"Lea, by the way aku belum pernah loh makan seblak." ujar Rangga pada Lea di suatu siang.
"Serius?" tanya Lea tak percaya. Rangga mengangguk.
"Serius." jawab pemuda tampan itu kemudian.
"Kamu mau?" tanya Lea lagi
"Mau." Rangga menatap Lea dengan tatapan yang penuh harap.
"Ya udah, ntar pulang sekolah ya." ujar Lea.
Rangga mengangguk. Sesaat setelah pulang sekolah, Lea mengajak Rangga untuk makan seblak di sebuah warung langganannya. Mereka pergi dengan menaiki motor Rangga, karena warung seblak itu ada didekat sekolah Leo.
"Yang pedes biasa aja dulu ya." ujar Lea pada Rangga, ketika mereka telah sampai dan duduk ditempat itu.
"Aku maunya yang pedes lumayan." ujar Rangga.
"Emang kamu kuat pedes?" tanya Lea pada kekasihnya itu.
"Kuat, dong." ujar Rangga dengan penuh percaya diri.
"Kamu kan makanannya masakan eropa mulu, masakan Eropa mana ada yang pedes. Takutnya lidah kamu belum terbiasa."
"Pokoknya aku tahan pedes." ujar Rangga sekali lagi.
"Ya udah deh, bu. Dua seblak komplit, pedes." ujar Lea pada si penjual seblak.
"Makan sini, neng?" tanya si penjual itu pada Lea.
"Iya, bu." jawab gadis itu.
Sambil menunggu, mereka pun berbincang. Tak lama setelahnya, seblak pedas yang mereka pesan itu pun tiba.
"Oh jadi seblak itu campuran segala-gala." ujar Rangga memperhatikan mangkuknya.
"Iya." ujar Lea.
Rangga bersiap makan, namun Lea masih memperhatikan pemuda itu. Ia takut jika Rangga hanya berpura-pura kuat saja memakan makanan pedas. Hanya sekedar untuk mencari perhatian pada dirinya.
Namun Rangga santai saja pada suapan pertamanya, ia makan dengan ekspresi kepedasan yang biasa dan tidak terlalu berlebihan. Lea pun merasa lega dan lanjut fokus pada seblak yang ada di dalam mangkuknya.
***
Jauh sebelum itu, pada dini hari menjelang pagi. Disaat udara dingin tengah berhembus menusuk tulang.
"Dan, aku sayang kamu."
"Iya, aku juga Grace. Aku sayang kamu."
"Kapan kamu akan menikahi aku?"
"Dan, aku mau kita punya anak."
"Tapi Grace, aku belum menginginkan hal itu.
"Dan, kita ini sudah tua."
"Pokoknya nggak."
"Dan, Daaaan."
"Grace..."
Daniel terbangun dari mimpinya yang cukup panjang dan penuh kegelisahan. Keringat dingin mengucur deras dari sekujur tubuh pria itu. Baru saja Grace mengusik tidurnya dalam beberapa adegan. Adegan yang pernah mereka lalui semasa berpacaran, sampai kepada saat pertengkaran hebat itu terjadi.
"Hhhh."
Daniel menghela nafas, lalu membenamkan kepala pada kedua tangannya. Dadanya kini penuh sesak, ia benar-benar bisa gila karena terus-menerus mengingat Grace.
Ia melirik jam dinding yang baru menunjukkan pukul 03:58 pagi. Ia pun segera beranjak, mencuci muka, dan menggosok gigi di wastafel kamar mandi. Tak lama setelah itu, ia beralih ke dapur dan membuat segelas kopi.
Biasanya dulu ketika ia terbangun akibat mimpi atau apapun, Grace selalu ada disebelahnya. Atau jika Grace sedang tidak menginap, ia bisa menelpon wanita itu. Untuk sekedar mengadu dan berkeluh kesah
Biasanya ketika menginap, Grace akan langsung terbangun dan bergegas mengambilkan air minum. Apabila Daniel mengalami mimpi buruk. Grace akan memeluk dan menenangkannya barang sejenak.
Tapi kini, justru Grace lah yang menjadi mimpi buruk baginya. Dan Daniel harus berjuang keras untuk menenangkan dirinya sendiri, apabila bayangan Grace hadir mengusik.
***
Kembali kepada Lea dan Rangga.
Gadis dengan dada serta bibir yang penuh itu terlihat kepedasan, begitupula dengan kekasihnya Rangga. Namun keduanya tampak sangat menikmati makanan yang kini ada dihadapan mereka.
"Hah, pedes banget." ujar Rangga seraya tertawa-tawa.
"Tadi awal-awal biasa aja." lanjutnya lagi.
Lea menyedot es teh manis yang ada dihadapannya beberapa kali. Ia tertawa melihat Rangga, meski lidahnya sendiri serasa terbakar.
"Apa aku bilang, makanya tadi pesan dulu yang pedes biasa aja, aturan." ujar Lea masih lanjut makan.
"Tapi seblaknya enak banget." ujar Rangga seraya terus menghirup kuahnya.
