"Dad."
"Yes, baby."
Suara Richard dan sugar baby nya yang tengah beradegan panas, terdengar ditelinga Daniel dan juga Ellio. Daniel tadinya menelpon Richard dan sengaja mengaktifkan load speaker, agar Ellio pun bisa berbicara padanya.
Daniel ingin agar Richard menyambangi apartemennya, karena ia berencana mengajak sahabatnya itu untuk minum bersama. Namun ketika telponnya diangkat oleh Richard, malah hal ini yang ia dan Ellio dengar.
"Daddy, ah."
"Hoo yes, baby, yes."
Bunyi kecipak penyatuan itu, terdengar jelas ditelinga. Membuat Daniel dan Ellio mengelus dada seraya menggelengkan kepala.
"Daddy aku mau."
"Tunggu sayang."
Daniel melebarkan bibir, tanda kesal. Kini pria itu menyilangkan tangan di dada, sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi.
"Daad."
"Terima ini sayaaang, aaaakh."
Daniel mematikan telpon tersebut.
"Si Richard emang bangsat, nih." gerutunya kemudian.
Nafas Ellio terdengar memburu.
"Lo kenapa, bro?" tanya Daniel menatap Ellio dengan penuh kecurigaan.
"Gue harus ke lantai lima gedung ini, bro. Ke apartemennya Valerie."
"Ta, tapi."
"Ntar gue balik lagi, sumpah gue nggak tahan bro. Ini Valerie udah gue chat dan dia avalaible." ujarnya lagi.
"Lo gila ya berdua, penyakit lo baru tau rasa."
"Urusan penyakit ntar dulu deh, udah di ujung."
Ellio menutup pintu apartemen Daniel, tak lama ia membukanya lagi.
"Ntar gue kesini lagi, jangan dikunci."
Daniel melempar remote air conditioner ke arah sahabatnya itu. Ellio kembali menutup pintu dan berlalu.
***
"Gimana, bro?"
Richard pada akhirnya datang, setelah aktivitas penuh kenikmatannya selesai. Ellio pun kini telah kembali ke unit Daniel dengan wajah penuh sumringah.
"Apanya?" tanya Daniel kemudian.
"Kepengen nggak lo?" tanya Richard lagi.
"Tadi gue sama Valerie, beh. Kayak iklan pipa paralon." seloroh Ellio.
"Apaan?" tanya Daniel pada temannya yang satu itu.
"Dimana air menyembur sangat deras."
"Yang bener itu, dimana air mengalir sampai jauh, Bambang." Daniel sewot.
Sementara Richard dan Ellio tertawa-tawa.
"Tadi abis yang lo nelpon, kan terjadi lagi. Sugar baby gue minta lagi." ujar Richard.
"Terus?" tanya Ellio.
"Ya gue sembur lagi lah sampe kembung."
"Hahaha, anjrit lo." Ellio kian tertawa.
"Hhhh." Daniel menghela nafas.
"Gue kayaknya harus ganti circle pertemanan deh." ujarnya kemudian.
Lagi dan lagi Richard serta Ellio terbahak. Mereka sangat menyukai ketika Daniel menjadi sewot, akibat ulah mereka.
"Makanya, bro. Udah lepasin aja hasrat lo sama yang lain. Ngapain lo masih aja ngarepin Grace." ujar Richard seraya menyelipkan sebatang rokok di bibirnya. Tak lama ia pun menyalakan rokok tersebut.
"Tau, emang lo nggak sakit kepala. Nggak begituan udah lama banget." timpal Ellio.
Lagi-lagi Daniel menghela nafas dan mereguk kopinya. Mereka tidak jadi minum alkohol, melainkan kopi. Karena kebetulan di luar pun sedang hujan.
"Apa lo udah nggak bisa..." Ellio mencuatkan jari telunjuknya.
"Bisa, tapi tuh mendadak ilang dan lemes kalau gue inget Grace."
"Wah, jangan-jangan lo di dukunin nih sama Grace." Richard berspekulasi.
"Sejak kapan lo percaya dunia perdukunan?" tanya Daniel heran.
"Ya kita tinggal di negara mana dulu, bro. Kalau saat ini kita tinggal di Eropa sana, berhubungan sama cewek Eropa asli. Mungkin kita bisa aja nggak percaya sama dukun. Lah kita tinggal di Asia, si Grace juga blasteran. Ibunya si Grace itu, berasal dari wilayah yang masih kental dunia perdukunannya."
"Iya, bro. Siapa tau ini guna-guna mantan. Grace bisa jadi sakit hati, karena dulu dia pernah minta anak berkali-kali sama lo. Tapi nggak Lo kasih." timpal Ellio.
"Hmm, bener banget. Bisa aja lo di dukunin sama Grace, biar lo nggak bisa sama orang lain."
"Ngaco lo berdua." ujar Daniel kemudian, namun ia tak menampik jika hal tersebut kini menganggu pikirannya.
Betapa tidak, telah belasan perempuan ia coba dekati pasca berakhirnya hubungan antara ia dan Grace. Namun setiap kali mencoba untuk itu, Daniel selalu saja gagal dan ingat pada Grace lagi.
