iHappy Reading
.
"Accident apaan sih, kok kelihatannya malah seneng banget?" tanya Niken kepo bercampur heran.
"Tadi habis dari mushola sekolah, aku nggak sengaja nabrak kak Ghavin, alamak dia cakep bener kalau dilihat dari dekat," jawab Aryana senyum-senyum sambil membayangkan kejadian sewaktu wajahnya begitu dekat dengan Ghavin.
"Whatt!, kamu nabrak kak Ghavin?, terus reaksinya gimana waktu lu nggak sengaja tabrak dia?" tanya Franda ikutan kepo.
"Satu, satu ih kalau nanya," ucap Aryana sebal.
"Ya, sorry deh habis gue kaget lu bisa-bisanya nabrak dia," ucap Franda.
"Reaksinya biasa aja, malah sikapnya terlihat datar dan cuek aja," ucap Aryana sendu setelah ia bercerita tentang sikap Ghavin yang terlihat acuh padanya, tak ada kesan ramah di wajahnya.
"Heh, aku kira dia bersikap manis, ternyata cuma bersikap datar dan cuek," ucap Franda kecewa.
"Udahlah gak usah pikirin tuh si cowok songgong, mending lu segera pesan makan sebentar lagi bel masuk bunyi," ucap Niken pada Aryana yang sedari tadi belum memesan apapun karena sibuk bercerita tentang accident dengan Ghavin.
Aryana lalu segera memesan nasi soto dengan porsi kecil dan jeruk hangat, karena kelainan jantung yang dialaminya maka ia harus berhati-hati soal makanan, minuman dingin, es dan makanan minuman berpengawet harus ia hindari jika masih ingin berumur panjang. Dokter Fahmi saat ini masih memantau kesehatan Aryana meski dari jauh. Bagi dokter Fahmi Aryana bukan hanya sekedar seorang pasien namun Aryana adalah separuh hidupnya.
Bertepatan bel masuk berbunyi Aryana sudah menyelesaikan makannya. Ia dan dua sahabatnya kembali ke kelas untuk melanjutkan jam pelajaran berikutnya.
Aryana dan ketiga sohibnya mengikuti pelajaran dengan tenang. Waktu terus berjalan akhirnya bel pulang berbunyi semua siswa keluar kelas dengan gembira karena inilah hal mereka selalu nantikan setiap mengikuti pembelajaran di sekolah. Aryana berjalan menuju parkiran dimana kakaknya Afwi menunggu.
"Ayo pulang kak!" ajak Aryana setelah berdiri disebelah Afwi yang sudah duduk diatas motornya.
"Heh, ngagetin aja lu Dek," ucap Afwi.
"Maaf, ayo pulang kak aku capek!" ajak Aryana.
"Oke, ayo naik pengangan yang kenceng!" pinta Afwi.
Aryana pun langsung membonceng motor sang kakak, tetapi cuma sampai gang dekat sekolahan, karena di situ mobil jemputan Aryana sudah menunggu.
Sampai di rumah Aryana langsung masuk kamar, ia masuk kamar mandi lalu mengambil wudhu untuk melaksanakan shalat dzuhur. Setelah melaksanakan shalat dzuhur Yasmin merebahkan tubuhnya ke tempat tidur, entah kenapa hari ini ia merasa lelah. Aryana memegangi dadanya yang sedikit nyeri.
"Ya Allah kenapa nyeri lagi sih, apa karena aku banyak pikiran ya?" gumam Aryana dalam hati.
Aryana lalu bangun dari tidurnya, ia masih memegangi dadanya yang masih tiba-tiba terasa sedikit nyeri.
"Ya Allah jika waktuku memang tak banyak sebelum aku pergi, ijinkan aku bisa menikah dengan laki-laki yang aku cintai dan mencintaiku," doa Aryana sambil meringis menahan nyeri di dadanya.
Tok tok
"Na, kamu belum makan, makan dulu Sayang nanti kamu sakit," ucap sang bunda sedikit berteriak sambil mengetuk pintu kamar Aryana.