"Micin parah." lanjutnya lagi.
"Huuh, haah. Ssshh." Mereka berdua lanjut makan.
Setelah makanan tersebut habis, Lea membelikan untuk Leo dan juga kedua adiknya yang lain. Yakni Ryan dan Ryana.
"Satunya jangan pedes sama sekali ya, bu." ujar Lea.
"Iya, neng."
Rangga pun membayar.
"Sekalian sama yang dua ini, bu." ujar Rangga.
"Jangan, Rangga. Ini buat adek-adek aku, biar aku aja yang bayar."
"Udah, nggak apa-apa."
"Tapi, Ngga."
"Lea, kamu tuh kayak sama siapa aja deh."
Lea menghela nafas dan mencoba tersenyum.
"Makasih, ya." ujarnya kemudian.
Rangga pun mengangguk. Setelah seblak take away tersebut selesai dibuat, Rangga dan Lea bergerak ke arah motor. Mereka kemudian berjalan melintasi jalan demi jalan, dengan kecepatan sedang.
"Kita kayak Dilan sama Milea ya." ujar Rangga, membuat Lea seketika tersedak. Rasa pedas seblak tadi kini naik ke telinganya..
"Halu kamu." ujar Lea pada Rangga.
"Kita mah Dahlan sama Mileak." ujar Lea kemudian. Rangga pun tertawa.
"Tapi aku sama kayak Dilan koq."
"Sama apanya?"
"Punya cita-cita, pengen menikah sama kamu."
Lea tersenyum lalu memeluk Rangga dengan erat.
"Emangnya kamu mau nikah sama aku?" tanya gadis itu kemudian.
"Mau dong, kenapa nggak."
"Tiiiiin."
Sebuah klakson mengejutkan terdengar, motor yang dikemudikan Rangga menyambar sebuah mobil Ferarri warna hitam yang tengah melaju cukup kencang.
Mereka berdua oleng dan nyaris saja terjatuh, beruntung Rangga bisa menyanggah motor tersebut dengan tangan dan kaki nya.
"Woi."
Lea berteriak pada si pemilik mobil. Pemilik mobil itupun menghentikan laju kendaraanya dan keluar.
"Apa?" ujar si pemilik mobil dengan nada angkuh.
"Elo?"
Lea dan pengemudi itu sama-sama terkejut.
"Lo bocil yang nampar gue kemaren kan?"
Pengemudi yang tiada lain adalah Daniel itu mengenali Lea.
"Oh, om-om mobil murah yang sombong."
Lea dan pria itu saling mendekat satu sama lain, sementara Rangga kini menjadi bingung.
"Minta maaf nggak, udah nyenggol motor pacar saya tadi." ujar Lea dengan nada menantang.
"Oh jadi ini pacar, kamu?" tanya pria itu seraya melirik ke arah Rangga. Tatapan matanya masih saja congkak.
"Iya, ayo minta maaf...!"
"Ngapain saya minta maaf, orang kalian yang menghalangi jalan saya."
"Heh, om. Om pikir itu jalan bapak moyang om?" Lea berujar dengan nada setengah berteriak.
"Iya, emang kenapa?. Lagian saya nggak mau mobil saya kesenggol motor murahan itu."
"Sok banget lo, om. Tempo hari aja lo pake mobil murah, pasti ini mobil bos lo kan?"
"What?. Heh, ini mobil saya, ya."
"Muka om nggak pantes. Murahan kayak kelakuan om sendiri."
"Kurang ajar kamu, pasti ibu kamu perempuan nggak bener kan. Makanya kelakuan anaknya kayak kamu."
"Lah situ yang salah."
"Kamu dan pacar kamu yang salah."
"Braaak...!"
Lea melempar seblak panasnya hingga pecah ke mobil milik Daniel.
Seketika Daniel pun menjadi syok, begitu pula dengan Rangga.
"Ayo, Ngga. Buruan...!"
Lea dan Rangga bergegas menaiki motor dan tancap gas.
Woi, mobil gueee." Daniel berteriak di belakang.
"Mampus." ujar Lea penuh dendam, sementara Rangga kini gemetaran.
"Lea, kamu berani banget. Itu mobil mahal loh." ujarnya kemudian.
"Bodo amat, kalau kelakuan pemiliknya murahan. Timpuk aja pake seblak yang murah, biar sama."
"Terus itu gimana seblaknya?" tanya Rangga.
"Ya udalah, ntar kita mampir di minimarket aja. Biar aku beliin adek-adek aku cemilan."
Ya udah nanti aku yang bayar." ujar Rangga lagi.
Pemuda itu terus menekan gas motornya. Hingga kendaraan yang ia kemudikan tersebut, melaju dengan kencang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 577 Episodes
Comments
Siti Aisyah
rangga soak yaa melihat kelakuan lea yg bar.bar...??orang kayak lea hrs berani klo tdk mau selalu di remehin orang..
2022-08-22
0
Ira Wati
wow 🤣
2022-08-22
0
Pia Palinrungi
cocok banget dechh daniel sm lea thor...
2022-07-28
0