Setelah Raka dan keluarganya masuk ke dalam rumah sepeninggal rombongan Yudha dan keluarganya, Dinda dan anak-anaknya membereskan perabotan yang digunakan untuk menjamu tamunya tadi. Raka dan Dinda memang membiasakan anak-anaknya agar tak menunda pekerjaan termasuk membersihkan piring dan gelas bekas mereka makan, juga perabotan dapur yang dipakai untuk memasak. Raka menerapkan disiplin militer di dalam dalam rumah tangganya, mengingat mereka tak mempunyai asisten rumah tangga. Raka harus berhemat meski pangkatnya sekarang sudah tinggi demi menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi, gaji Dinda sebagai guru yang belum pns hanya cukup untuk memberi uang saku pada anak-anaknya, walau sebenarnya tanpa Dinda mencari pekerjaan sebagai guru lagi Raka masih sanggup mencukupi kebutuhan keluarganya.
Kirana meminta ijin untuk pergi ke kamarnya setelah membantu ibunya membereskan perabotan bekas menjamu om Yudha dan keluarganya.
"Bu, Kiran ke kamar dulu ya, capek mau istirahat," ijin Kirana pada sang ibu.
"Iya, istirahatlah dan terima kasih sudah membantu ibu hari ini," ucap Dinda.
"Sama-sama, Bu, Ibu tak perlu berterima kasih itu sudah kewajiban Kiran," ucap Kiran kemudian pergi menuju kamarnya.
Sampai di kamarnya Kirana membuka kertas kecil yang selipkan Afwa di tangannya. Ternyata isi kertas tersebut berisi nomor telpon, Kirana juga mengingat bisikan Afwa padanya tadi sebelum pulang, "kamu cantik," wajah Kirana memerah tatkala ia ingat dua kata itu keluar dari mulut seorang Afwa, bocah kecil yg dulu sering menjahilinya dan membuat dia menangis sekarang sudah bertransformasi menjadi pemuda yang sangat tampan, benar-benar mewarisi ketampanan om Yudha.
Akhirnya hari Sabtu yang direncanakan untuk pergi bersama pun tiba, namun Raka dan Yudha tidak bisa pergi bersama istri dan anak-anak mereka ke pantai karena Raka ada tugas yang tak dapat ditinggalkan sedangkan Yudha ada meeting penting dengan para direksi di Dewantara group. Yudha meminta supir hotel untuk mengantarkan anak-anaknya, istrinya beserta Dinda dan kedua anaknya pergi ke pantai. Untungnya para nyonya dan anak-anak mengerti tentang hal ini, sebagai anak-anak tentara ditinggal tugas mendadak atau sang ayah tanpa disengaja mengingkari janji untuk acara keluarga atau acara sekolah adalah hal biasa untuk mereka.
"Maaf ya Ayah tak bisa ikut, ayah ada meeting penting dengan para direksi, nanti ayah akan minta pak Agus untuk mengantar kalian," ucap Yudha pada anak dan istrinya saat sarapan pagi bersama di restoran hotel.
"Nggak apa-apa, kesejahteraan perusahaan juga penting karena menyangkut hajat hidup orang banyak," ucap Yasmin penuh pengertian sebagai istri tentara dia sudah kebal dengan hal semacam ini, mau baper atau menangis darah pun juga percuma.
Sedangkan anak-anak hanya mendengarkan permintaan maaf ayahnya sambil menikmati makanannya, mereka seakan menulikan telinganya toh jawaban bunda mereka sudah mewakili semuanya. Dalam hati Yudha sebenarnya juga tak rela melewatkan moment bahagia dengan keluarganya, namun meeting ini juga permintaan papanya.
Akhirnya mereka berangkat tanpa Yudha, Yasmin meminta pak Agus ke rumah Dinda dulu untuk menjemput mereka. Setiba di rumah Dinda Yasmin turun dari mobil, Dinda dan anak-anaknya sudah stand by di teras namun tak terlihat Raka disana.
"Assalamualaikum Din!" ucap Yasmin.
"Waalaikumsalam," balas Dinda.
"Lho Din, Raka mana kok nggak ada?" tanya Yasmin karena tidak melihat Raka.
"Maaf, Yas, mas Raka nggak bisa ikut ada tugas mendadak jadi nggak bisa ikut.
