"Hei," sapa Bian pada Lia. Wajahnya saat itu datar dan tidak bersahabat. Dia mendekati Lia yang berdiri di balkon ruang tamu asrama.
"Ya, Mas," jawab Lia lembut.
"Kamu tahu kan aku bertunangan dengan mu cuma demi mama ku saja. Jadi jangan berharap lebih padaku." Tanpa basa-basi dan pikir panjang, Bian menyerocos pada Aulia. Gadis muda yang kini jadi tunangannya.
"Mas Bian tidak usah khawatir aku tahu alasanmu itu."
"Bagus kalau begitu, kamu .... Eh ... siapa tadi namamu?" Bian mengerutkan kedua alisnya.
"Aulia Izzatunnisa."
"Susah sekali menyebutnya," protes Bian.
"Panggil saja, Lia."
"Namamu saja susah aku menyebutnya, nama yang aneh, seaneh penampilanmu," gerutu Bian dalam hati.
"Umurmu berapa?" tanya Bian lagi, tak ramah. Terdengar ketus dan tajam. Namun dengan tenang Aulia menanggapinya. Senyuman manis terukir dari ujung bibir mungilnya.
"14 tahun, Mas."
"Ya Tuhan, dia masih bayi. Delapan tahun lebih muda dariku. Masa iya harus menikah dengan balita," gerutu Bian lagi dalam hati.
"Kelas dua?"
"Ya, Mas." Bian menghela nafas panjangnya. Dia menyandarkan tubuhnya pada tembok. Dalam hati dia mengutuki semua yang terjadi pada dirinya hari itu. Sesi wawancara itu membuatnya makin frustasi dengan perjodohan itu, ide yang sangat buruk pikirnya.
"Sayang, kamu sedang libur bukan?" tanya calon mama mertuanya.
"Iya, Tante. Kemarin baru pembagian rapor."
"Kalau begitu kamu ikut kami saja kekota. Menginap di rumah. Liburan disana ya, Sayang," pinta Mira.
"Tapi tante ... "
"Eh, jangan panggil Tante. Kamu akan jadi istrinya Bian. Panggil Mama saja."
"Tapi," Lia segan dengan Bian. Gadis muda itu melirik pada Bian yang ada di hadapannya. laki-laki itu memalingkan wajahnya. Bian sama sekali tak perduli dengan semuanya.
"Jangan begitu. Kita nantinya akan jadi satu keluarga. Jangan bersikap formil begitu."
"Ya, Tan ... Eh, Ma."
"Nah, begitu kan lebih baik, bukan begitu Bian." Lagi-lagi Bian bersikap masa bodo. Dia enggan menanggapi kata-kata mamanya apalagi berurusan dengan perempuan yang di jodohkan dengannya itu.
"Ayo, siap-siap. Mama sudah minta izin dengan kepala asrama kalau kamu akan liburan bersama kami." Calon mama mertuanya membawa Lia kekamarnya untuk membereskan pakaiannya. Dia ingin menghabiskan waktu bersama calon menantu pilihannya.
******
Bian duduk di belakang kemudi mobilnya. Mira menyuruh Aulia duduk disebelah Bian, sementara dia duduk dikursi tengah. Kali ini Bian merasa di kerjai oleh mamanya. Sepanjang perjalanan dia hanya diam. Hatinya kesal sekali.
"Bian, kamu tahu Lia ini juara umum di sekolahnya loh. Dia sudah menjadi juara umum sejak sekolah dasar. Beruntung sekali kedua orang tuamu memiliki anak cerdas seperti kamu, Sayang," puji Mira.
Bian tetap diam. Dia tak perduli dengan semuanya. Dia ingin cepat sampai rumah dan membebaskan diri dari keduanya. Dia sedikit menambah kecapatan mobilnya. Dari arah depan ada sebuah truk pengangkut barang, Bian memberikan sen ke kanan dan hendak menyalip mobil yang ada didepannya. Namun ditengahnya ada sebuah mobil dari arah depan yang melaju sangat cepat.
