BAB 15 (LAMUNAN)

ia terduduk lesu, meratapi nasib malangnya.

Sekarang, semuanya telah hancur. Entah itu impian atau cita-citanya hanya akan jadi sia-sia baginya. Dan penderitaan baru akan di mulai, ia tidak tahu? apa yang akan di lakukan Hanan padanya nanti.

"Aku hanya ingin bahagia..! Mengapa sangat sulit bagiku untuk mendapatkannya...?”

Malam yang dingin dengan cepat berlalu, berganti dengan pagi yang terlihat mendung tanpa sinar sedikit pun, di mana awan-awan hitam telah menghiasi langit.

Seolah tak terjadi apapun, Zara menuruni anak tangga dengan tenang. Ia menutup bekas tamparan di wajahnya dengan make-up yang sedikit tebal hari itu.

Wajah datar tanpa ekspresinya itu, telah menyiratkan apa yang terjadi kemarin. Aura yang tampak berbeda, dan senyum berseri yang selalu terpampang jelas di wajahnya kini sudah tidak ada lagi sekarang.

Jelas sudaj bagi Zara, apa alasan Hanan menikahinya. Zara benar-benar merasa kecewa, kecewa pada takdir dan nasibnya yang tidak pernah lepas pada cercaan dan tuduhan yang tidak benar terhadapnya.

Zara turun menemui Arfan. Seperti biasanya, Zara memberikan pesan dan menitipakan rumah padanya. Arfan mengiyakan dan Zara pun bergegas pergi.

Arfan yang tahu akan kejadian semalam, merasa kasihan pada Zara. Telah banyak hari menyedihkan dilaluinya dengan senyum, tak sekalipun pernah kesedihan terlihat di raut wajahnya. Tapi ... sekarang, semua seakan lenyap begitu saja.

Walaupun Zara berusaha menutupi masalah dengan wajah yang terlihat tenang, Tapi Arfan tahu, bagaimana dan seberapa berat luka yang timbul di hatinya.

🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋

Sesampainya di restoran...

Zara langsung memasuki ruangannya (Ruangan yang memang dibuat khusus oleh Zara, untuk para pekerjanya yang lelah dan butuh istirahat sejenak), tanpa menyapa atau menyalami yang lain seperti biasa. Ia meletakan tasnya di sembarang tempat dan duduk di kursi sambil melihat e-Mail yang masuk di laptopnya.

Beberapa saat kemudian, Halima datang menemuinya, dan meletakan sarapan yang di pesan Zara, di atas meja. Ia melihat Zara, dan Halima merasa ada yang begitu berbeda darinya.

“Kazar, ini sarapanmu. Kuletakan di atas meja!”

“Ya, terima kasih, Halima. Kau boleh pergi sekarang!” Balas Zara tanpa menoleh sedikit pun dari layar laptopnya.

“Baiklah, Kazar. Aku pergi sekarang, jika Kazar butuh sesuatu...!”

“Tidak, tidak perlu. Aku bisa melakukannya sendiri, kau pergi saja lakukan pekerjaanmu. Kau juga pasti sangat sibuk!” Balas Zara, sambil tersenyum ramah padanya.

“Iya, baiklah”

Halimah pun pergi meninggalkan ruangan tersebut, untuk melanjutkan kembali pekerjaannya.

Entah mengapa aku merasa, bahwa hari ini Kazar terlihat berbeda dari biasanya? bahkan walaupun ia tersenyum, senyuman itu terlihat sangat hampa kurasa. Halima

“Oh, kuharap. jika Kazar memiliki masalah, itu akan selesai dengan cepat”

Sementara itu, di kantor....

Hanan yang sibuk dengan urusan berkasnya, di kejutan dengan kedatangan Soraya yang tiba-tiba.

Hanan lalu meletakan berkasnya, dan menatap Soraya. Wajahnya terlihat masam, dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada.

“Sayang, ada apa?” Tanya Hanan lembut penuh kasih.

“Tidak, tidak ada apa-apa!” Jawabnya singkat dan datar

“jika tidak ada apa-apa, lalu mengapa kau datang kemari dengan wajah masam seperti itu?”

“Tentu aku akan datang seperti ini! jika tahu orang yang kucintai, menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja karna terlibat pertengkaran dengan istri jeleknya itu!”

“Soraya, Kau pasti tahu kan. Bagaimana sifatku jika aku memiliki masalah?”

Ya, Jika Hanan memiliki masalah atau emosi yang sudah tak terkendali, ia akan berusaha mengalihkannya dengan bekerja. Baginya, hal itu membuatnya lebih tenang dan terkendali, untuk menghadapi masalah dan mengatasi emosi berlebihnya.

“Ya, aku tahu. Tapi aku tidak rela, kau menghabiskan waktumu seperti ini hanya karna gadis jelek itu!” Balasnya.

“Baiklah, Soraya. sekarang apa yang kau inginkan!”

“Aku ingin, sekarang kau berhenti melakukan pekerjaanmu, dan pergi bersenang-senang menghabiskan waktu bersamaku!”

Hanan yang mendengar itu, menghela nafas panjang “Hah.., Soraya!”

Soraya mendekatinya dan memohon “Ayolah, sayang. Kumohon, kita pergi bersenang-senang untuk kali ini saja. Apa kau tidak letih, dengan semua ini. Kau baru saja pulang dari Paris kemarin hanya untuk melakukan pekerjaan! dan sekarang kau ingin bekerja lagi hanya karna gadis jelek itu?”

