"Gue udah daftarin lo di SB Agency."
Dian memberitahu Lea, jika ia telah mendaftarkan gadis itu ke SB Agency. Sebuah agency yang berkedok sebagai agency model dan sekolah kepribadian.
Seperti telah diketahui sebelumnya, jika tempat itu adalah tempat mencetak para sugar baby. Dian sendiri sempat cerita pada Lea beberapa waktu yang lalu.
"Di sana nanti ngapain, kak?" tanya Lea pada Dian. Saat ini mereka tengah makan malam.
"Ya pelajarannya sama kayak sekolah kepribadian. Lo diajarin tentang beauty, brain, behavior. Meliputi table manner, cara berjalan, tersenyum, berbicara. Sampai bagaimana menjadi sexy, tanpa harus terlihat murahan."
"Emang ada hal semacam itu?" tanya Lea heran.
"Ada dong, lo mau sexy itu harus punya taste. Kalau lo nggak punya taste, lo bakalan mirip cabe-cabean yang suka bonceng tiga sambil teriak-teriak."
"Uhuk." Lea tersedak karena menahan tawa.
"Tapi bayar nggak sih, kak. Masuk sana?"
"Cuma biaya pendaftaran doang 450rb. Dulu sih jaman gue gratis total, tapi sekarang kayak ada biaya perawatan gedung gitu loh. Tapi gue udah bayar, tenang aja." ujar Dian kemudian.
"Makasih ya kak, nanti gue ganti. Kalau udah dapat uang." ujar Lea.
Dian hanya tertawa.
"Nggak usah, cuma 450ribu ini. Pokoknya lo, selama masa pembelajaran di SB Agency. Lo bener-bener aja, jangan sampe nggak lulus."
"Kalau nggak lulus?"
"Kalau nggak lulus, lo bakalan ngulang lagi di kelas berikutnya. Dan lo bakalan lama lagi ketemu sama si sugar daddy nya."
"Oh gitu?"
"Iya, cuma yang dinyatakan lulus dan memenuhi kriteria, yang bisa langsung dikenalkan kepada para sugar daddy."
"Jadi kayak semacam kompetisi gitu?" tanya Lea.
"Ya, karena hidup itu penuh kompetisi. Dimana-mana semua orang bersaing untuk jadi yang terbaik. Lo harus bener-bener ikutin semua instruksi dari coach nya. Karena ini ajang mencari pria berumur, sukses dan terhormat. Bukan om-om abal-abal dengan tampang menjijikkan, yang perutnya buncit dan bau nafas."
"Emang sugar daddy nya kak Dian, cakep?"
"Hmm, bukan lagi. Nanti kapan-kapan gue kenalin." ujar Dian kemudian.
Lea tersenyum lalu melanjutkan makan.
***
Hari itu, bertepatan dengan hari Sabtu. Kebetulan sekolah libur, Lea diantar Dian menuju ke gedung SB Agency.
"Gue nganter sampe sini, Le. Karena peserta baru nggak boleh ditungguin. Tenang aja, mereka semua baik." ujar Dian kemudian.
"Kalau gue di apa-apain gimana, kak?" tanya Lea khawatir. Ia takut jika agency ini adalah tempat menjual gadis dibawah umur, untuk kemudian melayani nafsu banyak pria hidung belang. Atau mungkin perdagangan organ manusia.
"Tenang aja, gue jamin lo nggak bakal kenapa-kenapa." ujar Dian lagi.
Lea pun melangkah masuk kedalam gerbang, sambil membawa name tag kartu peserta yang telah diserahkan Dian sejak mereka masih di apartemen tadi. Tak lama mobil Dian pun menjauh.
"Buuuk." Seseorang menabrak bahu Lea dari belakang, gadis itu pun nyaris terjatuh.
"E, sorry, sorry." ujar si penabrak itu padanya. Ternyata seorang gadis yang datang bersama temannya.
"Hai, gue Vita." ujar gadis penabrak itu padanya. Lea tertegun, seumur hidup belum ada yang begitu ramah padanya kecuali Dian.
"Lea." ujar Lea kemudian.
"Ini, temen gue." Vita menunjuk gadis yang berdiri di dekatnya.
"Nina." ujar gadis itu.
"Lea."
"Kamu peserta juga?" tanya Vita. Lea mengangguk, Vita dan Nina pun tersenyum.
"Yuk bareng." ujar nya kemudian. Mereka bertiga pun akhirnya melangkah mendekati pintu lobi.
Lea sedikit lega, karena akhirnya ia tak sendirian. Paling tidak jika terjadi apa-apa pada agency ini, mereka bisa melawannya secara bersama-sama.
Ketika pintu lobi otomatis itu terbuka, Lea, Vita dan Nina dihadapkan pada sebuah pemandangan mengejutkan. Pasalnya didalam sudah ada banyak gadis yang mungkin seusia mereka dan mereka semua cantik-cantik.
"Yah, banyak nih saingan kita." ujar Vita kemudian.
"Insecure gue, Vit." celetuk Nina.
Sementara Lea diam saja, ia hanya menatap ke arah sekitar dengan seksama. Benar, apa yang dikatakan oleh Vita dan Nina. Mereka semua ada banyak, dan cukup membuat insecure. Karena mereka umumnya cantik-cantik dan memiliki tinggi di atas tinggi tubuh Lea, Vita dan juga Nina.
"Hallo semuanya."
