"Richard, look at this." ujar Ellio dengan nada yang antusias. Ia kini tengah melihat ke arah laptop dan membuka laman sosial media facebook miliknya.
"Apaan?" tanya Richard seraya mendekat.
"Kak Julia, inget nggak. Kakak kelas kita pas di SMA dulu, yang bendahara OSIS. Yang lo bilang bodynya paling perfect diantara cewek-cewek di angkatan dia.
Richard mendekatkan matanya yang sedikit minus ke layar.
"Oh iya, ini kak Julia ya. Makin cakep aja, anjir." ujarnya kemudian.
"Janda, bro." ujar Ellio kemudian.
"Hah, serius?. Dari mana lo tau dia janda?" tanya Richard seraya masih memperhatikan foto-foto Julia.
"Lo liat dong status terakhirnya."
"Menjadi single mommy, membuatku merasa tak perlu ada beban pikiran lain lagi. Selain anakku."
Richard membaca status terakhir dari wanita itu, yang ia unggah kemarin.
"Ih iya ya." Richard menatap Ellio.
"Nah, kita jodohin aja sama Daniel. Gimana?"
"Tapi mau nggak ya Daniel, kira-kira." ujar Richard.
"Ah, coba aja dulu, ini kan nanti kita kumpulin satu-satu. Kita cari lagi kakak-kakak kelas kita dulu, ntar kita jodohin sama Daniel."
"Hmm, ok deh."
"Oh ya, Daniel punya aplikasi dating gitu nggak sih?" tanya Ellio.
"Setahu gue nggak ada." ujar Richard.
"Lo bikinin aja, Chard. Nah pilih rentang usia cewek-cewek yang dewasa gitu." ujar Ellio lagi.
"Wah, cemerlang juga otak lo." ujar Richard.
"Yoi, gue gitu loh. Kalau nolong temen itu jangan setengah-setengah."
"Ok deh, gue download dulu." ujar Richard.
Richard pun mendownload beberapa aplikasi dating dan sengaja memasang foto Daniel di sana. Ia juga mengatur pencarian dengan rentang usia 35 tahun ke atas. Agar Daniel mendapatkan wanita yang usianya di atas.
Mereka beranggapan bahwa hanya perempuan dewasa lah yang mungkin bisa menaklukan hati Daniel.
***
"Ayo, hari ini lumayan bagus jalannya. Ayo lebih semangat lagi."
"Vita perhatikan bahunya."
"Clarissa kamu perfect, sayang."
"Angelica, senyumnya jangan terlalu sumringah. Agak misterius dikit."
"Zia, kepalanya agak ditegakkan lagi."
"Lea, kibaskan rambut kamu."
"Nina, dadanya agak di busungkan lagi."
Mami Sonia kembali memberi pelajaran kepada anak-anaknya. Masih seputar cara berjalan dan berlenggak-lenggok, agar mereka menjadi wanita yang menggoda secara keseluruhan. Baik dari cara berjalan maupun hal lainnya, yang akan diajarkan nanti.
"Ok cukup, semuanya tolong berkumpul kesini."
Mami Sonia menghentikan aktivitas. Setelah tiga jam mereka semua di gembleng, untuk mendapatkan cara berjalan yang bagus. Kini mereka semua berkumpul dihadapan mami Sonia.
"Kalian sudah bisa berjalan dengan cukup baik, tetapi harus terus latihan. Sekarang mami akan membagikan heels untuk kalian semua, mulai besok kalian akan latihan berjalan dengan menggunakan heels."
Tak lama kemudian orang yang bekerja pada mami Sonia masuk ke ruangan itu, dan membawa banyak kotak berisi high heels. Ia lalu membagikannya berdasarkan nama yang tertera di kotak tersebut. Karena semuanya sudah di atur berdasarkan ukuran kaki masing-masing.
Lea, Vita, dan Nina tampak antusias. Apalagi Lea belum pernah memiliki heels sebelumnya. Maka ketika mendapatkan sepatu tersebut, ia tampak sangat bahagia. Apalagi modelnya yang begitu cantik.
"Nah, ladies. Mulai besok latihan menggunakan ini ya. Sekarang kalian kembali ke tempat masing-masing dan tunggu sampai jam makan cemilan. Jangan lupa tetap berolahraga di jam yang telah ditentukan, mengerti?"
"Mengerti, mami."
Para gadis itu pun membubarkan diri dengan tertib.
***
Esok harinya.
"Braaak."
"Ah, yes. Lebih dalam honey, hmmh."
"Ah Grace, ah, ah. Baby, hmmh."
Daniel terpaku di pintu ruang kerja ayahnya, Edmund Roberts pagi itu. Pasalnya ia dan beberapa delegasi perusahaan lain akan mengadakan rapat, guna membicarakan kerjasama lebih lanjut dengan perusahaan ayahnya itu.
Namun sejak tadi mereka berkumpul, ayahnya itu belum juga menongolkan diri diruang rapat. Sedang orang-orang sibuk didalamnya, tak ingin membuang waktu mereka lebih banyak.
