Seminggu berlalu. Alesia terus berusaha merencanakan sesuatu untuk kembali memikat hati suaminya dengan bantuan santi tentunya. Meskipun memang alesia harus berbohong dan bersandiwara bahkan pura pura sakit demi menarik perhatian suaminya sendiri.
“Kenapa lagi?”
Alesia mengangkat kepalanya mendengar pertanyaan bernada kesal suaminya. Alesia tau bagaimana sikap asli leon. Pria itu pasti sangat kesal karna terus di repotkan oleh alesia yang saat ini memang sedang tidak di ingatnya.
“Berbohong lagi? Pura pura sakit lagi?”
Alesia menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin jika leon tau seminggu ini alesia selalu membohonginya.
Dia tau aku berbohong?
“Kamu pikir saya bodoh alesia? Saya tau kamu sengaja membuang buang waktu saya.”
Alesia menelan ludahnya. Leon berkata dengan penuh penekanan di setiap katanya.
“Kakak aku...”
Leon mengangkat tanganya menyuruh agar alesia tidak meneruskan ucapanya. Pria itu benar benar merasa di bodohi saat ini. Alesia membohonginya hanya agar leon mau memperhatikanya.
“Saya tidak yakin saya mencintai kamu dulu..”
Dada alesia berdenyut ngilu mendengarnya. Ini pertama kalinya leon berbicara kasar padanya. Leon bahkan tidak percaya bahwa dulu mereka saling mencintai.
“Kakak..”
“Jangan menyela ucapan saya. Wanita macam apa yang membohongi suaminya sendiri hanya demi dirinya sendiri.”
Pandangan alesia mulai mengabur karna air mata yang menggenangi pelupuk matanya. Niatnya bersandiwara bukan untuk dirinya sendiri tapi untuk anak dalam kandunganya juga.
Alesia tidak tau harus berkata apa. Hatinya terlalu sakit. Lidahnya terasa kelu untuk mengatakan sesuatu. Dan bahkan tenggorokanya sampai terasa sakit karna berusaha menahan tangis.
“Sekarang katakan.”
Jeda sejenak. Leon terus menatap alesia yang duduk di sofa seberangnya dengan kepala tertunduk tidak berani menatapnya.
“Apa mau kamu alesia?” Lanjutnya bertanya dengan penuh penekanan di setiap katanya.
Alesia memejamkan kedua matanya. Air matanya menetes dan jatuh tepat mengenai kedua tanganya yang berada di atas pangkuanya sendiri. Alesia ingin membantah tuduhan leon yang mengira dirinya berbohong hanya demi kepuasanya sendiri. Alesia ingin mengatakan bahwa alesia sedang berusaha memikat dan mengingatkan kembali leon pada sosoknya.
“Jawab saya alesia.” Desak leon menatap tajam alesia yang terus menghindari tatapanya.
Leon mengepalkan kedua tanganya. Leon sangat tidak suka di bohongi apapun alasanya. Dan alesia dengan sangat berani membohonginya selama seminggu berturut turut.
Alesia menelan ludahnya susah payah. Wajah cantiknya sudah basah oleh air mata. Dan alesia tidak bisa mengatakan apapun yang ingin dia katakan. Apa yang leon katakan sungguh sangat menyakitinya.
“Alesia..”
“Leon cukup !”
Leon menolehkan kepalanya ke arah pintu ruang baca. Pria itu melayangkan tatapan datarnya pada santi yang entah sejak kapan sudah berdiri disana.
“Heh, Menguping.” Sindir leon.
Rahang santi mengeras. Santi tau keponakanya memang sangat tidak suka di bohongi. Tapi apa yang di katakan leon pada alesia benar benar membuatnya gerah. Santi pernah merasakan sendiri bagaimana rasanya di sakiti oleh mantan suaminya lewat ucapan. Menurut santi lebih baik terluka pada fisik dari pada di hati. Karna luka di hati tidak akan pernah bisa hilang selama ingatan seseorang masih berfungsi dengan baik.
“Suami macam apa kamu leon?”
Kedua mata leon menyipit tidak suka menatap santi yang sedang melangkah dan mendekat pada alesia.
“Istri kamu sedang hamil dan kamu menyakitinya.” Lanjut santi meraih kedua bahu alesia dan mengusapnya lembut seolah sedang menyalurkan kekuatan pada alesia.
