BAB 8 - Kau Berubah

Zara kembali ke lantai bawah, ia pergi ke lantai dasar dan masuk ke bagian dapur. Di sana, ia menyibukkan dirinya. Dengan memasak, dan menyiapkan camilan, untuk menyambut kedatangan Helen.

“Wah, Nyonya. Tumben, hari ini masak lebih banyak dari biasanya?” tanya pelayan yang diketahui bernama Banou, ketika melihat berbagai hidangan telah siap tersaji di atas meja.

Mendengar pertanyaan Banou, Zara tertawa kecil “Ha, ha. Banou, tentu saja aku akan masak banyak hari ini. Ketika mendengar kabar seorang tamu istimewa akan datang.”

“Tamu istimewa, Wah siapa tamu istimewa itu Nyonya?” tanyanya dengan mata yang berbinar-binar menunggu jawaban.

“Dia Bibinya Hanan, Hanan mengatakan padaku bahwa hari ini ia akan datang kemari”

“Apa maksud Nyonya, Nyonya besar. Nyonya Helen maksud nona?”

“Hmm, ya. Nyonya Helen”

“Nyonya bersungguh sungguh?" tanya Banou memastikan.

“Ya, aku bersungguh-sungguh!”

“Hah, Nyonya. Ini kabar yang menggembirakan, aku sangat senang mendengarnya. Akhirnya setelah sekian lama! Ada juga kabar gembira yang datang. Nyonya, Nyonya memang pembawa keberuntungan di rumah ini” puji Banou, dengan mata berbinarnya.

Zara tertawa kecil, “Kau terlalu berlebihan Banou, lagi pula itu hanya kedatangan seseorang bibi ke rumah kemenakannya. Apa yang istimewa dari semua itu?”

“Astaga! Nyonya tidak tahu? permasalahan apa yang terjadi antara Nyonya Helen dan Tuan Hanan?"

“Permasalahan? memang apa yang terjadi antara Hanan dan Bibi Helen?” Tanya Zara pada Banou dengan rasa penasarannya.

“Oh, ya. Aku lupa, bahwa Nyonya baru menikah dengan Tuan Hanan beberapa hari. Nyonya pasti tidak tahu masalah ini.”

“Nah, karena kau tahu. Maka ceritakan lah padaku permasalahannya Banou, jangan membuat rasa penasaranku ini semakin tinggi."

“Hmm, Baiklah! Aku akan menceritakannya, tapi Nyonya harus berjanji padaku, jangan katakan pada siapa pun. Bahwa aku yang memberi tahu Nyonya”

“Ya, aku berjanji padamu. Aku tak akan memberi tahu siapa pun”

“Termasuk paman Arfan," ucap Banou lagi.

“Ya, termasuk paman Arfan. Aku tidak akan memberitahunya.”

Mendengar sumpah Zara, Banou lalu melihat ke sekitarnya. Menyesuaikan situasi aman untuk berbicara.

“Baiklah, Nyonya. Aku akan mulai menceritakannya."

"Permasalahan ini telah terjadi dua tahun lalu, tepat di hari ulang tahun nyonya Helen. Ketika itu Tuan membawa nona Soraya. Untuk diperkenalkan kepada Nyonya Helen, sebagai kekasihnya.

"Tentu, nyonya Helen menjamunya seperti tamu pada umumnya. Walaupun dengan ke tidak sukaannya ia pada nona Soraya. Namun, ketika tuan Hanan mengatakan bahwa ia akan menikah dengan nona Soraya secepatnya. Itu membuat Nyonya Helen begitu murka. Ia tak memberikan restu pada Tuan, dan itu juga membuat Tuan begitu marah pada nyonya Helen.

“Keduanya lalu terlibat perselisihan. Hubungan keduanya retak, yang pada akhirnya, Nyonya memilih pergi dari rumah ini. Rumah yang tadinya sedikit berwarna karena kehadiran Nyonya, akhirnya benar-benar kehilangan warnanya. Selama dua tahun terakhir, rumah ini jadi sunyi dan sepi. Bahkan, sangat suram bisa dibilang."

“Owh, itu kisah yang..."