Maka Daniel pun mencari sang ayah, lalu terlihatlah sebuah pemandangan memuakkan ini. Grace bertumpu pada meja dengan tangan, menyodorkan bagian belakangnya pada Edmund. Sementara Edmund mengeluarkan serta memasukkan miliknya dengan penuh kesenangan.
Mereka tidak melihat ke arah Daniel, sepertinya mungkin tadi mereka mendengar suara pintu di buka. Namun mereka lanjut saja, karena sudah terlanjur enak.
Daniel pun terbakar emosi. Ia melihat bagaimana ayahnya itu menikmati Grace, sambil mengusap-usap perutnya yang membuncit. Sesekali tangan sang ayah berada pada dua buah benda besar yang ada di atas perut Grace. Sambil meracau, Edmund meremas apapun yang ia inginkan.
Darah Daniel seakan naik ke ubun-ubun, penuh sesak dadanya kini terasa. Seakan udara sekitar menipis tiba-tiba.
"Braaak."
Ia kembali menutup pintu dan kini menuju ke ruang rapat. Daniel masuk ketempat itu dengan wajah penuh kemarahan, namun ia mencoba untuk tidak terlalu mengumbarnya di depan para perwakilan perusahaan itu.
"Dan, where is your father?"
Salah seorang bertanya kepadanya, Daniel yang masih terpikir akan hal tadi pun hanya diam. Tak lama setelah itu, Edmund tiba. Ia menyapa dan mengucapkan permintaan maaf, lelaki tua itu beralasan ada urusan penting yang harus ia kerjakan terlebih dahulu.
"Ya, urusan bawah perut." cibir Daniel dalam hati. Kini ia terbayang pada wajah Grace, dan kian lama semua itu kian mengganggu.
Saat Edmund mulai membuka dan memimpin rapat, Daniel menjadi semakin tidak tahan. Ia yang sudah muak sejak tadi itu pun pamit ke toilet. Namun bukan itu tempat yang ia tuju, Ia kembali keruangan Edmund dan sengaja mencari Grace. Kebetulan Grace masih ada di sana, wanita itu sedang merapikan pakaian dan juga rambutnya.
"Dan?"
Grace berujar ketika menyadari kehadiran Daniel. Tanpa banyak bicara Daniel pun segera mendekat.
"Kenapa kamu jadi makin murahan sejak sama dia."
Penuh kemarahan yang tertahan, Daniel berujar. Ia mengecilkan volume suaranya, diantara emosi yang meledak-ledak. Ia tak ingin ada yang mendengar pembicaraan tersebut.
"Apa maksud kamu?" ujar Grace dengan nada yang terdengar marah.
"Grace, ini kantor dan kamu nurut aja di gituin sama laki-laki tua itu disini. Dimana harga diri kamu, sedang pintu nggak dikunci."
"Dia suamiku dan aku kerja disini, jadi nggak masalah kalau pun kami mau bercinta di ruangan ini."
Grace menatap Daniel dalam-dalam.
"Kamu lupa, dulu kita sering melakukannya di ruang kerja kamu?. Hmm?"
Daniel terdiam, emosi telah membuatnya lupa pada kenangan tersebut. Padahal sejatinya dulu, ia sering mengajak Grace bercinta di kantornya.
"Dan, jangan pernah menganggu hubunganku dengan suamiku lagi. Kita sudah berakhir dan sekarang aku sedang mengandung benih ayahmu. Mau kami bercinta di manapun, itu hak kami."
Grace bergerak ke arah pintu, namun Daniel mendahuluinya. Kali ini pria tampan itu tak lagi kembali ke ruang rapat. Dengan langkah yang penuh kekesalan sekaligus emosi yang memuncak, ia menuju ke halaman parkir. Tempat dimana kini mobilnya berada. Pria berusia 35 tahun itu lalu masuk ke dalam mobil dan memukul stir kemudi dengan keras.
"Brengsek..." ujarnya kemudian.
Tak lama setelahnya, Daniel pun tancap gas meninggalkan tempat itu. Ia menyusuri jalan demi jalan dengan kecepatan tinggi, tanpa tau arah mana yang hendak ia tuju.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 577 Episodes
Comments
KasniWati
menurut Ku bukan Grace yg murahan disini Tapi Si Daniel Yg murahan,, Udah lah Daniel Move On,,kayak Dunia selebar daun kelor Aja,, Tdk Ada wanita lain,,Kan si Lea ada tuch si calon Sugar Baby,,udah cantik,imut,daun muda Masih Segelan lagi,,dasa Emang Daniel Nya Aja yg nggak mikir mau2nya aja di permaluin di depan mantan sama bokap sendiri lagi,,Udah kalau emang Mantan di buang pada tempat Nya Aja,, jangan di kenang apa lagi sampai malu2in,masih berharap lagi Gila Emang si Daniel,, Geregetan Aku,,😤
2022-09-22
0
Ira Wati
wadidau 🙈
2022-08-22
0
Pia Palinrungi
daniel move on dunkkk...udh sm author aja😀😀😀😀
2022-07-29
0