polisi yang mungkin tadi menghubunginya.
“Pak polisi bagaimana keponakan saya?” Tanya santi begitu sampai di depan 2 polisi tersebut.
“Anda siapa?” Tanya balik polisi itu menatap santi bingung.
“Saya santi. Saya tante dari leonard kevin sanjaya.” Jawabnya cepat.
“Saat ini pak leonard masih dalam penanganan dokter. Dan besar kemungkinan pak leonard di rampok.”
Santi menutup mulutnya tidak percaya. Keponakanya sangat jago dalam ilmu bela diri. Tidak mungkin jika hanya di rampok.
“Mbak al mau cemilan?”
Alesia menggelengkan kepalanya menolak tawaran rekan kerjanya. Entah kenapa perasaanya mendadak khawatir. Pikiranya terus tertuju pada leon yang sangat tidak rela melepas kepergianya.
Alesia menatap ke kaca yang menyuguhkan pemandangan di bawahnya. Pesawatnya sudah terbang sejak 15 menit yang lalu.
“Mbak al kenapa? Ada masalah?”
Alesia kembali menolehkan kepalanya. Dan sekali lagi alesia menggelengkan kepala menjawab pertanyaan rekan kerjanya.
“Aku nggak papa kok. Hanya sedikit jenuh.” Katanya.
Wanita dengan gaun coklat tua itu menganggukan kepalanya. Namanya tania, dia juga seorang model yang sering satu projek dengan alesia.
“Aku juga sering merasa jenuh saat di pesawat mbak. Dan satu satunya cara menghilangkanya ya dengan makan.”
Alesia tertawa geli mendengarnya. Tania memang orang yang lucu juga tidak sombong.
Tuhan.. Tolong jaga dan lindungi cinta kami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments