Edmund Roberts menyuruh sang putera Daniel Edsel Roberts, untuk datang ke kediamannya. Guna membicarakan kerjasama diantara perusahaan mereka.
Daniel, tak mewarisi bisnis sang ayah. Bukan karena ayahnya itu tidak mau menurunkan segala yang ia miliki kepada Daniel. Namun memang sejak SMA, Daniel sudah menekuni bisnisnya sendiri.
Mulai dari berdagang spare part motor, mobil, alat berat. Berjualan aksesoris handphone dan lain sebagainya, telah ia lakoni. Setelah menyelesaikan pendidikan sarjananya di Amerika, ia kian bertekad untuk membangun perusahan yang lebih besar lagi.
Ia pulang ke negri ini dan merintis semuanya dari bawah. Kini ia telah menikmati hasil dari kerja kerasnya selama ini. Bahkan ia menjadi supplier bahan baku untuk perusahaan yang dimiliki oleh ayahnya.
Seharusnya hari ini mereka berbicara di kantor, namun sang ayah mengatakan jika ia sedang tidak masuk ke kantornya. Ia menyuruh Daniel untuk datang, dan jadilah kini Daniel menyambangi kediaman orang tuanya itu. Namun agaknya ia datang lebih cepat, pasalnya saat ini ia tengah mendengar, teriakan dan erangan dari lantai atas.
Daniel menghela nafas dengan emosi yang mulai memuncak, namun berusaha keras ia tahan. Itu pastilah suara Grace yang tengah melayang di udara bersama ayahnya.
Ingin rasanya Daniel naik dan mendobrak pintu kamar mereka, lalu menghajar ayahnya dan menampar Grace dengan sekuat tenaga. Karena teriakan mantan kekasihnya itu sangat-sangat mengganggu, seperti perempuan ****** yang begitu haus akan belaian.
Namun Daniel pun sadar, jika ayahnya dan Grace adalah sepasang suami istri yang sah. Grace adalah sugar baby Edmund, yang dinikahi secara resmi oleh pria tua itu.
Suara-suara yang mencabik hati tersebut, terus terdengar di telinga Daniel. Mendadak emosi pria itu seperti naik ke ubun-ubun. Ia mengingat jelas wajah Grace, saat dulu mereka sering melakukannya.
Daniel meraih wine yang ada di atas meja lalu menuangnya kedalam gelas. Dan ia pun mereguk wine tersebut hingga beberapa kali. Tak lama kemudian, ayahnya turun dari atas dan terkejut dengan kehadiran Daniel. Entah memang terkejut atau hanya berpura-pura. Padahal sejatinya ia sengaja melakukan itu semua, karena ia mengetahui jika Daniel masih memiliki perasaan terhadap Grace.
"Hai, Dan." ujar Edmund lalu mengambil air putih yang ada di atas meja makan. Ia pun meminumnya sampai habis.
Sementara Daniel masih mencoba mengatur nafas, ingin rasanya ia menghajar pria tua itu sekarang juga.
"Ed."
Tiba-tiba Grace keluar dari dalam kamar dan turun ke bawah, namun kemudian ia terpaku ketika menatap Daniel ada didepan matanya. Sampai saat ini pun, sejatinya rasa di hati Grace untuk Daniel masih tersisa. Namun ia telah mantap memilih jalannya sendiri.
Ia tahu Daniel masih sangat mencintainya, namun ini semua juga tak luput dari kesalahan Daniel sendiri. Daniel yang tak memberinya kepastian dalam hubungan. Sedang saat ini ia telah berusia 38 tahun, ia tiga tahun lebih tua dari Daniel.
Harusnya ini telah menjadi masa-masa berkeluarga untuk mereka berdua. Mengingat Grace yang seorang perempuan, akan sangat sulit mendapatkan kehamilan. Apabila dirinya sudah memasuki usia 40 tahun kelak.
Namun sampai setahun yang lalu, Daniel masih enggan mengerti akan hal tersebut. Meski telah berkali-kali Grace membicarakannya. Ia masih saja tak ingin menikahi Grace, ataupun membiarkan benihnya berkembang dan tumbuh di rahim wanita itu. Maka dari itu, Grace memilih menikahi pria lain. Yang ia pun tak mengetahui, jika pria tersebut adalah ayah dari Daniel.
"Kenapa keluar sayang?"
Edmund mendekat lalu mengelus perut istrinya itu. Agaknya Edmund memang sengaja ingin membakar emosi Daniel.
"Aku haus." ujar Grace kemudian, wanita itu mengambil segelas air putih lalu bergerak kembali ke arah tangga.
"Jangan banyak bergerak, nanti kamu kecapean. Kasihan bayi kita." ujar Edmund dengan nada yang penuh perhatian.
Namun itu berhasil menusuk hati Daniel dan menjadikannya berdarah. Grace tersenyum lalu kembali meniti anak tangga, kini mata Edmund beralih kepada Daniel.
