Alesia tersenyum dengan kedua mata terpejam saat mencium aroma daging ayam yang sedang di panggang oleh leon dan santi. Alesia tidak menyangka jika santi juga mau turun tangan dan membantu leon membuat sate ayam untuknya. Meskipun pada kenyataanya memang santi dan leon juga tidak bisa dan harus melihat tutorialnya di youtube.
“Leon jangan berhenti kipas kipasnya. Itu nanti daging ayamnya gosong.” Pekik alesia kesal karna leon yang sesekali berhenti mengipasi sate ayam yang sedang di panggangnya.
“Haduh.. Tante.. Mataku perih.” Keluh leon sambil mengusap air mata yang hampir menetes membasahi pipinya. Sedangkan tanganya terus mengipas dan membolak balikan sate di panggangan.
Alesia tertawa mendengarnya. Selain senang karna keinginanya terwujud, alesia juga merasa terhibur melihat kekompakan juga berdebatan kecil leon dan santi. Mereka saling mengolok dan membanggakan diri merasa paling bisa. Padahal mereka juga sama sama melihat youtube tadi.
“Tante bumbu satenya udah jadi belum? Nih udah nih satenya..”
“Bentar lagi..”
Leon menghela nafas. Tanpa sadar leon tersenyum. Tantenya mau ikut turun tangan membuatkan sate untuk istrinya. Tantenya bahkan rela merasakan perihnya asap dari pemanggangan tradisional yang di inginkan alesia.
Memang aneh aneh aja wanita ngidam mah.
“Ya tuhan.. Leon itu satenya gosong.. Kamu gimana sih? Kamu mau anak kamu ileran hah?!”
Leon tersadar dan langsung mengambil beberapa tusuk sate yang memang sudah gosong. Padahal tusukan itu adalah yang terakhir. Sedangkan yang sudah jadi namun belum di bumbui hanya sedikit.
“Yah...”
“Kamu sih ngelamun !” Kesal santi.
Leon hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Di tatapnya sepuluh tusuk sate yang ada di piring di meja sampingnya. Leon berharap itu cukup untuk alesia.
“Bawa sini itu yang nggak gosong. Ini bumbunya udah jadi.”
30 Menit kemudian sate buatan leon dan santi sudah tertata di meja makan tepat di depan alesia. Alesia sangat senang karna tantenya dan leon begitu kompak menuruti keinginanya. Yah.. Meskipun keadaan dapur menjadi sangat berantakan layaknya kapal pecah.
“Di makan sampai habis satenya. Abis itu istirahat lagi. Ini udah mau pagi.” Kata santi dengan nada memerintah.
Alesia mengangguk antusias. Alesia kemudian meraih satu tusuk sate buatan leon. Alesia mencicipinya dengan ekspresi tampak berpikir saat mengunyah sate tersebut di dalam mulutnya.
“Gimana?” Kompak leon dan santi bertanya.
Alesia menatap keduanya bergantian kemudian menyunggingkan senyum manisnya.
“Ini sate ayam terenak yang pernah aku makan.” Jawabnya.
Leon dan santi menghela nafas lega. Beruntung alesia sedang doyan makan hingga hasil jerih payah mereka tidak sia sia. Alesia memakan dengan lahap sate yang sangat di inginkanya.
“Tapi nih kalau satenya di kasih cabe sedikit lagi aja tambah enak banget.”
Santi langsung mendelik mendengarnya. Memakan makanan pedas memang tidak berpengaruh buruk pada janin dalam kandungan alesia. Tapi makanan pedas juga kemungkinan berpengaruh pada proses persalinan alesia nanti.
“Nggak.” Tegas alesia melarang.
Wajah alesia langsung sendu. Bibirnya mengerucut sebal membuat leon yang melihatnya merasa sangat gemas ingin menciumnya.
“Tapi satenya kurang pedas tante..” Rengek alesia.
“Saya bilang nggak ya nggak.” Ketus santi kesal.
Alesia berdecak. Alesia kemudian berdiri dari duduknya dan menatap penuh rasa kesal pada santi.
“Kenapa sih? Yang makan kan aku. Yang ngrasain juga aku. Dan yang harusnya ngatur selera bagaimana baiknya juga aku dong.”
Dengan dada naik turun alesia mengeluarkan semua unek uneknya. Alesia merasa kesal karna santi terlalu membatasinya.
Leon ikut berdiri. Pria itu menyentuh lembut bahu alesia. Leon tidak menyangka jika alesia sampai semarah itu.