Pantas saja Soraya tidak bisa melupakan Hanan, mereka bahkan hampir menikah. Zara

“Ya, Nyonya bisa menilainya sendiri."

"Tapi apa alasan Nyonya Helen tidak memberi restu pada Soraya. Bukankah Soraya wanita yang sempurna?" tanya Zara.

"Saya juga tidak tahu, Nyonya."

"Tapi saya pernah mendengar pertengkaran keduanya saat itu. Nyonya Helen mengatakan firasatnya tentang Nona Soraya tidak baik."

“Tapi pada akhirnya, ini membahagiakan bukan. Bahwa bibi akan datang berkunjung hari ini, itu menandakan bahwa hubungan keduanya telah membaik.”

“Ya, itu benar. Dan semua itu berkat Nyonya, Nyonya memang pembawa keberuntungan di rumah ini” balas Banou.

“Aih, kau ini!”

“Kenapa? itu benar kan.”

“Sudahlah, jangan membahasnya lagi. Akan lebih baik, sekarang kau bantu aku membawa camilan ini ke ruang tengah.” Ucap Zara, sembari menyerahkan nampan berisi camilan pada Banou.

“Camilan ini dibawa ke ruang tengah, Nyonya?”

“Ya, bawa camilan itu ke ruang tengah”

“Baiklah, Nyonya. Aku akan membawanya” Ucap Banou, sembari melangkah pergi menuju ruang tamu.

Setelah kepergian Banou, Zara melanjutkan pekerjaannya. Ia membersihkan dapur dan peralatan bekas memasak.

Selesai dengan pekerjaannya, Zara pergi ke ruang tengah. Ia melihat persiapan yang telah selesai di lakukan di sana.

“Hmm, semua telah aku siapkan. Sekarang aku hanya harus menunggu kedatangannya, semoga semuanya berjalan sesuai harapan. Tapi kenapa rasanya ada yang kurang? apa ada sesuatu yang kulupakan?”

“Ah, ya. Tuan Hanan? Aku lupa tentangnya”

“Paman, paman Arfan. Kau ada di mana?”

“Ya, Nyonya. Ada apa mencari saya?”

“Em, apa Tuan Hanan sudah pergi Paman?”

“Iya, Nyonya. Tuan Hanan baru saja pergi, ketika Nyonya masih berada di dapur”

“Syukurlah. Jika ia sudah pergi”

“Iya, Nyonya. Kalau begitu, saya akan kembali pada pekerjaan saya!” Jawab Arfan.

Zara mengangguk, wanita itu lalu duduk di salah satu sofa, sambil menunggu kedatangan Helen.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, dan jam telah menunjukkan pukul 15.00 sore. Membuat Zara yang tertidur pulas di atas sofa, terbangun karenanya.

“Ini sudah sore, tapi mengapa Nyonya Helen belum juga datang?”

“Permisi, Nyonya. Nyonya Helen telah tiba?” Lapor Arfan pada Zara. yang sontak membuatnya terperanjat, dan segera pergi menemuinya di depan pintu masuk.

“Selamat pagi, Nyo. Eh, Maksudku. Selamat sore, Nyonya Helen!” Sapa Zara pada Helen

Helen, yang berdiri dengan posisi membelakangi Zara. Sontak berbalik, ketika mendengar sapaan Zara padanya. Namun sebelum Helen menjawab sapaan tersebut, ia terlebih dahulu memperhatikan Zara, dari ujung rambut sampai ujung kaki.

“Apa kau sedang hamil?”

Pertanyaan yang tiba-tiba itu membuat Zara melongo. "Hah, Tidak Nyonya aku tidak sedang hamil."

Helen menghela nafas, "Anak itu menikah tiba-tiba tanpa memberitahuku."

Pantas saja Nyonya Helen mengira aku sedang hamil. Kenapa Tuan Hanan tidak memberi tahu pernikahan ini pada bibinya? Zara.

Ada rasa gugup pada diri Zara saat berhadapan dengan Helen, bagaimana tidak tatapan tajam itu benar-benar persis seperti Hanan.

"Nyonya, ayo silahkan masuk," ucap Zara saat Helen terdiam menatapnya.