"Kok mas Yudha nggak kasih tahu ya," ucap Yasmin.
"Mungkin mas Raka lupa, soalnya perintahnya baru subuh tadi," ucap Dinda.
"Ya, sudah nggak apa-apa sudah terlanjur sampai sini kalau nggak jadi nanti anak-anak kecewa, yuk cepat naik biar nanti pulangnya nggak kesorean!" ajak Yasmin.
Dinda dan dua anaknya segera masuk mobil, dan tanpa sengaja Kirana mendapat tempat duduk disebelah Afwa dan keduanya pun jadi salah tingkah. Setelah semua masuk mobil, pak Agus segera melajukan mobilnya ke arah pantai. Akhirnya mereka sampai di pantai setelah menempuh dua jam perjalanan.
Semua yang ada di mobil segera turun, dihadapan mereka terpampang lautan dengan deru ombak yang menghempas karang.
"Wah indah sekali, sudah lama aku nggak kepantai," ucap Aryana ketika turun dari mobil dan disambut angin laut dan deburan ombak.
Anak-anak sudah berlarian menuju pantai, mereka tampak gembira, saat Kirana berdiri di bibir pantai Afwa mendekati Kirana, ia berdiri disamping Kirana.
"Kenapa tak menelponku semalam?" tanya Afwa dengan tatapan mata memandang deru ombak di depannya.
"Maaf Kak aku lupa, semalam aku langsung tidur setelah kalian pulang," jawab Kirana.
"Kau sudah punya pacar?" tanya Afwa.
"Belum," jawab Kirana singkat.
"Sungguhkah?, padahal cowok-cowok di Bandung terkenal cakep-cakep lho," ucap Afwa sambil sengaja menggoda Kirana untuk menjajaki hatinya.
"Aku nggak mau punya pacar ataupun nikah sama orang Bandung," ucap Kirana.
"Kenapa?" tanya Afwa menyelidik.
"Aku ingin nikah dengan laki-laki yang satu wilayah dengan tanah kelahiranku," jawab Kirana.
"Bagaimana jika jodohmu ternyata tidak berasal dari daerah yang sama denganmu?" tanya Afwa.
"Ya kita kan hanya bisa berdoa dan berusaha, bagaimanapun takdir Allah akan tetap berlaku," jawab Kirana.
"Kamu masih menyimpan gelang itu?" tanya Afwa yang dibalas anggukan oleh Kirana.
Sedang asyik-asyiknya Afwa dan Kiran mengobrol, Azka, Kiara dan Afwi mendorong Afwa dan Kiran hingga jatuh sehingga baju mereka basah terkena air laut yang menyapu pantai.
"Auww," pekik Kirana yang jatuh ke pantai bersama Afwa.
"Rasain, baru nyampek dah pacaran aja," ucap Afwi yang mempunyai ide menjahili kakaknya dengan dibantu para sekutunya.
"Ih Kiara baju mbak jadi basah nih!" ucap Kiranan kesal.
"Biarin wek, salah sendiri nggak gabung sama kita malah pacaran sama kak Afwa," ucap Kiara sambil menjulurkan lidahnya.
"Sudah lah, Kiran, namanya juga main dipantai ya harus basah lah," ucap Afwa sambil membantu Kirana berdiri.
"Iya, tapi kan basah-basahannya nanti saja, kalau begini kan dingin," ucap Kirana cemberut.
"Udah nggak usah cemberut kamu kalau basah begini justru terlihat cantik dan seksi," ucap Afwa pelan dengan sedikit mendekatkan wajahnya ke wajah Kirana lalu berlari menjauh sambil tertawa.
"Ih dasar ya mesum, awas ya kamu Kak!" ucap Kirana kesal karena digoda oleh Afwa lalu Kirana mencoba mengejar Afwa. Jadilah kejar kejaran antara Afwa dan Kiran.
Afwi dan sekutunya akhirnya juga ikut berlari menyusul Afwa dan Kirana. Saking asyiknya mereka tidak menyadari satu personel mereka kurang satu orang. Yasmin dan Dinda hanya tersenyum melihat keakraban anak-anak mereka.
