***
“Kek, nek, abi, umi, abang” absen Azril yang duduk di meja makan, mereka semua memang sedang sarapan pagi sebelum melakukan aktivitas masing-masing
Semua nama yang ia absen langsung menghadap ke arahnya
“Saya akan mengajak Rara untuk tinggal di luar lingkungan pesantren, untuk sementara waktu saya akan mengajaknya tinggal di kontrakan” ujar Azril, Rara hanya menatap Azril bingung dia bahkan belum membicarakan soal ini kepadanya
“Apa kamu yakin?” tanya abi memastikan
“Iya bi, aku mau nyari kontrakan yang dekat dengan restoran ku, biar ngurusnya lebih gampang, jarak dari pesantren ini ke restoran kan jauh bi” ujar Azril
“Tapi apa gak sebaiknya kalian tinggal di sini dulu paling gak sebulan” ujar umi khawatir, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya
“Gak mi, soalnya di sana aku sibuk juga, mungkin sekali-kali kita akan berkunjung ke sini” ujar Azril
“Ya udah kalau itu keputusanmu, kamu sebagai kepala keluarga berhak mengambil keputusan” timpal kakek Azril
“Ah kalian tuh masak gak paham sih, sebagai pengantin baru tentu saja mereka ingin menghabiskan waktu berduaan, mereka kan mau memberikan nenek cicit” ujar nenek Azril sembari tersenyum
“Oalah” ujar abi dan umi kompak
“Ya ampun Azril bilang donk dari tadi gak usah alasan sibuk dengan pekerjaan” goda abinya
"Iya pakek kode segala lagi" timpal uminya
“Kapan mau nyari kontrakannya?” tanya sang kakek
“Habis ini kek, mmm sebenarnya aku sudah mendapatkan rumah kontrakannya semalam” jawab Azril
“Habis ini? Apa gak bisa nanti saja sehabis mengantar abang kamu ke bandara?” tanya umi
“Loh bang kamu udah mau balik ke Mesir?” tanya Azril sembari menatap abangnya
“Iya sebenarnya aku belum liburan, kemarin aku mengambil cuti beberapa hari” ujar Ammar, dia belum menyelesaikan pendidikannya di Mesir dia kembali karena perjodohan yang berakhir dengan mengenaskan
“Yah mi aku sudah janji dengan pemilik kontrakannya habis ini akan bertemu” ujar Azril sedikit tidak enak
“Ya sudah gak pa pa, maaf ya umi gak bisa bantuin kalian pindahan” ujar umi tulus
“Gak pa pa kok mi, harusnya aku yang minta maaf karena gak bisa ikut mengantar bang Ammar ke bandara” ujar Azril dengan tulus juga
***
Semua barang-barang Azril dan Rara kini telah berpindah di tempat yang akan mereka tinggali
“Hah kita akan tinggal di sini?” tanya Rara kaget yang melihat kondisi rumah eh bukan tepatnya kamar, tentu saja dia yang biasa tinggal di rumah besar nan mewah kini harus tinggal di tempat yang sempit seperti ini, bahkan tinggal di rumah kakek Azril jauh lebih nyaman di bandingkan di sini
“Kenapa emang, harusnya kamu bersyukur masih punya tempat tinggal” ujar Azril sinis
“Tapi bukankah ini kos kosan bukan rumah kontrakan, kau bilang kita akan tinggal di kontrakan” ujar Rara, dia melihat ruangan itu dengan miris, bagaimana tidak, di sini tidak ada tempat tidur melainkan hanya kasur yang tergeletak di bawah, dapur yang hanya sekedarnya dan kamar mandi yang sempit
“Gak usah banyak protes, ini kunci kamar kamu” ujar Azril yang menyerahkan kunci kamar kos kosan
“Hah kamar aku? Terus kamu akan tidur dimana?" tanya Rara
“Di samping kamar kamu, saya menyewa dua kamar” ujar Azril yang hendak keluar dari kamar Rara
“Tunggu dulu, aku tidak berani tinggal di sini sendirian” ujar Rara