***
"Maaf saya terlambat."
Seseorang berujar di pintu masuk aula SB Agency. Tempat dimana kini Lea dan yang lainnya sedang berkumpul. Semua peserta menoleh. Tampak seorang gadis yang cukup cantik berdiri di sana. Lea sendiri sempat tertegun, sepertinya mereka seumuran.
"Clarissa, ayo masuk." ujar mami Bianca seakan telah mengenal gadis itu. Clarissa tersenyum lalu bergabung diantara para rombongan.
"Lea memperhatikan gadis itu dari bawah ke atas."
"Selebgram." bisik Vita ditelinganya.
"Ngapain dia ikut beginian, bukannya selebgram duitnya banyak?" bisik Lea.
"Mungkin dia pengen dapat laki tajir. Secara selebgram, mana mau dapat cowok miss queen." timpal Nina.
"Kan bisa cari selebgram juga, yang cowok. Atau youtuber gitu."
"Selebgram dan YouTuber itu tergantung viewers dan nggak semuanya bisa bertahan lama. Saingan banyak, mending nyari cowok yang punya perusahaan." ujar Vita.
"Iya, kecuali YouTubernya om deddy. Itu mah duitnya banyak." seloroh Nina. Mereka bertiga pun cekikikan.
Usai menerima sambutan dari mami Bianca, mereka dibagi ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan usia. Kelompok pertama yang rentang usianya 25 sampai 30 tahun. Kelompok kedua, 20 sampai 25 tahun, sedang kelompok ketiga, usia 16 hingga 19 tahun.
Lea, Vita dan Nina sendiri masuk ke dalam kelompok ketiga. Termasuk Clarissa dan yang lainnya. Clarissa sendiri sudah berusia 19 tahun. Sedang Nina dan Vita 17 tahun. Hanya Lea yang masih berusia 16 tahun.
Mereka lalu dibawa ke asrama masing-masing kelompok. Lea, Nina dan Vita mendapat kamar yang berderet. Nomor 7,8 dan 9. Saat dibuka, ternyata kamar tersebut memiliki tempat tidur ukuran nomor 2 dan tampaknya cukup mahal.
Karena ketika Lea menghempaskan diri di sana, rasanya sangat empuk dan tidak ada per sama sekali. Berbeda dengan kasurnya dirumah yang per nya bahkan ada di seluruh bagian. Hingga ketika bangun tidur, tulang rasanya sakit semua.
***
Sementara di rumah Rangga. Pemuda itu hanya berdiam diri dikamar, ia bahkan tak banyak berinteraksi ataupun makan di meja makan bersama kedua orang tuanya. Pasca kejadian yang menimpa Lea tempo hari.
Ia benar-benar masih terpikir akan gadis itu. Saat ini Rangga sendiri tengah dihukum tak boleh memegang handphone dan kemana-mana harus di awasi. Ia juga dilarang membawa motor sendiri.
Ibunya sangat marah sekali, ketika mengetahui Rangga sering makan sembarangan. Saat pemuda itu tengah berjalan bersama Lea. Dari mana ibunya tau?. Siapa lagi kalau bukan ulah Sharon. Ternyata selama ini, Sharon hampir selalu menguntit kemanapun perginya Rangga dan juga Lea.
Ia selalu tahu kapan dan dimana dua sejoli itu tengah berada. Dan Sharon mengadukan semua kelakuan Rangga di luar kepada orang tuanya. Ia juga memfitnah Lea sengaja mendekati Rangga, demi uang dan harta yang keluarga Rangga miliki. Hingga Lea pun kian buruk di mata orang tua Rangga.
"Den Rangga, ini makanannya."
Salah satu pembantu Rangga mengetuk pintu kamar pemuda itu, dan memberitahu jika ia harus makan.
Rangga tak menjawab, ia hanya diam saja ditempat duduknya. Hingga sampai empat kali berganti pembantu yang mengetuk, ia tetap tidak membuka pintu tersebut. Tak lama kemudian,
"Dor, dor, dor."
"Rangga, buka."
Ibu Rangga tiba dan menggedor pintu kamar Rangga dengan keras.
"Kalau kamu nggak buka pintu dan nggak makan, mami akan buat Lea di keluarkan dari sekolah dan mami akan buat hidup dia sekeluarga menderita."
Dengan langkah gusar, Rangga pun melangkah lalu...
"Braaak." Ia membuka pintu.
Diraihnya nampan berisi nasi, minuman, dan buah tersebut lalu kembali menutupnya dengan gusar pula.
"Braaak."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 577 Episodes
Comments
putri
OMG 🤣
2022-10-04
0
Siti Aisyah
sebenernya jalan yg ditempuh lea sangat lah salah ujung.ujung nya menjual diri bahkan umur nya msh 16th..apa si om nya tega dgn lea yg di bawah umur memangsa bocil.demi kepuasan mereka..pedofil..
2022-08-22
0
Ira Wati
kasihan Rangga
2022-08-22
0