Belajar Kelompok

"Hi Cantik, maaf mengganggu tidurmu."

Sebuah pesan WhatsApp masuk ke ponsel Aulia. Sebuah nomor asing yang tak ia kenal. Profil picture nya pun hanya sebuah gambar animasi.

"Maaf ini siapa?" balas Lia

"Pemujamu." Lia tak membalasnya. Dia enggan membalas pesan iseng dari orang yang tak dikenalnya. Lagi, ponselnya berbunyi.

"Kamu marah, ya? Maaf deh. Aku Adam. Dara yang memberikan nomor ponselmu padaku." Sebuah pengakuan dari pemilik nomer membuat Lia berkomentar datar. "Ooo," jawabnya singkat.

"Ooo?" balas Adam. Cukup lama dia menerima balasan dari Lia. "Ada apa?"

"Tidak ada apa-apa. Hanya ingin mengobrol. Kamu belum tidur, bukan?" Lagi-lagi Lia hanya menjawab seperlunya. Namun Adam pantang menyerah untuk undur dari pertempuran mental ini. "Syukurlah, aku takut kalau aku mengganggu tidurnya bidadari cantik."

Adam tak segan-segan mengeluarkan kata-kata pujian pada Aulia. Namun perempuan cantik itu memberikan respon biasa saja. Hal itulah yang membuat Adam semakin penasaran dibuatnya.

******

(Perpustakaan Sekolah)

Adam sedang membaca buku diperpustakaan sekolah. Dia sedang menyusun tugas laporan nya disana. Sejenak matanya menangkap ada sesosok perempuan yang telah membuat hatinya meleleh. Aulia Izzatunnisa. Adam menutup bukunya, dia berjalan menuju rak buku yang ada diseberangnya.

"Hai," sapanya.

"Hai, Dam," jawab Lia tersenyum. Gadis muda itu terus saja berkonsentrasi dengan buku-buku yang berjajar di rak buku. "Cari apa?" tanya Adam mendekat.

"Panduan kimia dasar."

"Kamu mau buat laporan?" Lia menganggukkan kepalanya. "Dimeja sana. Buku yang kamu cari ada di meja sebelah sana. Di tempat aku membuat laporan juga. Kalau mau kita buat sama-sama mungkin lebih baik. Bagaimana?" todong Adam langsung tanpa basa-basi.

"Apa tidak mengganggu mu?" tanya Lia.

"Tidak. Aku senang malah jika kamu ganggu." Lia terdiam. Adam terus membujuknya untuk mengerjakan laporan bersama-sama. Akhirnya Lia menyerah dan duduk satu meja bersama Adam menyelesaikan tugas laporan mereka.

Adam tak terlihat lebih agresif namun serangannya pasti. Dia masih menjaga jarak dengan perempuan cantik itu. Namun bisa dipastikan hatinya mulai tergoda dengan keanggunan sosok Aulia.

"Pantas saja aku cari dikelas tidak ada, kalian disini rupanya," tegur Dara dari belakang.

"Shhht ... pelankan suaramu,Ra," sahut Adam. Dara tertegun. Dia baru sadar kalau tadi dia bicara setengah teriak sehingga membuat semua mata tertuju pada mereka. Lia hanya menggelengkan kepalanya.

"Buat tugas laporan?" tanya Dara.

"Hmm," jawab Lia singkat.

"Akupun belum. Butuh referensi buat menyelesaikam bagian akhirnya," ucap Adam.

"Untuk itulah kami ada disini," sambung Lia.

"Nah kebetulan, Dam. Aku ikutan ya?" pinta Dara. Gadis muda itu duduk disebelah adam. Dia mulai bergabung dan mengumpulkan teori-teori dari buku referensi yang ada. Lia merangkum semua nya menjadi satu. Lalu Adam dengan notebook nya mengetik dan membuat cover.

Dalam waktu tiga jam laporan mereka selesai berjamaah. Adam berbeda kelas dengan Dara dan Lia. Namun kebetulan guru yang mengajar kimia sama. Jadi mereka bisa bertukar informasi dan data yang diperlukan.

******

"Adam anak bungsu dari tiga bersaudara. Kedua kakaknya laki-laki. Mereka sudah menikah. Dan tinggal di luar negeri. Kedua kakaknya  lulusan S2 Paris, Perancis. Adam sepetinya juga punya cita-cita yang sama. Dia anak yang kalem tapi kadang-kadang agresif juga," cerita Dara dikamar asrama.

Lia hanya mendengarkan cerita sahabatnya itu sekilas. Dia sama sekali tak tertarik sama sekali dengam cerita Dara. Namun dia lebih menghargai pertemanan mereka. Dia hanya tersenyum sambil sesekali menimpali cerita Dara.

"Kamu tidak kesepian Lia? Bukankah kamu yatim piatu. Ah, maaf maksudku bukan begitu." Dara tersadar akan ucapannya. Gadis muda itu merasa tak enak dengan sahabatnya.

"Tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa seperti ini." Senyuman Lia menjawab kegelisan Dara akan ucapannya tadi. Bagi Lia di harus sudah terbiasa dengan keadaan ini. "Jadi kamu tinggal sendirian?" tanya Dara.

"Tidak. Ada keluarga jauh ku yang rumahnya tak jauh dari sini," jawab Lia.

"Kenapa kamu memilih tinggal di asrama, bukan kah lebih baik tinggal dirumah sendiri jika dekat?" Pertanyaan Dara kali ini membuat Lia salah tingkah, gadis cantik itu memalungkan wajahnya. "Aku tak ingin merepotkan mereka," jawabnya pelan.

"Hatimu baik sekali, Lia." Lia tersenyum. Dia memang terbiasa mandiri. Dia tak ingin calon mertua dan calon suaminya direpotkan dengan urusannya lagi. Biaya sekolahnya sudah di tanggung oleh calon mertua nya dia. Dia merasa seperti punya seorang ibu dan kakak lagi. Walaupun sikap Bian yang merupakan calon suaminya itu sangat dingin dan kasar padanya, namun Lia menghadapinya dengan kesabaran dan kelembutan hati.

******

Terpopuler

Comments

Didit Pindo

Didit Pindo

sudah yg kesekian kali aku membacanya walau tak meninggalkan jejak tapi tak bosan untuk mengulang sambil menunggu karyamu yg lama tak pernah hadir

2021-04-13

1

Desi Ratna Dewi

Desi Ratna Dewi

thor kok biaya skolah lia ditanggung samai ibu ya bian bukan.kah lia dpt beasiwa.

2020-12-04

3

NN

NN

lanjut Thor

2020-09-14

6

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!