“Oke, baiklah. Aku akan meninggalkan pekerjaanku kali ini dan akan menghabiskan waktuku bersamamu.”

Soraya, yang mendengar langsung ucapan tersebut dari mulut sang kekasih, sontak bahagia dan menciumnya. Kedua pun pergi bersama dan Hanan pun menyerahkan semua pekerjaannya pada Huta dan Jahan yang kebetulan telah kembali.

“Karna aku ingin pergi, maka semua tugas yang belum di selesaikan kuserahkan pada kalian untuk di kerjakan. Dan kuharap semua itu akan selesai, tepat setelah aku pulang esok hari!” Ucapnya pada Huta dan Jahan yang kebetulan telah kembali.

Keduanya mengiyakan, dan menatap Hanan yang pergi keluar bersama Soraya.

“Tuan telah berubah sekarang, bagaimana menurutmu Huta?” tanya Jahan padanya.

“Ya, seperti yang kau lihat!” Balas Huta singkat, yang membuat Jahan melirik padanya dengan ekspresi wajah yang

mengeras.

“Hah, kau ini terlalu ambisius dengan pekerjaanmu, Huta. Hingga kau tidak bisa melihat apa yang telah terjadi di

sekelilingmu!” Ucap Jahan dengan kesal

“Tidak, bukan seperti itu. Maksudku.., ya. kau bisa liat sendiri!”

“Percuma aku berbicara denganmu. Itu tidak ada gunanya”

“Kau tidak mengerti Jahan, aku hanya...ya, aku merasa bersalah sekarang, tentang hubungan Tuan dan Nona Zara!”

“Aku mendengar berita dari Arfan, bahwa Kazar dan Tuan bertengkar. Bisakah kau menceritakan secara rinci padaku?”

Huta mengiyakan, dan ia bercerita tentang kejadian semalam yang ia ketahui padanya .

“Aku benar-benar merasa bersalah Jahan, andai saat itu aku tidak menunjukkan rekaman pada Tuan, mungkin semua ini tidak akan terjadi. Dan mereka tidak akan bertengkar!”

“Hei, mengapa kau malah menyalahkan dirimu sendiri? Kau tahu, itu semua takdir. Kebohongan tidak akan selamanya bisa di tutupi. Dan bagiku mungkin semua ini sudah yang terbaik, untuk Tuan dan Kazar. Tapi aku masih sedikit bingung, bukankah seharusnya Tuan senang, mengetahui Kazar memiliki wajah yang sangat cantik”

“Kau seperti tidak tahu Tuan saja, ia kan sangat benci pada kebohongan, bahkan jika itu adalah kebohongan kecil sekalipun. Dan apa kau juga sudah lupa? Tujuan awal Tuan menikahi Nona Zara. Mungkin dia makin marah ketika mengetahui semua itu. Jadi tidak peduli, dengan kecantikan yang dimiliki Nona Zara!”

Beberapa saat setelahnya, Huta dan Jahan pun memulai pekerjaan yang di berikan, walaupun Jahan sengat-sangat ingin pulang dan mengetahui keadaan Zara. Apalagi ketika ia mendengar semua yang terjadi dari Arfan maupun Huta. Itu telah membuat hatinya benar-benar gelisah.

Sementara itu di tempat lain, Zara yang selesai dengan E-Mail membantu Halima bekerja. Bersama salah seorang pelayan ia menyuci piring dan gelas yang kotor, Ia berusaha untuk bersikap netral seperti biasanya, walaupun itu benar-benar susah di lakukan saat keadaannya seperti ini.

Karna Zara melamun dan tak fokus pada apa yang ia kerjakan, tak sengaja ia menjatuhkan gelas hingga pecah. Membuatnya terkejut dan tersadar dari lamunan.

Pranggg...!

“Oh, astaga...! Apa yang sebenarnya kupikirkan?” Gerutu Zara

Zara lalu mengumpulkan pecahan gelas, namun karena tak hati-hati, salah satu pecahan mengenai jarinya. Hingga darah segar, mengucur keluar dari jari yang terluka. Halima yang melihat itu segera membantu Zara. Ia mengambil pecahan gelas tersebut dan membantu mengobati jari Zara yang terluka.

“Terima kasih, Halima. Karna sebab kecerobohanku sendiri, aku jadi terluka”

“Ya, sama-sama Kazar. Tapi apa tidak sebaiknya kita pergi ke dokter saja? Aku takut jika terjadi apa-apa dengan Kazar. Luka Kazar sangat lebar, dan itu juga langsung mengenai dua jari jemari, Kazar.”

“Tidak, apa. Halima. Nanti juga ia akan sembuh sendiri, aku tidak selemah itu, sampai-sampai dengan luka yang seperti ini harus di bawa ke dokter..!”

Pembicaraan keduanya lalu terputus, kala dering telepon Zara berbunyi.

“Halo, Atzia. Ada apa?”

“Hah, apa? baiklah aku ke sana sekarang.”

.

.

.

.

.

.

.

.

.

(Jangan lupa like, dan komen, ya. karna komenan kalian itu penyemangat bagi koko)

Terpopuler

Comments

Lina Uni

Lina Uni

maaf author yg baik atau oengarang novel ini yg baik,,sebelumnya saya minta maaf ,,mau nanya ,dapat ide nama dari mana kok nama2 tokohnya sangat anah?bacanya bikin l8dah kesleo ...???

2023-03-30

0

玫瑰

玫瑰

Sebak dengan nasib Zara

2022-06-17

0

~chole~

~chole~

benci aja terus sampai puas. ku tunggu buncin mu Tn. Hanan

2021-01-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!