“Alesia.. Kamu nggak boleh begitu.. Apa yang tante larang juga demi kebaikan kamu..”
Alesia langsung menghempaskan tangan leon yang mengusap usap bahunya. Air mata alesia menetes merasa sedih karna leon lebih membela santi dari pada dirinya.
“Kenapa sih kak kamu nggak pernah sekalipun membela aku? Dari dulu sampai sekarang kamu selalu belain tante kamu. Apa aku ini nggak penting buat kamu?”
Santi hanya diam saja mendengarkan. Santi tidak terlalu perduli dan ambil pusing dengan apa yang dikatakan alesia padanya. Santi juga pernah mengalaminya. Kesensitifan juga emosi wanita hamil di trimester awal memang kadang meningkat. Dan santi bisa memaklumi itu.
“Bukan begitu maksud aku al.. Tapi memakan makanan yang terlalu pedas memang tidak baik untuk kamu..” Jelas leon agar alesia tidak salah faham dengan maksudnya.
“Udahlah. Kamu ingat atau nggak ingat sama aku juga sama aja. Kamu nggak pernah perduli sama perasaan aku.”
Alesia melenggang pergi setelah itu. Alesia bahkan berlari menaiki anak tangga meninggalkan leon dan santi di meja makan.
“Ya tuhan..” Lirih leon frustasi.
Santi tersenyum melihatnya. Hati leon sepertinya sudah mulai berperan. Pria itu meskipun belum mengingat siapa alesia tapi bisa dengan benar menyikapi istrinya.
Santi bangkit dari duduknya dan mendorong kursi yang di dudukinya hingga menimbulkan bunyi decitan antara lantai dan kaki kursi tersebut. Dan itu berhasil menarik perhatian leon.
“Tante..”
“Tante mau tidur lagi. Ngantuk.” Sela santi kemudian berlalu enggan mendengarkan apa yang ingin di katakan oleh leon.
Leon berdecak. Tatapanya beralih pada 9 tusuk sate yang masih utuh. Alesia baru memakan satenya sedikit dan sudah meninggalkanya. Padahal leon dan santi sudah sangat berusaha untuk membuatnya.
Ternyata bersandiwara seperti ini sangat tidak mengenakan.
Leon meraih piring berisi sate ayam buatanya. Sesaat leon terdiam memikirkan bagaimana cara menghibur istrinya yang sedang marah. Berlahan seulas senyum mulai terukir di bibir leon. Leon melangkah menuju dapur dan mengambil sisa bumbu sate buatan santi. Leon membubuhi sedikit cabe pada bumbu tersebut dan mengaduknya di dalam wadah bumbu sate buatan santi.
“Mungkin sesekali nggak papa.” Senyum leon bergumam.
Leon membawa semangkuk sambal dan juga sate yang masih tersisa 9 tusuk di piring alesia ke lantai 2 rumahnya. Leon akan menuruti keinginan istrinya untuk memakan sate pedas tanpa sepengetahuan tantenya. Leon berharap alesia tidak akan merajuk dan berhenti menangis serta berhenti menyalahkanya.
Alesia membuang muka saat leon masuk ke dalam kamar mereka. Alesia mengusap air mata yang membasahi pipinya. Alesia benar benar merasa kesal karna leon bahkan selalu membela santi meskipun sedang lupa ingatan.
“Lihat aku bawain apa?”
Alesia melirik leon yang berdiri di samping ranjang tempatnya duduk. Seketika senyum di bibir alesia mengembang melihat leon membawa sate serta sambalnya.
“Kak itu..”
“Sesekali nggak papa kok. Tapi ini rahasia yah..” Senyum leon menatap istrinya.
Alesia menganggukan kepalanya antusias. Wanita itu kemudian menyuruh leon untuk mendekat dan duduk di sampingnya. Dan dengan lahapnya alesia menyantap sate yang sudah di tambahi bumbu pedas kesukaanya.
“Al..” Panggil leon menatap istrinya yang sedang asik menyantap sate ayam di piringnya.
“Ya kak..” Saut alesia dengan mulut penuh.
“Kenapa sih kamu sama tante selalu berselisih faham?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
pat_pat
Lanjut Thor mangats 🔥
Mampir juga yuk ke ceritaku "Broken Angel" & "Cinta Satu Malam CEO"
2021-08-09
0
Revaira
lanjuuuuuut...
2021-08-09
0