Dia mengurungkan niatnya dan kembali mebuang stir kekiri. Aulia menjadi pucat pasi, tangannya gemetaran. Tak dirasanya airmatanya mengalir dikedua pipinya. "Kamu kenapa, Sayang?" tanya Mira.
Bian menoleh ke arah perempuan yang duduk di sampingnya. Dengan terpaksa dia harus menghentikan mobilnya di rest area terdekat. Aulia turun dari mobil dengan tubuh gemetaran. Jantungnya berdetak kencang, nafasnya terasa sesak sekali.
"Kenapa kamu?" tanya Bian masih dengan nada ketus. Aulia menggengkan kepalanya. Dia masih merasakan sesak didadanya. Mira membawakan sebotol air mineral pada calon menantunya. Lia meminumnya sampai habis.
"Maaf ya Sayang, kamu pasti ingat kedua orang tuamu ya. Kamu trauma sekali dengan keadaan seperti tadi. Mama juga kesal dengan kelakuan Mas Bianmu, dia tidak memikirkan perasaan tunangannya," gerutu Mira.
Lia hanya tersenyum kecil. Setelah dia tenang barulah mereka melanjutkan perjalanan menuju rumah kediaman keluarga Ibramsyah.
******
Lia menempati kamar tamu. Malam itu adalah malam pertamanya tidur dirumah, sejak kematian orang tuanya lima tahun lalu, dia tidak pernah lagi merasakan suasana rumah. Rumah milik keluarganya dijual dengan paman tirinya. Semua aset milik keluarganya dijual oleh adik tiri ibunya itu. Malam ini dia kembali merasakan suasana rumah yang tenang. Rumah calon suaminya.
"Umi ... Abi ... Abang ... Lia rindu kalian. Semoga kalian tenang disana," lirihnya. Isaknya tak terbendung lagi. Namun ketukan suara pintu membuat kekhususan tangisnya pecah seketika. Suara itu makin kencang dan tak sabaran. Lia bangun dari tempat tidur, mengambil jaket dan kerudungnya.
"Siapa malam-malam begini?" gumamnya. Dari balik pintu Bian muncul dengan gayanya yang urakan. Terlalu santai bahkan terkesan brutal. Walaupun dia adalah laki-laki yang tampan jika sudah berpenampilan klimis.
"Mas Bian?" Lia memundurkan langkahnya. Tak menyangka jika Bian datang malam-malam begini. Bian masuk kedalam kamar lalu duduk diatas tempat tidur. Dia merebahkan diri disana.
"Ada apa, Mas Bian kesini malam-malam?" Lia menjaga jaraknya. Dia tetap berada di ujung pintu. Mengamati tingkah laku calon suaminya.
"Memang tidak boleh?" protes Bian.
"Maaf Mas, tidak baik kalau berdua dikamar seperti ini." Mendengar ucapan Aulia, Bian bangkit dari tidurnya. Seringainya membuat Lia mundur lagi beberapa langkah. "Kamu takut?" tanya Bian.
Lia terdiam. Dia tak berani memandang wajah Bian. Dia berdiri didepan pintu menundukkan wajahnya. "Tenang saja, kamu bukan seleraku. Aku tak berminat dengan perempuan sepertimu."
Bian keluar kamar sambil tertawa sinis mengejek Lia. Gadis muda itu cepat-cepat menutup pintu kamarnya. Entah kenapa hatinya malah tertuju pada Bian dalam doanya beberapa waktu lalu. Namun dia tetap berbaik sangka pada laki-laki yang memang menyebalkan itu, Bian.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
tralala 😽😽😽😽
ini... tulisanmu udah lama ya tor....
sayang aku baru nemuin karya mu tor
2022-01-11
0
tralala 😽😽😽😽
balita 😆😆😆😆
2022-01-11
0
Octa Febian Nii
ampuuun gk ada unsur dewasa yah, bociiil 14 thn
2021-05-02
1