Happy Reading
.
Setelah mendapat nasehat dari Afwi, kini Aryana mulai bersemangat kembali, ia akan menata hidupnya kembali dengan lebih baik. Benar kata sang kakak ia tak boleh mengorbankan keluarga yang menyayanginya demi perasaannya yang tak terbalaskan pada Ghavin. Pagi ini Aryana begitu ceria, terlihat sangat cantik dengan seragam abu-abu putihnya, ia mencoba menyemangati diri sendiri dan mencoba berdamai dengan keadaan. Ia keluar kamar menuju meja makan, di sana sudah ada ayah, bunda, Azka dan Afwi, tinggal dia sendiri yang belum hadir di meja makan untuk sarapan.
"Hai, semua maaf ya aku terlambat," ucap Aryana dengan senyum manis di bibirnya membuat Afwi mengulum senyum lega, ia bisa merasakan bahwa keadaan Aryana sudah lebih baik.
"Sayang, bagaimana keadaanmu sudah baik kanq?" tanya bunda yang sukses membuat sang ayah yang sedang menyantap sarapan mendongakkan kepalanya karena terkejut.
"Kamu sakit Ana?" tanya Ayah terkejut.
"Ehm..., cuma pusing sedikit sama nggak enak badan karena banyak tugas dari sekolah?" jawab Aryana.
"Ana?, sudah berapa kali ayah bilang jangan diforsir, ayah sudah menjelaskan tentang keadaanmu pada pihak sekolah, jadi mereka akan memaklumi keadaanmu," ucap Yudha.
"Ayah tidak usah khawatir aku baik-baik saja, aku bisa jaga kesehatanku lagipula 'kan ada bodyguard yang selalu menjagaku di sekolah," ucap Aryana menenangkan ke khawatiran sang ayah. Kalau saja ayahnya tahu tentang masalahnya yang sebenarnya sudah habis Ghavin dan keluarganya di tangan sang ayah.
"Ana sayang, kami semua sayang padamu, jadi kalau kamu merasa sakit dan ada masalah kamu harus cerita, kami tak ingin terjadi apa-apa denganmu," ucap bunda memberi pengertian pada Aryana.
"Iya, Bunda, maaf kalau kemarin Ana membuat kalian khawatir," ucap Aryana menyesal.
"Ya sudah, selesaikan sarapan kalian dan segera berangkat?" perintah bunda.
Ketiga anaknya segera menghabiskan sarapannya, lalu mereka segera berangkat ke sekolah. Tak lupa mereka mencium tangan dan cipika cipiki dengan kedua orang tua mereka. Terutama Aryana tak hanya mencium tangan dan pipi ayahnya, ia punya kebiasaan memeluk sang ayah ketika akan berangkat ke sekolah entah kenapa pelukan hangat sang ayah membuatnya tenang dan merasa kuat menjalani hari-harinya. Yudha pun tak keberatan dengan hal itu, ia selalu membalas pelukan putrinya Aryana untuk mentransfer semua kekuatan pada putri satu - satunya yang di vonis menderita kelainan jantung sejak bayi. Yudha dan Yasmin pernah berkonsultasi dengan psikolog tentang kejiwaan Aryana yang mengindap kelainan jantung saat usia Aryana sepuluh tahun. Hasilnya, Aryana merasa minder dengan penyakitnya dan keluargalah yang harus mengambil peran besar untuk membuat Aryana tetap semangat hidup dan percaya diri.
"Dek, nanti bilang bunda ya aku pulang terlambat, kakak ada latihan karate buat lomba minggu depan, jadi nanti aku cuma antar kamu sampai gang depan!" pinta Afwi setelah sampai di sekolah.
"Ih Kakak, kenapa tadi nggak bilang bunda sekalian sih," ucap Aryana cemberut.
"Maaf, tadi kakak lupa," ucap Afwi.
"Ya, sudah aku masuk kelas dulu," ucap Aryana yang langsung pergi meninggalkan Afwi menuju kelasnya.
Sampai kelas Aryana sudah di todong oleh kedua sahabatnya, siapa lagi kalau bukan Franda dan Niken.
