"Gue kepikiran sama Daniel."
Richard berbicara pada Ellio yang kini menginap di rumahnya. Mereka berdua duduk di ruang tengah, sambil merokok dan mengetik sesuatu di laptop.
"Gue juga sama, gue nggak abis pikir. Koq bisa dia jadi kayak gitu." ujar Ellio lalu mematikan sisa rokoknya dan meraih minuman yang ada didalam gelas. Ia mereguk minuman itu hingga hampir setengah.
"Kalau emang bukan guna-guna penyebabnya, terus apa dong yang bikin Daniel segitu nggak bisa move on nya dari Grace?" Ellio berujar lagi, kali ini dengan ekspresi wajah yang seolah berfikir.
"Grace itu sikapnya kayak emak-emak kalau ke Daniel." Tiba-tiba Richard berujar, seakan ia telah menemukan jawabannya.
"Iya kan?" ujarnya meminta persetujuan Ellio. Ellio tampak diam sejenak, ia mencoba mengingat-ingat sikap Grace terhadap Daniel selama ini. Lalu,
"Iya juga sih." ujar Ellio kemudian.
"Secara kan, Daniel kurang banget kasih sayang emaknya. Sementara cewek lain maunya di manja dan di perlakukan kayak princess sama dia. Itulah yang jadi masalahnya, dia nggak bisa move on karena Grace itu keibuan." lanjut Richard lagi.
"Berarti kita harus cariin Daniel, cewek yang lebih dewasa dari dia?. Biar keibuan?. Tapi siapa, bro?. Daniel aja udah tua, masa kita cariin nenek-nenek."
"Ya nggak nenek-nenek juga, Ellio. Grace aja cuma lebih tiga tahun dari Daniel. Kita carilah yang empat atau lima. Enam kek, tujuh tahun maksimal lebih tua dari Daniel. Mungkin Daniel bakal berubah pikiran, kalau itu cewek bisa bersikap keibuan terhadap dia."
"Tapi siapa ya, kira-kira?" tanya Ellio lagi.
"Ya nggak tau, kakak sepupu lo mungkin." ujar Richard.
"Sepupu gue mah udah nikah semua yang umurnya di atas gue. Udah pada punya anak."
"Ya nggak apa-apa kalau emang mau sama Daniel."
"Lo ngerusak rumah tangga orang, itu namanya."
"Ya nggak apa-apa, paling Daniel yang digebukin sama lakinya sepupu lo."
Kali ini mereka berdua tertawa terbahak.
"Parah lo, emang." ujar Ellio kemudian.
***
Hari itu sepulang sekolah, Lea mengikuti lagi kelas yang diadakan mami Sonia. Masih seputar cara berjalan, karena pelajaran sehari kemarin belum tentu bisa membuat peserta menjadi mahir dan pandai. Perlu latihan panjang dan serius, agar para peserta benar-benar menguasai hal tersebut.
"Ikutin mami ya."
"Tap, tap, tap." Mami Sonia melangkah sambil berujar.
"Set, puter, kibaskan rambut."
"Mmm, cucok. Ayo semuanya dipraktekkan." Mami Sonia mengambil posisi.
"Siap, tegakkan badan, sedikit busungkan dada, jangan bungkuk."
Semua peserta mengikuti instruksi mami Sonia.
"Lea, kamu jangan bengong."
Seketika Lea tersadar dari lamunannya dan mendapati diri, yang sama sekali belum mengikuti instruksi dari mami Sonia.
"Mmm, i, iya mi."
"Ikutin..!" ujar mami Sonia kemudian.
"I, iya, mi."
Lea pun mengikuti gerakan dari pengajarnya itu. Mereka lalu latihan hingga beberapa jam ke depan.
***
"Lo kenapa sih, Le."
Vita bertanya ketika ia dan Lea sudah selesai latihan, kini mereka tengah mengambil cemilan sore di kantin gedung. Semua makanan disediakan gratis bagi mereka.
"Gue kepikiran sama mantan." ujar Lea seraya berusaha memakan keripik kentang yang ada dihadapannya.
"Mantan?. Lo punya cowok sebelumnya?" tanya Nina. Lea mengangguk, lalu menceritakan semuanya pada kedua teman barunya itu.
"Wah parah, sinetron abis tuh keluarganya mantan cowok lo." ujar Vita usai mendengar semua cerita yang dilontarkan oleh Lea.
"Terus sekarang lo di cuekin gitu aja?" Nina menimpali pertanyaan Vita.
Lea mengangguk.
"Ada fotonya nggak lo?" tanya Nina lagi.
Lea mengambil handphone dan menunjukkan foto Rangga.
"Ganteng sih, tapi ya. Kalau keluarganya nyap-nyap, ngapain lo pertahankan. Buang waktu, tenaga, pikiran." lanjut Nina lagi.
"Cerita lo hampir sama kayak gue." ujar Vita. Lea kini menatap ke arah gadis itu.
"Dulu, gue juga punya cowok. Ini mending deh, cowok lo emang tajir orang tuanya. Nah cowok gue itu, yaelah tajir dikampung gimana sih. Di kampung kan baru kredit mobil harga 100 jutaan aja, udah berani melabeli dirinya sendiri dengan kata-kata "Orang kaya."