Seorang gadis cantik tinggi semampai muncul ke hadapan mereka. Para peserta baru pun langsung berkumpul menjadi satu kesatuan. Mereka berdiri dan menghadap ke arah gadis itu. Lea sendiri heran dan tak tahu, siapa sejatinya gadis itu.
"Itu kak Vania." bisik Vita.
"Dia kabarnya sekarang, menikah sama cowok tajir melintir. Tinggal di apartemen mewah seharga 10 milyar."
Lea memperhatikan Vania lalu melihat ke arah Vita yang masih berbicara.
"Dia, tadinya peserta juga. Sama kayak kita." lanjutnya lagi.
"Cantik banget." ujar Nina seraya memperhatikan Vania.
"Iya, tinggi juga lagi." ujar Lea.
"Dia pernah ikut ajang putri-putrian. Tapi nggak menang." ujar Vita lagi.
"Tapi nggak apa-apa sih, nggak menang. Kalau sekarang tajir." timpal Nina.
"Selamat pagi." ujar Vania kepada mereka sekali lagi.
"Pagi Kak." jawab mereka semua secara serentak.
"Ayo ikut saya...!" ujarnya kemudian.
Vania melangkah, para peserta calon sugar baby itu pun mengikuti langkahnya.
"Kita mau kemana?" tanya Lea seraya menarik lengan Vita. Gadis itu merasa curiga dan takut, jika mereka akan masuk dalam komplotan perdagangan organ manusia. Seperti yang ia sering dengar di berita-berita.
"Ya kita ngikutin kak Vania." ujar Vita.
"Jangan didepan, dibelakang aja." ujar Lea.
"Siapa tau ini agency jebakan, buat menjual organ tubuh manusia." ujarnya lagi.
Vita tertawa.
"Nggak koq, temen gue ada yang udah lulus jadi sugar baby dan ginjalnya utuh." ujar Vita. Nina tertawa.
"Sama sih, temen gue juga ada." ujar Lea.
"Tapi gue nggak tau, ginjalnya masih utuh apa nggak." selorohnya lagi.
Ia, Vita dan Nina pun tertawa. Vania mengarahkan mereka pada sebuah aula, yang ada didalam gedung tersebut.
"Nah, didalam nanti kalian akan bertemu dengan mami Sonia dan mami Bianca. Sesuai nama agency ini, SB yang artinya Sonia Bianca. Jadi bersikaplah dengan sopan dan jangan lupa senyuman. Ok, semuanya?"
"Baik, Kak." jawab mereka semua serentak.
Pintu aula itupun di buka, mereka semua masuk dan membentuk barisan rapi di sana. Sesuai instruksi yang diberikan oleh Vania. Tak lama kemudian, dua orang masuk ke ruangan tersebut. Satunya perempuan, satunya lagi bimbang.
"Haaaai." Si perempuan bimbang berujar, dengan jari yang lentik melambai pada semua hadirin.
"Hai." jawab mereka semua sambil tersenyum.
"Perkenalkan eke mami Soni. Tapi sekarang sudah ditambahkan huruf "A" menjadi, Sonia. U, cucok meong kan say." ujarnya kemudian.
"Ini mami Bianca, dia ini perempuan tulen sama seperti kalian. Tidak seperti eke yang hybrid ya nek."
Para peserta termasuk Lea dan kedua temannya pun tertawa.
"Selamat datang di SB Agency."
Mami Bianca berujar pada mereka semua. Ia sejatinya bukanlah wanita tua, melainkan masih cukup muda. Mungkin kira-kira tak jauh dari Vania. Namun entah mengapa ia dijuluki mami disini, mungkin karena ia adalah pemilik atau hanya sekedar mempermudah panggilan saja.
"Saya yakin kalian semua datang kesini dengan kemantapan hati, yang dilatarbelakangi dengan berbagai alasan. Tapi yang jelas, begitu kalian sudah menginjakkan kaki di tempat ini. Maka ikuti peraturan dan pelajari apa yang akan kami berikan pada kalian. Ingat tujuan kalian, untuk menjadi bebas dalam finansial dengan menjadi pendamping pria-pria super kaya. Jadi ketika ditengah jalan, kalian merasa ingin mundur. Maka ingatlah kembali tujuan kalian. Perjalanan ini akan cukup berat, kalian akan digembleng secara ketat. Agar bisa layak mendampingi pria-pria tersebut."
Lea dan yang lainnya terdiam, namun tak ada lagi keraguan apapun di dirinya. Meski sempat curiga di awal tadi, namun melihat cara Sonia dan Bianca berbicara. Ia yakin jika dua orang tersebut adalah orang baik.
Yang ada di benak Lea kini, hanyalah bagaimana caranya mendapatkan kekayaan dengan cara yang instan. Ia telah muak dengan semua keadaan hidupnya selama ini.
Muak terhadap ayah tirinya yang pelit, muak terhadap ibunya yang tak bisa tegas pada sikap ayah tirinya. Muak terhadap Sharon dan teman-temannya yang selalu membully. Dan yang terakhir, ia muak memakai barang murah. Sebab itulah yang membuatnya terhina dan terlempar dari rumah serta hidup Rangga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 577 Episodes
Comments
Siti Aisyah
aku baru tau ...jd sugar baby pun ada sekolah nya
2022-08-22
0
Ira Wati
huuuuf 😥
2022-08-22
0
Ameyas Rayman
salam kenal thor... aku baru baca tapi ceritanya cukup menarik... dan jadi penasaran untuk terus lanjut baca nya......
2022-07-18
1