"Om Fahmi!, sedang apa disini," ucap Aryana terkejut saat tahu siapa yang menarik tangannya, Aryana juga menjadi salah tingkah ketika ternyata posisinya saat ini ada di pelukan om dokter kesayangannya, wangi maskulin Fahmi membuat Aryana merasakan gelayar aneh dalam dirinya.
Tak dipungkiri bahwa tampilan om Fahminya saat ini kelihatan lebih tampan dan lebih muda beberapa tahun dari umur yang sebenarnya.
"Menemanimu liburan, karena kamu membatalkan liburan kita ke Maldives," jawab Fahmi dengan posisi masih memeluk Aryana.
"Om, bisa nggak lepasin pelukan Om!" pinta Aryana.
"Biarkan seperti ini dulu sebentar, Om kangen banget sama kamu sayang," ucap Fahmi mesra membuat debaran jantung Aryana semakin kencang.
"Kalau Om seperti ini terus, jantung Ana bakal kambuh," ucap Aryana yang membuat Fahmi segera melepas pelukannya.
"Maaf, Om sudah membuatmu takut," ucap Fahmi sedikit menyesal karena rasa rindunya yang tak tertahan ia lupa kalau Aryana mempunyai kelainan jantung.
"Ana kesini sama keluarga, nggak mungkin Ana liburan bareng Om," ucap Aryana.
"Itu bisa di atur sayang, percaya sama Om dan satu hal lagi Om ingin menjelaskan sesuatu padamu, tapi tidak disini," ucap Fahmi.
Saat Fahmi dan Aryana masih terlibat percakapan di pintu kelur toilet sebuah suara mengagetkan mereka, sontak membuat Fahmi dan Aryana terkejut.
"Apa yang kalian lakukan disini?!" ucap Afwa yang tiba-tiba ada di hadapan Aryana dan Fahmi.
"Kakak, aku---"
"Afwa maafkan Om."
"Kakak menunggu di loby sampai jamuran ternyata kamu malah mesra-mesraan disini?" ucap Afwa dengan nada agak meninggi.
"Afwa jangan marahi Aryana, disini Om yang salah!" ucap Fahmi pada Afwa agar tidak salah paham.
Afwa lalu berjalan mendekat ke Aryana dan Fahmi dengan gaya coolnya, Aryana makin tegang ketika sang kakak mendekat, ia takut kalau sampai terjadi keributan.
"Apa kabar Om lama tak bertemu?" ucap Afwa dengan aura tak semenyeramkan tadi.
"Kabar baik Wa," jawab Fahmi tersenyum, Afwa ternyata cukup welcome dengannya berbeda dengan Afwi yang terlihat dingin.
"Sepertinya banyak yang ingin Om jelaskan pada adikku, gunakan waktu kalian sebaik-baiknya, sebelum dzuhur harus sudah selesai," ucap Afwa kemudian pergi meninggalkan adik dan om kesayangannya.
Sepeninggal Afwa, Fahmi mengandeng tangan Aryana keluar dari hotel, sebuah mobil mewah sudah menunggu di depan lobby.
"Kita mau kemana Om?" tanya Aryana sedikit takut.
"Ke suatu tempat," jawab Fahmi.
Tak ada pembicaraan diantara mereka, hanya keheningan yang ada hingga mobil yang mereka tumpangi tiba di sebuah taman, sebenarnya Fahmi ingin membawa Aryana ke villanya yang ada di puncak tapi waktu yang diberikan Afwa hanya sampai dzuhur jadi Fahmi memilih tempat yang tak terlalu jauh dari hotel Dewantara group.
"Ayo turun!" ajak Fahmi.
Fahmi mengandeng tangan Aryana dan megajaknya duduk di kursi taman yang masih terlihat agak sepi.
"Terima kasih atas hadiahnya, Om suka," ucap Fahmi, membuat Aryana terkejut kenapa dalam satu hari om nya sudah menerima paket darinya.
"Kok Om, sudah terima hadiahnya, kata jasa pengiriman paket baru sampai tiga hari lagi," tanya Aryana.
"Kau lupa siapa Om mu ini hemm?"
"Maaf ya Om kalau hadiahnya jelek, tapi aku memberikannya dengan tulus.