“Tapi dia membohongi saya.” Kata leon membela diri.
Santi menggelengkan kepalanya tidak menyangka jika keponakanya bisa begitu keras pada seorang wanita. Padahal alesia adalah istrinya sendiri.
“Dia membohongi saya selama satu minggu tante. Apa itu pantas?”
Santi menghela nafas, bagaimanapun juga membohongi leon adalah salah satu rencananya juga. Bahkan santi yang pertama kali mengkode alesia agar mengatur rencana agar bisa mendapat perhatian dari leon.
“Kalau alesia tidak berbohong apa mau kamu memperhatikanya?”
Leon tidak menjawab pertanyaan tantenya. Pria itu tidak bisa memungkiri bahwa leon memang tidak mempunyai waktu luang untuk memperhatikan alesia. Leon selalu menghabiskan waktunya di perusahaan.
“Tante paham dan tante juga mengerti mungkin kamu memang tidak bisa mengingat alesia juga tante. Tapi Leon, apa kamu tidak bisa menghilangkan prasangka buruk kamu pada kami? Pada istri kamu sendiri?”
Leon melengos. Pria itu tidak tau harus bagaimana meyakinkan dirinya sendiri bahwa kedua wanita yang ada di depanya adalah wanita yang baik.
“Leon, kamu tau bukan alesia sedang hamil? Dia butuh kamu untuk selalu di sampingnya leon. Di butuh perhatian penuh dari kamu.”
“Belum tentu anak itu anak saya tante.”
Plak !!
Santi benar benar tidak bisa menahan emosinya kali ini. Ucapan leon benar benar sudah sangat di luar batas. Leon bahkan tanpa sadar merendahkan harga diri orang yang sangat di cintainya.
Ya tuhan..
Alesia terkejut melihat saat santi menampar dengan keras pipi leon. Alesia langsung bangkit dari duduknya. Tidak tega rasanya melihat leon yang harus terkena tamparan dari tantenya.
“Tante..”
“Kamu diam alesia. Dia pantas untuk di tampar. Bahkan harusnya aku menamparnya di mulut kotornya.” Marah santi menatap leon dengan kedua mata berkaca kaca.
Leon menelan ludahnya. Tamparan santi sangat keras sampai menimbulkan rasa perih juga panas secara bersamaan. Pipi leon bahkan sampai memerah karna tamparan keras santi yang membuat wajah leon sampai menoleh ke samping kanan.
“Dari kecil leo.. Dari kecil tante jaga kamu. Tante tidak pernah sekalipun mengajarkan kamu untuk merendahkan wanita. Apa lagi alesia adalah istri kamu sendiri !!” Pekik santi menunjuk nunjuk dada bidang leon.
Alesia yang melihatnya hanya bisa diam. Ucapan leon memang sangat menyakitinya, tapi alesia tidak pernah membayangkan jika santi bahkan membelanya sampai menampar leon.
Leon hanya diam mendapat amukan dari tantenya. Leon juga sadar tidak sepantasnya dirinya berkata seperti itu pada alesia. Tantenya sudah berkali kali mengatakan bahwa dirinya dan alesia saling mencintai. Dan sekarang leon bahkan mengatakan bahwa anak dalam kandungan alesia belum tentu darah dagingnya.
“Tante sudah...” Lirih alesia menyentuh lengan terbuka tantenya.
Air mata santi menetes. Tidak sedikitpun santi berniat menyakiti leon, tapi ucapan leon benar benar tidak bisa santi terima. Bagi santi cukup dirinya yang di sakiti oleh suaminya dan jangan lagi ada korban lain. Entah siapapun itu.
“Ayo alesia, kita tinggalkan saja dia. Kita keluar dari rumah ini.”
Santi meraih tangan alesia dan menariknya keluar dari ruang baca meninggalkan leon yang tetap diam.
Maafkan tante leon.. Maafkan tante karna memukul kamu.. Tapi demi tuhan.. Kamu sudah sangat keterlaluan.
Alesia tidak bisa menolak ajakan tantenya. Alesia mengikuti langkah santi yang terus menarik lenganya menjauh dari ruang baca dimana suaminya masih berada disana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Sulati Cus
g tau deh mau komen apa mau nyalahin si leon dia lg amnesia apa Alesia kabir aja dulu kali bisa kembali tu ingatan
2022-04-11
0
utamIIbook
sedih..
masih baca
2021-08-24
0