Malam itu, saat sang Paman tengah membereskan urusan kantor untuk terakhir kalinya. Hanan datang bersama sekretarisnya menuju ruangan Murade.
Murade yang tahu bahwa Hanan pemilik baru perusahaan tersebut, segera menyambut dan mempersilahkannya untuk duduk.
Hanan duduk dengan menyilangkan kakinya, mata tajam pria itu menatap lekat sosok Murade.
"Senang bisa bertemu denganmu Tuan, dan bisakah saya tahu apa maksud dari tujuan anda kemari?" tanya paman kepadanya tanpa basa-basi.
"Seperti kesepakatan yang telah disetujui sebelumnya, saya kemari untuk menemui Anda," ucapnya tenang.
Murade mengangguk, menanti kata-kata yang selanjutnya akan keluar dari mulut Hanan.
Mata tajam Hanan melirik sekretaris yang berdiri di sampingnya.
Seolah mengerti sekretaris tersebut meletakkan koper yang ia bawa ke atas meja, dan membukanya.
Ternyata koper tersebut terisi penuh oleh uang. Awalnya Murade bingung mengapa Hanan menyodorkan uang tersebut padanya.
"Tuan Murade, kami kemari untuk menyerahkan mahar pernikahan keponakan Anda dan Tuan Hanan."
Pria tua itu seketika terkejut, tiba-tiba saja membahas pernikahan yang tidak pernah terpikirkan bahkan terlintas dalam otaknya.
"Pernikahan? Bagaimana Anda tahu tentang keponakan saya? Dan mengapa Anda ingin menikah dengannya?"
"Sebaiknya Anda tidak perlu bertanya, dan lakukan saja persiapannya," balas Hanan dengan tenang tanpa panik sedikitpun.
"Bagaimana bisa seperti itu Tuan? Anda tidak bisa seenaknya memutuskan, bahwa keponakan saya saja masih belum tahu tentang ini."
Hanan menatap tajam Murade dan bibirnya melengkung membentuk senyuman. "Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi Tuan Murade. Anda sudah menyetujuinya dan saya tidak ingin mendengar alasan."
Meskipun nada bicara Hanan tenang, Murade dapat merasakan sosoknya yang amat mendominasi.
Sekertaris memberikan amplop coklat di atas tumpukan uang kepada Murade. Pria itu segera membuka dan ternyata amplop tersebut berisi berkas yang kemarin ia tanda tangani.
Hal yang tidak Murade sadari bahwa berkas tersebut bukan hanya tentang perusahaan, tetapi juga tentang keponakannya.
Ada rasa penyesalan dalam diri sang Paman mengapa ia langsung menandatangani tanpa membaca isi berkas tersebut.
"Tuan Murade kesepakatan yang telah Anda setujui tidak bisa dibatalkan. Saya harap Anda mengerti maksud kami," ucap sekretaris.
"Jika Anda memaksa membatalkan kesepakatan ini, maka Anda harus membayar sesuai nominal yang tertulis di kertas," lanjut sekretaris.
Murade tak dapat membalas, nominal yang tertulis amat besar, bahkan jika ia harus menjual rumah miliknya itu tidak akan cukup, apalagi kini bisnisnya telah bangkrut.
"Satu hal lagi yang perlu Anda tahu Tuan. Saya hanya memberi waktu 14 hari untuk anda menyiapkan pernikahan ini."
"Apa! Bagaimana bisa secepat itu Tuan,
Tolong beri saya waktu."
Hanan tak membalas, pria itu malah beranjak dari tempat duduk. "Tidak ada lagi yang bisa saya sampaikan, saya permisi," ucapnya mengakhiri pembicaraan.
...🦋🦋🦋...
"Zara, Maaf Paman jadi menyusahkan mu."
"Paman tidak tahu jika isi berkasnya seperti itu."
Zara menghela nafas berat, "Tidak papa Paman, setidaknya perusahaan itu bisa tetap beroperasi bukan? dan paman juga tidak akan kehilangannya lagi," balas Zara mencoba menghibur sang Paman.
"Ya, Tuan Hanan memang memberikan kembali perusahaan pada paman, bahkan
akan membantu dalam biaya."
"Tapi itu sama saja seperti paman menjual mu Zara, apalah arti uang-uang itu dibandingkan dengan dirimu."
Bukannya sedih Zara malah tertawa, memang ia tidak ikhlas harus menikah dengan seorang pria yang bahkan tidak ia kenali. Tetapi ia tidak ingin Paman dan bibinya sedih karena dirinya.
"Murade, ayo kesini! Cepatlah ke bawah pekerjaan kita masih banyak!" teriak bibi Zara dari lantai bawah memanggil pamannya.
"Paman, Bibi memanggilmu, cepatlah paman datangi Bibi. sebelum ia berubah menjadi seekor singa, dan mengaum keras pada paman!" Goda Zara pada pamannya.
"Baiklah, paman harap, kau bisa hidup bahagia dengannya Zara, dan semoga Tuan Hanan memang pria baik dan tulus mencintai."
Zara mengangguk pelan dan di ikuti dengan sang paman yang pergi ke lantai bawah. Segera Zara mengunci pintu kamarnya, dan melangkahkan kakinya menuju sebuah cermin.
Dilihatnya lekat pantulan dirinya di cermin, menampakkan sebuah tubuh yang kusam dan dekil, rambut panjang bergelombang sepinggang, bibir kering dan mata yang sayu.
'Apa yang istimewa dariku, aku sangat jelek, tidak pantas rasanya aku menjadi seorang istri baginya, lantas mengapa ia memilihku.' Zara.
“Oh, kuharap semua bisa berjalan baik untukku!” keluh Zara
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
玫瑰
Tengok pada berlian, dari batu ..dibentuk, dipotong,digilap..baru ianya nampak indah dan mahal.
2022-06-17
0
Kenzi Kenzi
iya,...kucel,tpi klo didandani jadi cantik kan
2021-03-09
0
Bunga Syakila
menyimak aothor
2021-01-17
0