Untuk awalnya Zara berniat pergi mengelilingi rumah itu sebentar dan pergi bekerja.
Namun melihat setiap sisi yang ada di sana, semuanya begitu indah, arsitektur modern yang padu dengan ukiran dan lukisan yang menghiasi. Juga benda-benda dan perabotan di sekitarnya yang terlihat cukup mahal. Membuat Zara lupa dengan tujuan awalnya.
Zara terus melangkah, sampai ia berhenti di sebuah balkon yang ada di sana, udaranya sejuk dan tempatnya sangat tenang, cocok sekali untuk menenangkan pikiran dan suasana hati.
Setelah puas melihat lantai tiga, ia segera menuruni anak tangga, melewati begitu saja lantai dua, dan sampai pada lantai dasar di sana. Ia dapat melihat orang-orang sibuk melakukan pekerjaannya masing-masing.
Seorang pria paruh baya yang tak sengaja melihatnya, segera mendekat dan menyapa.
“Selamat pagi Nyonya! Adakah sesuatu yang bisa saya bantu?” Sapanya pada Zara
“Oh selamat pagi, Paman. Tapi sebelum itu bisakah Paman memberitahuku siapa Paman?”
“Maaf, Nyonya, saya lupa memperkenalkan diri, nama saya Arfan, saya adalah orang kepercayaan tuan Hanan yang mengurus rumah ini.”
“Oh, ya. Senang bisa berkenalan dengan Paman, namaku Zara Paman, Paman bisa memanggilku dengan nama itu, dan bisakah aku meminta bantuan pada paman?”
“Oh tentu, nyonya Zara ingin meminta bantuan apa?” tanya Arfan
“Paman hari ini adalah hari pertamaku berada di rumah ini, aku tidak tahu tentang seluk beluk rumah yang aku tempati ini, jadi bisakah Paman memandu untuk memberitahu bagian-bagiannya?”
“Tentu saja Nyonya, dengan senang hati saya akan memandu Nyonya, tapi sebelum itu Nyonya ingin melihat ruangan yang mana?”
“Terserah paman, yang terpenting letak dapur nya katakan padaku paling akhir.”
“Baiklah, Nyonya. Mari saya antar Nyonya melihat ruang musik terlebih dahulu”
"Eh tunggu dulu, aku ingin bertanya satu hal lagi, apa tuan Hanan sudah pergi ke kantornya?"
"Oh, itu benar Nyonya, Tuan sudah pergi ke kantornya. Ia terlihat buru-buru, tampaknya ada pekerjaan yang harus segera ia selesaikan."
Mendengar jawaban dari Arfan, Zara bernapas lega, sekarang ia bisa menikmati waktunya tanpa rasa canggung ataupun takut.
Setelah selesai melihat-lihat, Zara dapat mengetahui betapa besarnya rumah itu.
Baik di luar maupun dalam, rumah sang suami begitu rapi dan tertata.
Tak heran jika Hanan memperkerjakan banyak pembantu untuk membersihkan rumah tersebut.
Kemudian wanita itu melanjutkan aktivitas paginya dengan memasak makan siang bersama dua pembantu yang bertugas memasak.
"Nyonya, ingin memasak apa?” tanya salah satu pelayan.
"Hmm aku juga belum tau ingin memasak apa, tapi kalian tau makanan kesukaan tuan Hanan?"
"Iya, tahu"
"Baiklah, kita akan masak makanan kesukaannya saja hari ini, bagaimana?"
"Eh, kami ikuti perintah Nyonya saja, jika Nyonya setuju maka kami pun akan setuju"
Zara tersenyum tipis, lalu memulai untuk memasak bersama kedua pelayannya. Ketika siang menjelang, Zara dan kedua pelayannya pun telah selesai memasak.
"Ayo! cobalah rasa makanan ini, enak atau tidak?" pinta Zara pada dua pelayan tersebut.
"Ya ini sangat enak Nyonya, Nyonya memang hebat dalam memasak,” puji salah satu pelayan.
...****************...
Sementara itu di Perusahaan...
"Huta apa ada perkembangan dari perusahaan yang ditangani Jahan?"
"Dari kabar yang kudapatkan Jahan telah berhasil dengan tugas yang Anda berikan, dan ia juga mendapat banyak investor untuk itu."
"Bagus! Anak itu menjalankan tugasnya dengan sangat baik, kini perusahaan kita akan semakin maju."