"Tak perlu bilang maaf, hadiahmu cantik seperti kamu, om suka," ucap Fahmi dengan masih menggenggam tangan Aryana.
" Ngomong-ngomong, Om, mau bicara apa sampai membawaku kesini?" tanya Aryana.
"Om mau menjelaskan masa lalu Om, agar kau tak salah mengerti, karena Om rasa kamu harus tahu ini. Sekitar tujuh belas tahun yang lalu, Om menyelamatkan seorang wanita dalam keadaan tak sadarkan diri yang ditemukan warga tempat Om bertugas di sebuah desa, sampai om membawanya ke Singapura dengan keadaan masih tak sadarkan diri. Ternyata wanita itu sedang mengandung bayi kembar, dan itu adalah bundamu. Pertama kali melihat wajah bundamu Om sudah merasakan perasaan istimewa namun sayangnya bundamu tidak bisa om miliki. Om bisa saja membawa bundamu pergi jauh namun om sadar hal itu akan melukai banyak orang. Tapi semenjak kelahiranmu perasaan Om pada bundamu sudah menghilang," ujar Fahmi menjelaskan masa lalunya.
"Kenapa perasaan Om pada bunda bisa menghilang saat kelahiran ku?" tanya Aryana.
"Karena aku sudah menemukan pengganti bundamu untuk bertahta di hatiku," jawab Fahmi.
"Lalu kenapa Om tak segera menikahi wanita yang bisa mengantikan posisi bunda di hati Om?" tanya Aryana bingung.
"Karena aku harus menunggu wanita ltu siap menjadi istriku?" jawab Fahmi.
"Selama tujuh belas tahun Om, oh my God, siapa wanita itu?, benar-benar tidak waras meminta Om harus menunggu selama tujuh belas tahun," ucap Aryana sedikit kesal dengan jawaban Fahmi.
Fahmi terkekeh melihat reaksi Aryana saat mendengar jawaban yang ia berikan.
"Kamu mau tahu siapa wanita itu?" tanya Fahmi sambil mendekatkan wajahnya ke telinga Aryana.
"Siapa wanita bodoh itu?"
Fahmi kembali terkekeh mendengar ucapan Aryana.
"Wanita yang kau katakan tidak waras dan bodoh itu sekarang ada di hadapanku," ucap Fahmi sambil tersenyum.
Aryana terdiam mendengar pengakuan Fahmi, pikirannya mencerna apa yang dikatakan Om Fahminya, setelah ia bisa mencerna apa yang dikatakan om nya, matanya membulat sempurna.
"Bagaimana sudah tahu siapa wanita yang bisa mengantikan posisi bundamu?" tanya Fahmi.
"Tidak mungkin," jawab Aryana sambil mengelengkan kepalannya.
"Kenapa tidak mungkin?"
"Om gila, bisa-bisanya Om menungguku dari bayi," ucap Aryana frustasi mendengar kenyataan yang barusan ia dengar.
"Dengarkan Om!, Jangan pernah berfikir aku mencintaimu sejak bayi karena kau anak dari Yasmin, tetapi aku mengikuti kata hatiku, Om yakin kamu jodoh Om," ucap Fahmi benar-benar tulus.
"Kau tahu apa yang Om katakan saat menyematkan nama Aryana Maira Yudhatama padamu?" tanya Fahmi yang dijawab gelengan kepala oleh Aryana.
"Saat menyematkan namamu di hari kelahiranmu, Om berdoa kepada Tuhan bahwa nama inilah yang akan Om sebut saat ijab qobul nanti maka dari itu Om selalu menolak wanita manapun yang ingin mendekati Om dan wanita yang dijodohkan oleh orang tua Om dengan Om," jawab Fahmi dengan nada yang begitu tulus berharap Aryana mengerti semua yang ia jelaskan.
"Apa yang om Fahmi lihat dariku?, aku wanita penyakitan dan nggak tahu kapan Allah memanggilku, kenapa hanya demi wanita sepertiku om mau menunggu belasan tahun, apa om nggak takut aku ternyata bukan jodoh Om?, apa Om nggak takut sebelum aku dewasa Allah sudah memanggilku menghadap-Nya?" ucap Aryana yang memberondong Fahmi banyak pertanyaan.