"Keluarganya menghina lo?" tanya Lea.
"Hmm, bukan lagi. Di maki-maki gue, pacaran sama anaknya. Depan orang rame."
"Yang lo ceritain waktu ya, Vit." ujar Nina.
"Iya, si Gio. Emaknya parah banget dah pokoknya, sampe gue malu. Emak gue malu, kan tetangga agak deket lah dari rumah."
"Terus, lo tinggalin?" tanya Lea.
"Ya iyalah, ngapain gue pertahankan. Emang si Gio nya masih sayang ke gue. Tapi ya, gue juga pengen hidup tenang kali. Nggak tega gue ngeliat orang tua gue dihina-hina. Makanya sekarang gue pengen cari sugar daddy. Biar gue kasih liat tuh, ke emaknya si Gio. Kaya sebenernya tuh seperti apa."
Lea tertawa.
"Kalau elo, Nin?" tanya nya kemudian.
"Nggak, gue nggak ada kenangan buruk sih sama mantan. Rata-rata baik. Tapi, gue dari dulu emang kepengen punya laki tajir. Capek gue kekurangan duit mulu, tiap mau beli barang mesti mikir-mikir dulu. Keranjang gue nih di toko online, kagak pernah checkout. Gara-gara nggak punya duit."
Lagi-lagi Lea tertawa, begitupula dengan Vita. Faktor ekonomi memang masih menjadi momok terbesar, yang membuat orang pada akhirnya rela menempuh berbagai jalan pintas. Termasuk dengan apa yang mereka jalani kini.
"Daripada gue pesugihan, ya kan?"
Lagi-lagi Nina berujar dan membuat Lea serta Vita kian terbahak-bahak.
***
Malam itu Grace mengunggah sebuah insta story, dan entah mengapa tangan Daniel begitu gatal untuk membuka postingan tersebut. Ia penasaran pada apa yang diunggah oleh mantan kekasihnya itu.
Meskipun telah seringkali ia merasa sakit hati, lantaran Grace kerap mengunggah kemesraan bersama ayahnya. Namun Daniel benar-benar tak bisa menahan diri, ia masih terlalu kepo pada kehidupan wanita itu.
"Klik."
Ia menekan pada unggahan Grace, dan benar saja. Wanita itu tengah mengunggah foto perut buncitnya yang hanya ditutupi gaun tipis. Di atas perutnya tersebut terdapat tangan ayah Daniel. Daniel pun mendadak menjadi runyam lalu meletakkan handphonenya begitu saja.
Jantungnya berdetak lebih cepat, ketimbang pada saat sebelum ia melihat unggahan tersebut. Kini kepalanya menengadah ke atas, menatap ke arah langit-langit kamar. Perlahan ingatannya pun melayang pada sebuah peristiwa.
"Dan, tadi kamu ngeluarin banyak banget." ujar Grace seraya tersenyum. Ia dan Daniel ada di meja makan dan tengah sarapan bersama.
"Kamu suka?" tanya Daniel kemudian.
Grace mengangguk seraya masih tersenyum.
"Aku pasti hamil sebentar lagi."
Mendadak Daniel menghentikan makannya dan menatap Grace dengan tajam.
"Grace, please. Aku belum mau direpotkan oleh anak. Aku belum mau berbagi waktu dan tempat dengan bayi, yang kerjanya cuma bisa menangis. Aku belum mau kamu direbut oleh makhluk yang selalu haus akan perhatian itu."
Hati Grace seketika terpukul, air mata merebak di pelupuk matanya.
"Minum pil Kontrasepsi yang biasanya dan jangan coba-coba."
Daniel beranjak dari tempat duduk, ia meraih tas kerjanya lalu pergi meninggalkan tempat itu. Sedang Grace tertunduk dengan air mata yang mulai berjatuhan.
Daniel menghela nafas, ia mengingat semua peristiwa yang terjadi saat itu. Ia tak menduga jika keegoisannya tersebut, pada akhirnya membuat Grace pergi dari kehidupannya.
Malam itu Daniel tak bisa memejamkan mata, hal yang sama juga dirasakan oleh Lea. Ia kembali terpikir akan Rangga. Sementara Rangga sendiri pun tak jauh berbeda keadaannya.
Pemuda itu juga saat ini, terus terpikir akan Lea. Bagaimana ekspresi wajah gadis itu tadi, saat bertemu dengan dirinya disekolah. Disaat ia harus berpura-pura cuek dan seakan tak mengenalinya.
Hati Rangga sakit, ia tak bisa menjelaskan apapun pada Lea. Orang tuanya tengah menyita handphone serta mengawasi gerak-geriknya. Jika ia memaksa, maka Lea lah yang akan menderita. Karena orang tuanya mampu melakukan apa saja, untuk menyakiti gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 577 Episodes
Comments
Ira Wati
jadinya nanti cinta segitiga dong ya 🤭
2022-08-22
0
Pia Palinrungi
udh lah lea drpd sakit lupa kan rangga...tatalah masa depanmu
2022-07-29
0
Meili Mekel
lea mau jadi sugar baby rangga
2022-07-16
0