Helen berjalan mendahului Zara, dan menginjakkan kakinya untuk pertama kali setelah kepergiannya dua tahun lalu. Ketika Helen melihat ke sekelilingnya. Buliran air, hampir keluar dari kelopak mata wanita tua itu.

“Rumah ini, tak berubah. Dan masih tampak sama, seperti yang kulihat dua tahun lalu”

Mendengar itu Zara hanya diam. Ia tahu, bahwa Helen sedang mengingat masa lalunya.

Helen kembali menatap sang menantu, dan Zara membalasnya dengan senyuman.

“Bagaimana kau dan Hanan bisa menikah? aku tidak pernah mendengar kabar dia dekat dengan seseorang?"

Bagaimana? Bagaimana bisa menikah? Aku sendiri juga tidak tahu jawabannya! Bisa-bisanya pembuat masalah itu melimpahkan masalah bibinya padaku! Zara

Seharusnya bibi bertanya langsung pada keponakan bibi, bukan denganku! Zara

Meski dalam hati ia amat kesal pada Hanan dan Helen, ia tetap mengembangkan senyum dan mulai mengarang cerita.

"Sebelum aku bercerita ada baiknya jika kita duduk.”

Helen menuruti, ia duduk di salah satu sofa.

Para pembantu segera membawakan teh untuk keduanya. Sembari menyeruput teh yang di suguhan, ia kembali bertanya.

"Jadi bagaimana ceritanya?"

"Hm, ya. Jadi begini. Kala itu aku tengah membantu Paman mengurus perusahaannya yang bangkrut."

"Di saat bersamaan tuan Hanan datang untuk membicarakan perusahaan tersebut dengan Paman. Saat itulah aku dan tuan Hanan untuk pertama kalinya bertemu, saling tatap dan jatuh cinta, lalu memutuskan menikah, ha,ha," lanjut Zara.

Astaga apa yang aku bicarakan, Bibi pasti tidak akan percaya dengan karanganku. Zara.

Mata Helen menyipit menatap Zara, seolah tak mempercayai perkataan menantunya.

"Nyonya cobalah camilan ini, aku membuatnya sendiri," ucap Zara mengalihkan pembicaraan.

Helen mengambil satu dan mengangguk. "Ya, ini lumayan."

“Aku pikir kau hanya fokus pada kekayaan suamimu, ternyata kau punya keahlian juga."

Wanita tua itu tersenyum. "Aku menyukai itu,"

"Kalau begitu, jika Nyonya tidak keberatan tolong berkunjunglah ke restoranku."

"Di sana kami menjual banyak menu, aku akan membuatkan menu yang paling laris jika Nyonya berkunjung nanti."

Helen tertawa mendengar perkataan Zara. “Pantas saja kau dan dia berjodoh. Sifat pembisnis itu benar-benar mirip seperti Hanan."

"Sekarang aku mengerti kenapa Hanan bisa menyukaimu."

Jadi secara tidak langsung bibi Helen percaya pada karanganku, ha, ha. Sepertinya aku memiliki bakat menjadi penulis. Zara.

"Jika nanti aku datang berkunjung, apa kau akan memberikan potongan harga?"

Zara tersenyum dan mengangguk pelan.

...****************...

Sementara itu, di sisi lain...

Hanan, yang baru saja selesai dengan rapatnya. Terlihat keluar dari kantornya dengan cepat. Dan memasuki sebuah mobil hitam yang terparkir rapi di parkiran.

“Tuan..!” Panggil Huta ketika melihat Hanan yang hampir memasuki mobilnya. Yang sontak membuat Hanan terhenti dan melirik padanya.

“Ada apa Huta? kenapa kau memanggilku?”

“Tuan, kau ingin pergi ke mana? mengapa kau menyetir mobil sendirian. Bukankah rapat telah selesai”

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Jangan lupa likenya, biar klo. Rajin update 😉

Terpopuler

Comments

Serianna Ariesti

Serianna Ariesti

saya tutup nih

2020-07-02

3

Serianna Ariesti

Serianna Ariesti

mana lanjutan nya

2020-07-02

1

Serianna Ariesti

Serianna Ariesti

penasaran cerita nya

2020-07-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!