"Ah akhirnya dewi penyelamat kita datang," ucap Niken sambil merangkul Aryana dan mendudukkannya di kursi.
"Dewi penyelamat apaan sih!" sungut Aryana kesal ia tahu kebiasaan dua sahabatnya, pasti masalah dengan rumus kimia.
"PR kimianya!" pinta Franda sambil menengadahkan tangannya pada Aryana dengan muka memelas.
Aryana dengan malas mengeluarkan buku PR kimianya dengan malas dan menaruhnya di atas tangan Franda. Terlihat muka berbinar dari dua sahabatnya setelah menerima buku PR kimia dari Aryana. Segera Niken dan Franda menyalin PR milik Aryana ke buku mereka karena waktu mereka tinggal 10 menit sebelum bel masuk berbunyi. Entah kenapa jika mengenai pelajaran kimia IQ dua sahabatnya itu jadi seperti udang tapi kalau pelajaran bahasa inggris dan yang pelajaran lain dua sahabatnya cukup pintar.
Bel masuk pun terdengar para siswa mulai yang masih di luar memasuki kelas, buku PR Aryana sudah dikembalikan oleh dua sahabatnya. Aryana mengikuti pembelajaran dengan serius, ia sudah bertekad untuk tak memikirkan Ghavin lagi, masa depan yang cerah menantinya, ia harus menjadi sosok yang kuat dengan segala kekurangannya karena mau tidak mau ia adalah salah satu pewaris Dewantara group. Perusahaan nomor dua di Tanah Air karena posisi pertama di tempati perusahaan keluarga Om Fahminya.
Detik demi detik berlalu, akhirnya Pelajaran untuk hari ini selesai, para siswa berhamburan dengan canda dan tawa keluar seolah seperti habis di kurung di penjara. Aryana juga keluar menuju parkiran karena kakaknya Afwi pasti sudah menunggu di sana. Saat berjalan melewati ruang perpustakaan Aryana seperti mendengar suara dua orang lak-laki dan perempuan sedang berbicara, asal suara berasal dari belakang perpustakaan. Biasanya Aryana cuek dengan hal-hal yang menurutnya tak berfaedah tapi entah kenapa kali ini ia sangat kepo. Aryana berjalan pelan ke belakang perpustakaan, Aryana mencari sumber suara dan ketika Aryana melihat siapa dua orang yang sedang berbicara ia menutup mulutnya tak percaya dua siswa berjenis kelamin berbeda sedang melakukan hal yang tak pantas dilakukan, apalagi Aryana kenal betul siapa sosok laki-laki yang sedang melakukan hal yang hanya pantas dilakukan pasangan halal.
"Astagfirullahaladzim, kenapa mereka melakukan hal seperti itu, disekolah lagi, tak kusangka kamu seperti itu," batin Aryana kemudian ia segera berlalu dari tkp, sekarang ia tahu seperti apa akhlak pria yang telah mengisi hatinya, hatinya berdesir ngilu. Sungguh apa yang ia lihat sangat jauh dari ajaran keluarganya. Kalau sampai ia melakukan hal seperti itu dan ayah bunda nya tau ia bisa dicoret dari kartu keluarga.
"Hai, Kak maaf lama ya nunggunya?" ucap Aryana tersenyum tanpa dosa padahal muka kakaknya sudah terlihat kesal.
"Kamu kemana aja sih, lama amat?, kakak mau segera latihan," tanya Afwi sambil mendengus kesal.
"Maaf, Kak tadi Ana pas keluar kelas kebelet ke kamar mandi," jawab Aryana sambil nyengir kuda.
"Ya, sudah ayo naik!" perintah Afwi.