“Heh apa bedanya sama rumah kamu, bukankah kamu tidur di kamar yang berbeda dengan keluarga kamu” ujar Azril
“Ya tapi tetap saja rasanya berbeda” ujar Rara
“Kamu akan terbiasa” Azril langsung keluar dari kamar Rara
“Sabar ra sabar, tunggu saja sampai rasa bersalah ini hilang aku akan membalas mu” gerutu Rara sebal
Seminggu sudah mereka tinggal di kos kosan dengan kamar yang berbeda, Rara jarang sekali bertemu dengan Azril sungguh ironis, tiap kali Rara mengetuk kamar Azril selalu tidak ada jawaban, terkadang mereka hanya bertemu ketika sama-sama hendak keluar kamar, sakit tentu saja tidak, Rara tidak ambil pusing soal itu justru dia merasa bebas untung saja pria itu tidak lupa dalam memberikan uang kepadanya yah walaupun hanya untuk makan sehari-hari toh dia juga masih memiliki kartu dengan jumlah uang yang terbilang cukup banyak
Tok tok tok
Sore itu pintu kamar Rara di ketuk oleh seseorang, Rara yang baru selesai shalat ashar segera membuka pintu tersebut tanpa melepas mukenanya, tubuh Rara mematung ketika melihat siapa tamu yang berkunjung, untung saja dia tidak melepas mukenanya bisa gawat kalau mereka sampai tahu dia kembali ke jati dirinya yang semula
“Umi abi” ujar Rara
Bukan cuma Rara yang kaget melainkan abi dan uminya juga tampak kaget, Rara bingung kenapa mertuanya kaget padahal kan sekarang dia sedang mengenakan mukena alias menutup aurat
“Umi abi ayo masuk, aduh maaf ya tempatnya sempit duduk di kasur aja mau gak daripada di karpet” ujar Rara canggung, dia bingung bagaimana harus bersikap kepada kedua mertuanya belum lagi raut wajah umi dan abi yang terlihat tidak suka, andai saja kalau di hadapannya ini orang tua temannya sudah pasti dia akan langsung ceplas-ceplos tanpa sungkan
Namun umi sama abi hanya berdiri dan memandangi seluruh isi ruangan ntah apa yang mereka cari
“Emm anu umi sama abi duduk dulu capek lo kalau berdiri terus, sebentar ya Rara ambilin minum dulu” ujar Rara, umi dan abinnya tersadar dari lamunannya dan duduk di atas karpet berbulu dekat tempat tidur, karpet itu Rara beli sendiri dengan harga yang fantastis makanya terasa sangat lembut dan nyaman
Rara menghampiri mertuanya dengan membawa dua botol minuman dan sepiring donut yang tadi pagi ia beli sekotak, dilihatnya umi dan abi sedang berbisik-bisik ntah apa yang di bisikan oleh mereka, mungkinkah dirinya
“Rara duduk sini nak” Rara pun duduk di samping umi
“Kamu tinggal disini dengan Azril?” tanya umi lembut
“Iya” ujar Rara sembari menganggukkan kepala
“Kamu nyaman tinggal di sini?” tanya umi lagi
“Pertama-tama gak nyaman terlalu sempit, tapi sekarang biasa aja” ujar Rara jujur
“Apa Azril yang membawa kamu untuk tinggal disini?” kini giliran abi yang bertanya
“Iya” jawab Rara sekenanya
“Sekarang dia sedang kemana?” tanya abinya lagi
“Gak tahu bi, mungkin di kamarnya atau mungkin dia sekarang sedang kerja” ujar Rara
“Kamarnya? Maksud kamu sayang bukankah ini kamar kos kalian?” tanya umi yang sudah mulai curiga
“Ini kamar aku umi kamar dia di sebelah” ujar Rara dengan santai
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Alanna Th
o oow, pantasnya ustadz klakuannya spt itu? pdhl mrk sm" korban sseorg yg egois. tabahkn diri rara, Allahmu tdk trtidur 😞😣😵😥
2022-05-31
0
Mbah Edhok
polos ra ...
2022-03-26
0
NaNa
azril siap" kmu😁😁
2022-02-02
0