Setelah membersihkan meja dan peralatan dapur Restoran, Shazia pun kembali ke rumah sang suami dengan motor kesayangannya.
Kala itu ia pulang lebih larut dari hari biasanya. Hal tersebut bukan tanpa alasan, pelanggan yang datang ke restoran kali ini lebih banyak dari hari biasanya.
"Anda baru pulang Nyonya?" tanya Arfan yang tak sengaja berpapasan.
Zara mengangguk. "Ya, hari ini Restoran lebih ramai dari biasanya, Paman."
"Oh, Anda pasti lelah, kalau begitu selamat beristirahat Nyonya."
Zara tersenyum dan kembali mengangguk.
Wanita itu pun kembali berjalan dan menaiki tangga menuju kamarnya.
Saat Zara membuka pintu, didapatinya ruangan tersebut masih rapi seperti terakhir kali.
"Tuan Hanan juga belum kembali. Ternyata menjadi pemimpin perusahaan juga tidak mudah, ya."
Zara melanjutkan aktivitas malamnya seperti biasa, di mana ia harus membersihkan riasan wajahnya itu sebelum mandi.
Ia terlihat menikmati waktu kesendiriannya, menenangkan dirinya di bathtub yang terisi penuh dengan air panas dan sabun.
Aku dan tuan Hanan hanya berbicara singkat hari ini, kemungkinan untuk kedepannya juga sama.
Ini hal baik, sehingga aku tidak harus bertemu tuan Hanan dan berbasa-basi dengannya. Zara.
Tapi tetap saja aku masih bertanya-tanya mengapa dia mau menikah dengan wanita sepertiku? Zara
...****************...
Keesokan harinya di pagi yang begitu indah di mana matahari telah menampakkan dirinya dengan sinar yang menyilaukan mata.
Zara terbangun dari tidurnya akibat sinar matahari yang berhasil lolos melalui celah jendela dan mengenainya.
Ia menggeliatkan tubuh yang dirasa pegal, dan merasa ada sesuatu yang berat di belakangnya.
'Kenapa rasanya sangat berat? aku hampir tak bisa bergerak karenanya, apa ada seseorang di belakangku?' Zara.
Dan benar saja, ketika Zara membalikkan tubuhnya, ia dapat melihat Hanan tertidur pulas di sampingnya dengan membenamkan wajahnya di rambut panjang Zara.
Sejak kapan tuan Hanan kembali, kenapa aku tidak menyadarinya. Zara
Zara duduk dan mendekatkan wajahnya pada Hanan untuk menarik rambutnya secara perlahan. Namun karena gerakan yang dihasilkan Hanan terbangun dari tidurnya.
Pandangan keduanya pun mengarah pada satu sama lainnya, mempertemukan dua pasang mata yang saling menatap lekat. Lama keduanya saling menatap, membuat jantung di salah satu pemiliknya berdegup begitu kencang
Menyadari suasana yang semakin canggung, Zara segera bangkit menjauhi Hanan dan langsung melangkah keluar dari kamar, meninggalkan sang suami yang masih berada di atas ranjang.
Sepertinya aku harus mulai terbiasa tidur bersamanya. Zara
Tapi kapan tuan Hanan kembali, pria itu membuatku terkejut. Zara
“Hah, sudahlah daripada aku memikirkan sesuatu yang sudah terjadi, lebih baik mengerjakan hal lain."
Zara melangkah menuju lemari pendingin dan membuka isinya, terlihat lemari pendingin itu terisi penuh oleh sayuran, dan daging segar.
“ Yumurtali pide ( hidangan khas Turki yang terbuat dari roti pipih oval berisi telur, keju, daging cincang, tomat, dan lada) tampaknya enak untuk menu sarapan pagi”
"Lalu disajikan dengan teh dan salad juga sup miju."
"Mm, membayangkannya saja sudah membuatku lapar."
Zara mengambil celemek dan bahan-bahan yang ia butuhkan, mudah bagi wanita itu memasak hal tersebut, karna menu yang Zara masak sudah sering dibuat di restorannya.
Aroma roti pipih oval yang tengah di oven mulai menyeruak ke seisi dapur, begitu pula dengan sip yang dimasaknya.
Saat semua menu telah berhasil dibuat,
Zara membaginya ke seluruh pembantu yang bekerja dirumah tersebut dan sarapan bersama.
"Apa semua ini Anda yang memasak, Nyonya?" tanya Arfan.
Zara mengangguk. "Ini salah satu menu di restoranku, apa rasanya enak?"
Arfan dan para pembantu itu mengangguk secara bergantian. Zara amat menikmati waktu makannya bersama para pekerja tersebut.