"Iya, Bund, Ana segera makan," jawab Aryana dari dalam.
Aryana segera membuka pintu kamarnya, di depan pintu ia menemukan sang bunda berdiri di sana.
"Na, kok wajah kamu agak pucat, apa kamu sakit?" tanya bunda khawatir.
"Nggak, Bund, Ana nggak sakit cuma sedikit capek aja tadi disekolah tugasnya banyak," jawab Aryana berbohong.
"Ya, sudah sekarang kamu makan dulu habis itu minum obat yang di kasih sama om Fahmi!" pinta Yasmin.
Ibu dan anak itu pun berjalan beriringan menuju ruang makan, di sana sudah ada Afwi dan Azka yang sudah lebih dahulu makan.
"Kamu kebiasaan ya, Dek, kalau pulang sekolah langsung ngamar kadang sampai lupa makan," seloroh Afwi.
Mendengar ocehan kakaknya Aryana hanya diam, dia dalam mode tidak ingin berdebat dengan kakaknya seperti biasa. Aryana mengambil piring, nasi dan lauk pauknya, setelah berdoa ia langsung menyantap makananya dengan tenang. Afwi dan Azka saling pandang, mereka heran kenapa tiba-tiba Aryana jadi pendiam, tak seperti biasanya ia akan berdebat dan mengomel jika Afwa, Afwi atau Azka mengatainya.
"Kamu sakit, Kak?" tanya Azka setelah Aryana menyelesaikan makan siangnya.
"No, I am fiine, don't worry," jawab Aryana santai, padahal ia menahan nyeri di dadanya.
Selesai makan Aryana langsung meminta ijin pada bundanya untuk kembali ke kamar dan hal itu membuat Afwa dan Azka heran.
"Bund, Aryana kenapa nggak biasanya dia seperti ini?" tanya Afwi
"Tadi bunda sudah tanya tetapi, adikmu cuma jawab kecapean karena banyak tugas sekolah tadi," jawab bunda.
"Apa iya hanya karena tugas sekolah Aryana seperti itu?" gumam Afwi dalam hati.
Sedangkan di kamar, Aryana memegangi dadanya yang sakit, dengan tertatih ia mendekat ke ranjang dan membuka laci nakas samping tempat tidurnya. Ia mengambil beberapa jenis obat, ia langsung meminum obat-obat itu dengan air mineral yang selalu da di kamarnya. Setelah minum obatnya, Aryana duduk bersandar di kepala ranjang sambil mengelus dadanya yang masih terasa nyeri.
"Ya Allah sampai kapan aku akan merasakan semua rasa sakit ini, dengan kondisiku seperti ini apa akan ada laki-laki yang mau mencintaiku dengan tulus, apa lagi kak Ghavin dia terlalu tinggi untuk aku gapai," batin Aryana dalam hati.
Tak lama terdengar dengkuran halus, menandakan Aryana sudah terlelap, mungkin karena efek obat yang barusan ia minum.
Afwi mencoba membuka pelan pintu kamar Yasmin yang ternyata tidak terkunci karena ia mengetuk tidak ada sahutan dari dalam. Afwi membuka pelan pintu kamar Yasmin, terlihat pemandangan yang membuat hatinya ternyuh, sang adik teridur lelap di ranjangnya. Perlahan ia mendekati dimana Aryana tidur, Afwi duduk di sisi ranjang, dilijatnya wajah cantik satu-satunya adik perempuannya. Wajah cantik dan teduh seperti milik bundanya, wajah inilah yang membuat ia memutuskan satu sekolah dengan Aryana untuk menjaganya meski ia sangat ingin bersekolah sejenis tempat Afwa bersekolah, namun rasa sayangnya pada Aryana lebih besar daripada impiannya.
Afwi membelai rambut sang adik dengan penuh sayang, dalam hati ia berharap adiknya bisa berumur panjang dan menemukan cinta sejatinya.