Fahmi lalu mendekat ke hadapan Aryana, kedua tangannya menakup wajaah cantik Aryana, ia memandang lekat manik mata yang membuatnya gila selama bertahun-tahun.
"Lihat Om Aryana!, tatap mata Om dan dengarkan Om!, Om memilih kamu sebagai pendamping hidup Om, bukan karena Om masih mencintai bundamu, perasaan Om tulus padamu, meski Om juga tahu diri bahwa saat kau dewasa usia Om tak muda lagi dan tak pantas bersanding denganmu namun Om tetap percaya pada Tuhan bahwa doa Om akan terkabul, setiap hari Om selalu berdoa agar Tuhan selalu menjagamu untuk Om sampai, Om bisa menyebut namamu untuk aku halalkan, aku tidak perduli dengan penyakit jantungmu, Om percaya kamu akan sembuh, kamu akan mendapat donor jantung yang cocok denganmu dan setiap detiknya Om selalu mengusahakan kesembuhanmu termasuk mencarikan donor jantung untukmu, jadi Om mohon berhentilah berfikir bahwa Om masih mencintai bundamu, dan rasa sayang Om tidak tulus padamu, I love you so much Aryana Maira Yudhatama," ucap Fahmi serius.
Aryana hanya diam mendengar penjelasan dari Fahmi, dia cukup shock dengan semua pengakuan Fahmi dan ia tak tahu harus menjawab apa. Perlahan Fahmi melepaskan tangannya yang menankup wajah Aryana, ia mengerti bahwa Aryana masih terlalu muda untuk memahami hal ini dan menerima semua penjelasan yang ia katakan mengenai perasaannya.
"Om tahu penjelasan Om membuatmu cukup shock, Om tak memintamu menjawab sekarang, Om tahu kamu butuh waktu, ayo Om antar kamu kembali ke hotel," ucap Fahmi lalu mengandeng tangan Aryana menuju mobil,
Aryana hanya diam membisu dan menurut saat tangannya di gandeng oleh Om Fahmi nya menuju mobil.
"Kau bisa hubungi dimana kakakmu, agar aku bisa menyerahkan mu padanya?" tanya Fahmi pada Aryana yang masih mode diam. Tak ada jawaban apapun dari mulut Aryana membuat Fahmi merutuki kebodohannya.
"Aku nggak mungkin membawa Aryana pulang dalam keadaan seperti ini, kalau Yudha sampai tahu dia akan semakin tidak menyukaiku, bodoh seharusnya aku bisa lebih bersabar saat memberi Aryana penjelasan," gumam Fahmi dalam hati merutuki kebodohannya.
Sedangkan di hotel Afwa sudah mengunggu Aryana di lobby dengan harap-harap cemas, waktu sudah menunjukkan jam sebelas siang namun sang adik tak kunjung memperlihatkan batang hidungnya bersama om dokter kesayangannya itu. Ia sudah menghubungi Aryana namun tak ada jawaban dan sialnya lagi ia tidak tahu nomor telpon dokter Fahmi, Afwa benar-benar merutuki kecerobohannya. Kalau sampai sang ayah tahu ia membiarkan Aryana pergi sendirian dengan dokter Fahmi habislah riwayatnya di tangan sang ayah.
"Huh, tau begini nggak akan aku biarkan om Fahmi membawa Aryana, Ana juga kenapa sedari tadi tidak menjawab telponku atau membalas pesanku. Habislah hidupku jika sampai dzuhur Aryana belum kembali," ucap Afwa dalam hati sambil mondar mandir di lobby hotel, berharap semoga Aryana cepat datang sebelum kedua orang tuanya datang.
____________________________________________
Maaf ya readers author belum bisa mengabulkan permintaan untuk doubel up. Satu episode author target 1300-1400 kata. Jadi merangkai kata dan alur biar nyambung itu susah-susah gampang tergantung mood, kondisi fisik saya dan sikon di dunia nyata. Demi readers sambil nunggu antrian vaksin saya sempatkan ngedraft naskah novel lho.🙏
Please, Like, Vote, Coment and Favorit
Thank You
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
Nuri 73749473729
lanjut
2024-06-08
0
Lina Susilo
maju trus thor
2022-11-04
0
Daffodil Koltim
semoga sllu dilimpahkan kesehatan u authorx,,,,
2021-10-09
0