"Jadi ingat masa kecil mereka ya Din, anak-anaku sering main dengan Kiran dan Kiara, dan Afwa selalu membuat Kirana menanggis karena ia jahili, sampai aku sering memarahi Afwa," ucap Yasmin mengingat dan mengenang masa kecil anak-anaknya dan anak-anak Dinda.
"Iya, Yas entah kenapa Afwa lebih memilih Kirana yang ia jahili dari pada yang lain, aku dan mas Raka pasti susah mendiamkan Kirana jika sudah menanggis dijahili oleh anak sulungmu itu," ucap Dinda sambil tertawa kecil.
Yasmin dan Dinda memilih duduk di kursi pantai yan disediakan oleh sebuah warung dengan menikmati air kelapa muda sambil mengawasi anak-anak mereka.
Sedangkan Aryana lebih memilih berjalan sendiri menyusuri bibir pantai sampai tak sadar sudah jauh dari saudara-saudaranya yang lain.
Aryana berdiri di tepi pantai yang terdapat batu-batu karang sehingga tubuhnya tak begitu terlihat, pada saat itulah sebuah tangan kekar memeluknya, Aryana ingin berteriak karena kaget namun ia mengurungkan niatnya setelah mengenali wangi maskulin orang yang tiba-tiba memeluknya dari belakang.
"Biarkan seperti ini dulu sayang, aku merindukanmu," ucap pria itu sambil masih memeluk Aryana dari belakang.
"Om, nanti ada yang lihat," ucap Aryana takut.
"Mereka tidak akan melihat kita, saudara dan sahabatmu sedang sibuk bermain lagian posisi kita tertutup batu karang," ucap pria itu yang tak lain adalah dokter Fahmi.
"Darimana om tau kami disini?" tanya Aryana.
"Kenapa kamu selalu menanyakan hal bodoh seperti itu, apa kamu sudah lupa siapa om mu ini hemm?" jawab om Fahmi dengan balik bertanya pada Aryana.
"Ya...ya..., Om ku adalah presdir Pratama group," jawab Aryana malas.
"Kamu selalu gemesin, Om makin cinta sama kamu," ucap Fahmi sambil mencubit pipi Aryana gemas.
"Apa Om tahu ayah dan Om Raka tidak ikut kesini?" tanya Aryana.
"Iya Om tahu, meski ayahmu datang bersamamu kesini, aku akan tetap menyusulmu kesini," jawab Fahmi.
"Om, boleh aku meminta sesuatu dari Om?" tanya Aryana.
"Boleh, asal jangan minta Om meninggalkanmu," jawab Fahmi yang langsung membuat Aryana diam tak berani mengutarakan permintaannya.
"Kenapa diam?, ayo katanya mau minta sesuatu dari Om?" pinta Fahmi.
"Nggak jadi."
"Biar Om tebak, paati kamu minta Om meninggalkanmu iya kan?" tanya Fahmi yang hanya dijawab Aryana dengan diam.
"Diammu berarti iya, dengarkan Om, sampai kapanpun Om nggak akan meninggalkan kamu dan akan tetap mencintaimu sampai kapanpun karena Om percaya kamu jodoh Om. Aku akan berjuangan membuatmu dan keluargamu percaya pada Om, dan satu lagi perasaan Om nggak ada hubungannya dengan bundamu, ini murni cinta bukan obsesi. Ijinkan Om memperjuangkan kamu Aryana Maira Yudhatama," ucap Fahmi sambil merengkuh Aryana dalam pelukannya. Entah kenapa Aryana merasa aman dan nyaman dipelukan Om Fahmi, ia merasakan debaran jantungnya semakin cepat namun wangi aroma tubuh Om kecennya ini membuatnya tenang.
Tanpa mereka berdua sadari, ada sepasang mata yang menatap mereka haru namun juga dilema, satu pertanyaan dalam benak orang tersebut apakah laki-laki yang sedang memeluk Aryana sungguh-sungguh mencintai gadis yang dipeluinya itu atau tidak.
_____________________________________________
Siapa hayo yang ngintip Aryana dan Om Fahmi pelukan?
Please Like, Vote, Coment, Rate and Favorit.
Thank You
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
Lina Susilo
pasti itu afwa
2022-11-04
0
mama' roy
kak Afwa
2022-01-10
0
Samsuna
afwa
2021-11-28
0