"Kenapa nasibmu begini Dek?, kenapa kamu jatuh cinta pada laki-laki seperti Ghavin, sampai kapan pun lelaki seperti dia tak akan pernah melirikmu apalagi menaruh hati padamu, hanya laki-laki yang berhati baik dan tulus yang bisa melihat kecantikanmu yang sesungguhnya," ucap Afwi dalam hati.
Setelah melihat keadaan Aryana yang ternyata tertidur, Afwi keluar Aryana lalu menutup kembali pintu kamar Yasmin dengan pelan.
"Aryana tidur?" tanya bunda tiba-tiba membuat Afwi kaget setelah ia menutup pintu kamar Aryana.
"Ah Bunda bikin kaget aja," ucap Afwi.
"Maaf, tapi kenapa sampai kamu kaget begitu sih?" tanya bunda.
"Afwi tadi tutup pintu pelan-pelan biar nggak ganggu Aryana tidur, soalnya kelihatannya Aryana pulas banget," jawab Afwi.
"Ya sudah, bunda kira Aryana tidak tidur, kalau begitu bunda mau istirahat dulu," ucap bunda.
Setelah bundanya pergi, Afwi juga pergi ke kamarnya, ia akan mengerjakan beberapa tugas sekolah karena Afwi tidak biasa tidur siang kecuali kalau ia sedang tidak enak badan.
Sampai di kamar Afwi duduk di meja belajarnya, belum lima nenit ia duduk, ponselnya berdering, tertera nama Afwa di sana. Afwi langsung menggeser tombol hijau.
Afwi
"Assalamualaikum, Kak!
Afwa
"Waalaikumsalam."
Afwi
"Tumben Kak Afwa telpon jam segini ada apa?"
Afwa
"Bagaimana kabar Aryana, perasaanku dari tadi pagi nggak enak."
Afwi
"Aryana baik-baik saja, hanya saja tadi waktu makan siang dia hanya diam saja, tak biasanya ia tak membalas candaan ku, habis makan langsung masuk kamar lagi, waktu aku mau ajak ngobrol Aryana sudah tidur di kamar."
Afwa
"Apa mungkin dia sakit?"
Afwi
"Entahlah, tadi waktu makan ia terlihat biasa saja, tapi Kakak tau sendiri 'kan Aryana seperti apa."
Afwi
"Nanti kalau Aryana sudah bangun, aku akan tanya ke dia."
Afwa
"Baiklah, kalau sudah tau ada apa dengan Aryana kabari aku!"
Afwi
"Oke, nanti aku kabari, jaga diri kakak baik-baik!, Assalamualaikum."
Afwa
"Waalaikumsalam."
Setelah menerima telpon dari Afwa, Afwi menyandarkan punggungnya di kursi belajarnya, ia tak menyangka Afwa juga merasakan hal yang sama meski ia jauh.
"Apa karena kami bertiga kembar jadi hati kami saling tertaut?" tanya Afwi dalam hati.
Setelah tadi sedikit galau karena panggilan telpon Afwa, Afwi malah menerawang langit-langit kamarnya, ia jadi kepikiran Aryana gara-gara Afwa.
Afwi ke mode on dan sudah bersiap mengerjakan tugas sekolahannya meski galau setelah menerima telpon dari Afwa tentang Aryana
"Sebenarnya ada apa dengan kamu, Dek?, kenapa kaka Afwa sampai bisa ikut merasakannya," gumam Afwi dalam hati.
____________________________________________
Maaf kalau banyak kekurangan di karya kedua ini.
Please Like, Vote and Coment
Thank.You
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
Her Man
ya nmax sadara kmbar,psti stux sakit yg lain jg mrsakn.
2023-03-22
0
Een Mely Santi
dari cinta yudha sampai k sini aq slalu ngikutin
2022-11-28
0
Lina Susilo
semangat aryana untuk sembuh dn jangan berpikir yg aneh2
2022-11-03
0