Ternyata makan bersama-sama seperti ini lebih menyenangkan daripada makan sendirian, ya. Zara.
Sementara itu di ruang kerja Hanan..
Hanan yang baru saja selesai mandi dan masih mengenakan handuk jubahnya terlihat sangat sibuk mengerjakan dokumen dan berkas yang tertumpuk di atas meja, ia terlihat sangat serius membaca dan menandatangani dokumen yang ada.
Di tengah keheningan yang ada, datang seseorang mengetuk pintu ruang kerjanya.
“Masuklah!”
Zara masuk ke ruang kerja tersebut sembari membawa nampan berisi masakan yang ia buat.
“Tuan, maaf jika aku mengganggu waktumu, aku kemari untuk membawakan sarapan pagi, kata paman Arfan, Tuan belum makan apa-apa.”
Mendengar perkataan Zara, Hanan menatap nampan yang dibawanya. “Letakkan saja sarapan itu di meja, aku akan memakannya nanti.”
Zara mengangguk tanda mengerti, ia melangkah maju beberapa langkah dan berhenti di meja yang ditunjuk Hanan, ia meletakkan sarapannya di sana
“Baiklah tuan, karena aku tidak memiliki keperluan lain, aku permisi sekarang,” ucap Zara.
Hanan mengangguk pelan, dan Zara keluar setelahnya, ketika Zara kembali ke dapur untuk menyelesaikan pekerjaannya, ia dikejutkan dengan kedatangan seseorang.
Ia seorang wanita, wanita cantik dengan kulit putih dan mulus, bibir yang memesona dan hidung mancung juga dengan rambut panjang sebahu, tubuh sintal dan dengan pakaian minimnya.
“Ada di mana Hanan?” tanya wanita itu pada Zara dengan nada suara yang lembut.
“Maaf, tapi ada keperluan apa Nona ingin menemui Tuan?”
Wanita tersebut tertawa,“Kau sepertinya tidak tahu tentangku, apa kau baru di sini?"
Zara mengangguk. Ia terkesima akan sikap dan nada lembut wanita itu, benar-benar definisi wanita sempurna.
“Apa Anda ingin aku memanggil tuan Taran?"
Belum sempat menjawab, Taran tiba-tiba datang. Saat melihat wanita tersebut, Hanan terdiam di anak tangga.
"Soraya," nama yang keluar dari mulut Hanan, membuat wajah wanita dihadapan Zara berubah senang.
Ia segera berjalan menghampiri Taran dan ingin memeluknya, namun tangan Taran yang menepis membuat Soraya mengurungkan niatnya.
Melihat sang suami dan wanita bernama Soraya itu hanya membuat Zara terdiam membisu.
"Hanan, aku sungguh minta maaf atas segalanya. Maafkan aku yang tiba-tiba pergi begitu saja."
Ekspresi wajah Hanan sama tak berubah, tak menunjukkan ekspresi senang ataupun marah.
"Sungguh Hanan, aku benar-benar minta maaf. Karna selama setahun ini telah meninggalkanmu tanpa kabar."
"Ya, aku memaafkanmu," balas Hanan singkat.
“Kalau begitu bisakah kita memulai segalanya kembali? Aku juga ingin menunjukkan sesuatu?"
Hanan tersenyum kecil dan menggeleng. "Sayangnya tidak. Sudah waktunya bagi kita fokus pada kehidupan masing-masing, Soraya."
"T,tapi kenapa? Bukankah kita sama-sama saling mencintai?”
"Itu hanya masa lalu, lupakanlah apa yang terjadi, sama seperti kau meninggalkanku tanpa kabar."
Soraya menatap tak percaya wajah Hanan. "A,aku benar-benar minta maaf Hanan."
“Kumohon Hanan berikan aku kesempatan” pintanya dengan wajah memelas.
“Soraya, aku sudah menikah sekarang. Jadi kuharap kau tidak membicarakan apapun tentang yang terjadi di masa lalu."
"Menikah! S, siapa? S,siapa yang menjadi istrimu?" tanya Soraya terbata.
Hanan menoleh ke samping, dan Soraya mengikuti ke mana arah pandangan pria dihadapannya itu.
Zara tersenyum getir, saat kedua orang itu menatap dirinya
Dapat Zara lihat ekspresi jijik dan tak menyangka dari Soraya. Akan tetapi Zara sama sekali tak mempermasalahkan hal tersebut.
"Jika urusanmu selesai, kau tahu ke mana harus melangkah," lanjut Hanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
🌸Momy Kece🌸
cumungut up thor!
wes tak boom like&rate bintang 5
so,ojolali mampir neng
"Apa itu Cinta"
salam kenal
2020-05-19
2
Eli
segii cuman thor
2020-04-28
2