"So, apa kita mesti berbicara sekarang?" tanya Edmund pada Daniel. Daniel yang saat itu masih memperhatikan Grace pun tak menjawab.
"Dan."
Edmund membuyarkan lamunan Daniel. Daniel kemudian menghela nafas dan menatap ayahnya itu dengan tajam.
"Nanti orang kepercayaan saya akan menemui anda."
Daniel mereguk habis wine yang masih tersisa di tangannya, lalu meletakkan gelas bekas wine tersebut dengan penuh penekanan. Hingga menimbulkan suara yang mengandung sinyal kemarahan.
"Taaak."
Daniel lalu pergi meninggalkan tempat itu, sementara Edmund masih berdiri ditempatnya sambil tersenyum sangat tipis.
***
"Brengsek, brengseeek. Arrgghhh."
"Praaang."
Daniel mengamuk diruang kerjanya sambil membanting gelas yang masih berisi kopi, hingga pecah dan berserakan di lantai. Richard dan Ellio yang terkejut dari ruangan sebelah pun, serentak menyambangi Daniel.
"Lo kenapa lagi, bro?" tanya Richard seraya memperhatikan lantai yang kini penuh pecahan gelas, serta kopi yang menggenang.
"Si tua bangka itu, sengaja nyuruh gue dateng ke rumahnya. Cuma supaya gue denger, dia lagi begituan sama Grace."
"Tadi lo ke rumah bapak lo?" tanya Ellio.
"Harusnya tadi gue nggak kesana." ujar Daniel dengan nafas memburu, serta kekesalan yang telah berada di puncak kepalanya.
"Emangnya dia ngapain sih, nyuruh lo datang?" tanya Richard heran.
Daniel lalu menjelaskan semuanya secara rinci, ia berkata masih dengan emosi yang meluap-luap.
Richard dan Ellio menghela nafas seraya menatap satu sama lain, mereka menilai Edmund terlalu berlebihan kali ini. Harusnya sebagai orang tua, tak semestinya ia membuat Daniel merasa cemburu.
Toh, Grace juga sudah menjadi istrinya secara sah. Bukan sekedar sugar baby, pacar, simpanan, atau apapun itu. Daniel sendiri tak akan mungkin bisa merebut kembali Grace dengan mudah, karena Grace dan ayahnya itu sudah memiliki ikatan yang kuat.
Namun tak ubahnya seperti anak muda, ayah Daniel bahkan lebih kekanak-kanakan ketimbang Daniel sendiri. Sejak mengetahui jika Grace dan Daniel pernah memiliki hubungan, sebelum Grace bertemu dengannya. Edmund jadi selalu ingin mencemburui anaknya itu. Ia takut jika kelak Grace akan kembali pada Daniel.
Ia begitu takut bersaing dengan anaknya sendiri. Walau dimasa mudanya dahulu, Edmund adalah seorang pria tampan yang perkasa, sama seperti Daniel. Namun ia telah di makan usia.
Meskipun untuk ukuran pria tua, ia masih terlihat gagah, badan yang masih cukup bagus, serta wajah yang masih memperlihatkan sisa-sisa ketampanannya. Namun bila dibanding dengan Daniel, ia kalah telak. Daniel masih jauh lebih muda dan menang dalam banyak hal ketimbang dirinya. Maka dari itu, kini Daniel menjadi ketakutan terbesarnya.
"Lo sabar aja, bro. Mulai sekarang kalau bokap lo minta hal aneh-aneh. Kayak nyuruh lo dateng tiba-tiba, lo nggak usah dateng." ujar Richard kemudian.
Daniel menghela nafas dan membuangnya perlahan. Kini pandangannya ia lemparkan ke suatu sudut, yang menyajikan kehampaan.
***
Sementara di bagian sudut lain kota, Lea Michella yang baru pulang sekolah tampak buru-buru membuka lemari. Ia mencoba membongkar dan mengumpulkan baju-baju serta sepatu yang ia miliki.
Karena ulang tahun ibu Rangga sudah dekat, ia ingin tampil sebaik mungkin pada hari itu. Ia mengumpulkan semua barang terbaik yang ia miliki, dan kini mencoba memadu padankan semua itu di depan kaca. Bahkan tak lama setelah itu, ia belajar bagaimana berkenalan dan bersikap ramah pada orang tua Rangga.
"Hai tante, aku Lea."
Lea mengulurkan tangan sendiri didepan kaca, seraya mengatur senyuman.
"Hai tante, saya Lea."
Ia mendengar nada bicaranya yang tampak aneh, lalu menghela nafas.
"Tante, saya Lea."
"Saya Lea, tante."
Lea menggaruk-garuk kepalanya. Lalu kembali mencoba hingga berkali-kali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 577 Episodes
Comments
tori sullivan
grace sih ga salah. danilnya aja yg bego
2023-05-13
0
tori sullivan
kirain bokapnya ga tau
2023-05-13
0
RiJu
perasaan waktu flashback daniel ketemu grace, garce bilang umurnya 40 tahun, kok jdi 38 🤔
2022-11-19
1