"Dan apa rencana kita selanjutnya, Tuan?" tanya Huta.
"Rencana? aku belum memikirkan rencana apapun. Tapi untuk pertemuan dan semacamnya, kau atur saja jadwalnya."
"Baik, Tuan. Anda jangan khawatirkan tentang itu. Lalu bagaimana dengan Nyonya Zara, aku harap Anda mengurung niatan, Tuan ?"
"Jangan memikirkan gadis itu, Huta. Sudah pasti aku akan membalaskan dendam kematian kedua orang tuaku. Setidaknya selama setahun, ia harus merasakan apa yang aku kurasakan dulu."
"Tuan, aku berharap Anda jangan terlalu membencinya, karna bisa saja kebencian itu berubah menjadi ... rasa cinta." balas Huta dengan terbata.
Mendengar perkataan Huta, Hanan tertawa. "Huta itu tidak akan pernah terjadi sampai kapan pun, mana mungkin aku mencintai seorang anak dari pembunuh kedua orang tuaku,"
"Kita tidak pernah tahu takdir seseorang, dan apa yang akan terjadi di masa depan nantinya." jawab sang sekretaris.
"Sampai kapan pun aku itu tidak mungkin Huta, jadi berhentilah berharap sesuatu yang tidak akan pernah terjadi," terang Hanan.
Huta tersenyum, lalu mengalihkan pembicaraan pada hal lain. "Baiklah, Tuan. Kurasa pembicaraan ini sudah cukup, sekarang waktunya makan siang, apakah tuan ingin makan sesuatu?"
"Tidak, aku tidak berselera. Sekarang aku ingin pulang, ada beberapa barkas dan dokumen yang aku tinggalkan di sana dan kita harus mengerjakannya."
"Aku akan segera menyiapkan mobil," ucapnya yang kemudian pergi meninggalkan ruangan.
Sesampainya di rumah...
Ketika Hanan dan Huta secara beriringan masuk ke dalam rumah, mereka disambut dengan bau masakan yang begitu harum dan menggoda, membuat rasa lapar keduanya muncul.
"Huta apa kau lapar?"
"Ya, sedikit, Tuan."
"Ayo kita makan, aku tidak ingin kau bekerja tanpa stamina."
Huta tersenyum simpul, lantas mengangguk, “Ya, Tuan."
Mereka melangkah masuk dan pergi ke meja makan, ketika Hanan telah duduk di tempatnya, ia memanggil Arfan dan menyuruhnya untuk menghidangkan makanan.
Mendengar perintah itu, Arfan segera menyuruh para pelayan membawa masakan yang di masak oleh Zara untuk makan siang Hanan.
Melihat hidangan yang telah tersaji, Hanan dan Huta pun mulai menyendok hidangan ke piring masing-masing. Mereka makan dengan lahap hingga yang tersisa hanyalah mangkuk dan piringnya saja.
"Masakan hari ini benar-benar lezat, aku sungguh menikmatinya," puji Huta.
"Ya, kau benar, Huta."
"Arfan kemari lah!" panggil Hanan kepadanya
"Ya, ada apa tuan?"
"Aku ingin tahu, apakah kau memperkerjakan koki baru?"
"Tidak, Tuan, saya tidak memperkerjakan koki baru."
"Lalu siapa yang memasak makanan hari ini? Rasanya berbeda dari masakan-masakan yang sebelumnya."
"Yang memasak hari ini Nyonya Zara, Tuan."
"Wanita itu? lalu di mana dia sekarang?"
"Nyonya Zara pergi berkerja, Tuan."
"Bekerja?" Hanan menoleh ke arah Huta.
"Tuan tidak mendengar informasi tentang Nyonya Zara secara rinci?" tanya Huta kembali.
"Nyonya Zara memiliki sebuah restoran kecil, itulah yang dijalankannya hingga kini," ucap sang sekretaris lagi.
Hanan terdiam, ia kembali menatap Arfan.
"Baiklah, sekarang kau boleh pergi."
"kalau begitu saya permisi tuan,” ucapnya pada Hanan lalu pergi meninggalkan meja makan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
玫瑰
Rupa nya Zara sengaja membuat diri nya kelihatan buruk rupa
2022-06-17
0
BA AN Amar
NAKUSA 2😁😁😁
2021-02-17
0
lee.ana
wanita lain sibuk bikin kinclong kulitnya. zara malah ngitemin 🤭🤭🤭
2021-01-17
2