Keesokan harinya, sesuai rencana tadi malam, Yasmin mengajak Aryana berbelanja buah tangan untuk di bawa ke Bandung. Afwa dan Afwi tidak mau ikut karena mereka punya acara sendiri untuk hangout bareng khusus laki-laki bersama teman-teman Afwi. Sedang Azka main ke rumah Denis, anak tetangga depan rumahnya yang kebetulan satu sekolahan dengannya.
"Ana, enaknya kita kasih apa ya buat om Raka dan keluarganya?" tanya Yasmin minta pendapat putrinya saat sudah sampai di pusat perbelanjaan karena sedari tadi Ana hanya diam saja.
"Terserah Bunda saja," jawab Aryana datar.
"Kok gitu sih, anak-anak om Raka kan perempuan hampir seumuran kamu, pasti kamu lebih tahu selera anak muda," ucap bunda.
"Kasih batik coupel aja buat sekeluarga tapi dalam bentuk kain saja soalnya kita dah lama nggak ketemu dengan keluarga om Raka jadi nggak tahu mereka sebesar apa jadi mending belikan kain saja, untuk Kirana dan Kiara belikan tas selempang rajut," ucap Aryana memberi pendapat.
"Ide kamu bagus sayang, kok Bunda nggak kepikiran ya, tapi di mall ini nggak ada kain," ucap bunda.
"Kita ke toko kain batik langganan oma saja sekalian mampir di gerai oleh-oleh makanan khas daerah kita," ucap Aryana.
"Kamu bener sayang, ih kamu pinter milih buah tangannya, tapi kenapa kamu bilang sekarang sih, kita jadi harus putar balik," ucap bunda.
"Kan tadi sebelum ke mall, bunda main ajak aja, nggak nanya sama aku," jawab Aryana datar membuat Yasmin agak heran dengan perubahan sikap putrinya.
Biasanya Aryana selalu bersemangat jika di ajak shopping dan tak segan memberi pendapat tanpa diminta tapi ini, Aryana sejak semalam sampai saat ini lebih banyak diam tidak ceria seperti biasa.
"Oke, nggak apa-apa kita putar balik aja, toh kita belum masuk ke dalam mall," ucap Yasmin lalu merangkul putrinya kembali ke parkiran untuk pergi ke toko kain langganan Oma Dewi, jangan tanyakan berapa harga kain per meternya jika tokonya adalah langganan nyonya besar Dewantara group.
Setelah perjalan kurang lebih setengah jam Aryana dan Yasmin sampai di toko kain batik langganan oma Dewi. Sampai sana Yasmin dan Aryana di sambut ramah apalagi mereka tahu pelanggan mereka ini adalah menantu dan cucu keluarga Dewantara. Yasmin memilih kain batik untuk di jadikan buah tangan sahabatnya. Setelah dari toko batik mereka ke gerai oleh-oleh makanan khas daerah. Saat melewati toko pernak-pernik Aryana ingat ingin membelikan tas ala anak muda untuk Kirana dan Kiara.
"Bund, itu tadi ada toko pernak pernik, aku mau kesana," ucap Aryana.
"Sayang kok nggak bilang dari tadi sih," ucap Yasmin menggerutu karena Aryana bilang mendadak, jadi pak Yanto harus putar balik," ucap bunda, lalu menyuruh pak Yanto untuk putar balik.
Akhirnya Aryana masuk ke toko pernak-pernik yang ia maksud feeling-nya benar di sana di jual tas rajut ala anak muda, Aryana lalu membeli tiga tas dengan model yang berbeda, yang dua untuk Kirana dan Kiara, yang satu untuk dirinya sendiri. Aryana juga membeli beberapa bros dan pengikat rambut. Saat melihat-lihat bros matanya tertarik pada jepitan dasi yang unik dan terkesan elegan, entah mengapa ia jadi ingat dengan om Fahminya. Selama ini om Fahmi selalu memanjakannya dengan banyak hadiah tapi ia belum pernah memberi om nya barang satu pun. Aryana akhirnya membeli dua penjepit dasi yang ia rasa unik untuk diberikan pada om Fahmi. Setelah dirasa cukup Aryana membayar semua belanjaan dengan uang pemberian bundanya karena capek sang bunda menunggu di mobil.
"Sudah dapat tasnya?" tanya bunda, setelah Aryana masuk mobil.
"Sudah Bund," jawab Aryana.
"Setelah ini kita kemana Bund?" tanya Aryana.
"Kita makan dulu ya, bunda lapar sekalian nanti belikan lauk untuk ayah dan kakak kamu juga bik Imah," jawab bunda.
Yasmin dan Aryana akhirnya memilih restoran padang untuk makan siang, tak lupa Yasmin membeli makan siang untuk pak Yanto dan orang rumah.
Hampir jam dua siang Yasmin dan Aryana sampai di rumah, pak Yanto membantu membawa belanjaan nyonya nya ke dalam rumah, sedangkan Yasmin dan Aryana pergi ke kamar masing-masing untuk bersih-bersih.
Sampai kamar Aryana membersihkan diri sekalian berwudhu untuk shalat dzuhur, setelah shalat ia merebahkan tubuhnya, ia mengambil ponselnya, begitu banyak panggilan tak terjawab dari om Fahmi nya setiap harinya juga pesan dari om Fahmi yang tak satupun ia baca atau ia balas. Dalam hati apa ia sangat keterlaluan dengan om Fahmi yang selama ini berjuang untuk kesembuhannya.
"Maafkan aku om," lirihnya.
Aryana lalu mengambil jepit dasi yang ia beli tadi, ia memasukkannya ke dalam sebuah kotak cantik yang juga ia beli di toko pernak pernik tadi. Aryana membungkusnya dengan sangat rapi lalu ia memasukan kotak berisi penjepit dasi tersebut ke dalam amplop beserta sebuah surat untuk om Fahminya. Aryana akan mengirimkan hadiah itu ke Singapura besok sebelum ia berangkat ke Bandung.
Keesokan harinya Aryana meminta pak Yanto mengantarkannya ke jasa pengiriman barang, tentu saja tanpa sepengetahuan ayah bundanya maupun kakak kembarnya, ia juga melarang pak Yanto untuk memberitahu siapapun yang sebenarnya jika ada yang bertanya.
Aryana memasuki kantor jasa pengiriman barang untuk mengirim hadiah pada om nya, dan tanpa Aryana ketahui ada sepasang mata yang memperhatikannya dari tadi. Setelah Ana meninggalkan kantor jasa pengiriman barang, seseorang yang memperhatikan Ana tadi mendekati petugas yang menerima barang tadi untuk mengetahui apa yang dikirim Ana dan untuk siapa. Pertama petugas itu menolak namun dengan sedikit ancaman akhirnya petugas tadi memberi tahu untuk siapa barang tersebut. Setelah mendapat informasi, seseorang tersebut langsung mendial nomor sang bos. Seseorang di ujung telpon menyunggingkan senyum setelah mendapat informasi dari orang suruhannya.
Sang big bos lalu mendial nomor seseorang yang tak lain pemilik jasa pengiriman barang tersebut.
"Serahkan barang yang dikirim atas nama Aryana Maira kepada orang suruhanku, biar dia yang mengrimkannya padaku, kompensasinya akan aku kirimkan padamu!" ucap sang big bos.
"Ba...baik Tuan, akan saya laksanakan," ucap pemilik jasa pengiriman dengan nada gemetar.
Pemilik jasa pengiriman langsung menghubungi karyawannya untuk menyerahkan barang milik Aryana kepada seseorang suruhan sang big bos.
"Bawa barang itu sekarang, hari ini harus sampai ditanganku, jika barang itu sampai hilang atau rusak sedikit saja maka nyawamu taruhannya!" perintah sang big bos di ujung telpon.
Hari Kamis yang dinantikan pun tiba, sore itu Yudha dan keluarganya bersiap pergi ke bandara.
"Semua sudah siap Bund?, nggak ada yang ketinggalan?" tanya Yudha.
"Sudah, Yah, tinggal cek anak-anak," jawab Yasmin.
Yudha dan Yasmin segera keluar kamar dengan membawa satu koper kecil dan sebuah tas. Yasmin kemudian memanggil anak-anaknya untuk segera bersiap dan memeriksa barang-barangnya sendiri jangan sampai ada yang tertinggal.
Setelah semua siap, mereka berangkat ke bandara, Yudha dan keluarga memasuki bandara dengan di dampingi Ridho karena Ridholah yang mengurusi penerbangan Yudha dan keluarga ke Bandung. Executive class menjadi pilihan Yudha. Yudha duduk bersama Yasmin dan Azka, sedangkan Aryana duduk bersama kedua kakak kembarnya. Aryana memilih duduk di dekat jendela, pesawat mulai naik, Aryana menikmati pemandangan sore menjelang petang dari jendela pesawat, pikirannya entah pergi kemana. Afwa yang berada di dekat Aryana menepuk pelan bahu sang adik.
"Pundak kakak selalu ada untukmu," ucap Afwa lalu meraih kepala Aryana untuk disandarkan ke pundaknya dan Aryana pun menurut perkataan kakak sulungnya. Mata Aryana masih menatap kosong ke arah jendela pesawat.
Afwa mengusap kepala Aryana dengan lembut, ia tahu adik perempuannya tidak sedang baik-baik saja.
"Kau merindukannya?" tanya Afwa berbisik di telingga Aryana.
Mendapat pertanyaan kakaknya Afwa, Aryana mengangkat kepalanya lalu memandang Afwa dengan tatapan heran.
"Siapa maksud Kak Afwa?" tanya Aryana menyelidik.
"Jangan pura-pura, aku kakak kembarmu, jangan lupakan itu!" ucap Afwa pelan namun terdengar tegas.
"Ya aku merindukannya, sekaligus kecewa padanya," ucap Aryana sendu dan penuh keputusasaan.
"Berdoalah meminta yang terbaik menurut Allah, bukan menurut kamu dan bersabarlah!" pinta Afwa yang kemudian menyandarkan kembali kepala Aryana di pundaknya.
Mendengar perkataan kakaknya hati Aryana menghangat, juga lebih tenang, dia bahagia disaat seperti ini masih ada kakak kembarnya yang begitu menyayanginya dan begitu mengerti dirinya.
Dari tempat duduknya Yudha dan Yasmin bisa melihat interaksi anak-anak kembarnya karena Yudha dan Yasmin duduk di deret kursi yang sama dengan anak-anaknya.
"Aryana kenapa ya, Yah sepertinya dia sedang ada masalah berat dari kemarin lebih banyak diam, aku khawatir dengan kesehatan jantungnya," ucap Yasmin nampak khawatir.
"Ayah juga merasakan perubahan Aryana, tapi kita tanyakan padanya setelah pulang dari Bandung, semoga dari Bandung nanti dia bisa ceria kembali," ucap Yudha penuh harap setelah liburan ini keadaan putri satu-satunya akan kembali ceria dan semangat.
____________________________________
Berusaha up malam ini meski harus merem melek.
Please Like, Vote, Coment and Favorit
Thank You
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
Lina Susilo
bangkit ya ana sayang, benar apa yg dikatakn oleh kak afwa minta lah yg terbaik pada Allah
2022-11-04
0
Endang Subowo
😭😭😭😭😭
2021-09-29
0
Miya Wibowo
lanjut thoorr
2021-09-18
0