Afwi pun segera melajukan motornya ke gang dimana biasanya supir mereka menunggu. Aryana pun langsung masuk ke dalam mobil, supir pun segera melajukan mobilnya setelah nonanya masuk ke mobil. Di dalam mobil Aryana masih terbayang adegan tak senonoh oleh laki-laki yang disukainya. Meski hatinya sakit ia bertekad untuk melupakan sosok Ghavin. Bundanya adalah wanita shalihah dan sang ayah juga ditambah didikan disiplin dan bertanggung jawab dari sang ayah, jelas seorang Ghavin tak akan diterima di keluarga Dewantara. Aryana memejamkan matanya, hatinya berkecamuk. Sepertinya ia harus memantapkan hatinya untuk melupakan Ghavin, ia ingat apa yang dikatakan kakaknya Afwi tentang Ghavin, insting seorang laki-laki terhadap laki-laki yang lain boleh di bilang cukup tajam.
"Sepertinya aku harus belajar melupakan kak Ghavin, bukan aku yang tak pantas buat kak Ghavin tetapi kak Ghavin lah yang tidak pantas untukku," gumam Aryana dalam hati sambil menyemangati dirinya sendiri.
Lamunan Aryana tiba-tiba buyar ketika sebuah tepukan melayang di pundaknya, Azka sudah ada di dalam mobil. Saking serius memikirkan Ghavin, ia sampai jika mobilnya sudah di depan depan sekolah sang adik.
"Kak Ana ngalamun apa hayo?" ucap Azka sambil memukul ringan lengan Aryana.
"Ih sejak kapan kamu disini?" tanya Aryana.
"Ya sejak kakak melamun, sampai nggak nyadar mobil sudah di depan sekolahku," cebik Azka.
"Ya Allah, gara-gara kak Ghavin aku sampai melamun begini," batin Yasmin.
"Ayo pak Yanto jalan!" pinta Azka.
"Aku harap kakak nggak melamun kan yang jorok-jorok ya," goda Azka.
"Heh, anak kecil jangan sembarangan kalau ngomong!" ucap Aryana kesal karena dituduh berfikir jorok.
"Ya siapa tahu," ucap Azka.
"Dasar kamu ya, adik nggak ada ahklak!" ucap Aryana sambil memukul lengan Azka.
"Sudah-sudah Non, Aden, jangan bertengkar di mobil bahaya, bapak lagi nyetir ini, nanti kalau nabrak gimana!" tegur pak Yanto karen kedua anak majikanya menganggu konsentrasinya saat menyetir.
Mendengar teguran pak Yanto, Aryana dan Azka langsung diam.
"Maaf, Pak Yanto," ucap Aryana.
"Nggak apa-apa, Non, bapak cuma takut terjadi apa-apa sama Non Ana dan Den Azka," ucap pak Yanto.
Sampai di rumah, Aryana dan Azka langsung menuju kamar masing-masing untuk berganti pakaian dan bersiap makan siang.
Sedangkan di tempat lain dua anak manusia berbeda gender masih meneruskan perbincangannya di belakang perpus sambil bermesraan.
"Vin, bener 'kan kamu akan jadikan aku pacar kamu?" tanya Selvi, salah satu fans berat Ghavin yang juga siswa kelas tiga namun beda kelas.
Selvi siswa yang cukup cantik dengan body yang aduhai, Ghavin yang tau bahwa Selvi menyukainya lalu Ghavin memanfaatkannya hanya untuk bermain-main.
"Tentu saja, Sayang, akan aku berikan status sebagai kekasih ku," ucap Ghavin penuh rayuan gombal.
Memang banyak siswa cewek yang mengidam-idamkan dipacari oleh seorang Ghavin tanpa mereka tahu kelakuan Ghavin yang sebenarnya seperti apa.
"Kamu benar-benar hebat, kamu cantik, besok kita ketemu lagi disini sayang!" pinta Ghavin.
"Oke, Honey apapun untukmu," ucap Selvi manja.
Ghavin dan Selvi keluar dari belakang perpustakaan sendiri-sendiri setelah memastikan keadaan aman.
__________________________________________
Hai Readers jangan ditiru ya sikap Franda dan Niken yang nyontek PR milik Aryana. Sesulit apapun PR yang diberikan guru harus dikerjakan sendiri sebisanya, juga kelakuan Ghavin dan Selvi.
Please Like, Vote, Coment, Favorit and Rate bintang lima
Thank you
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
Een Mely Santi
ky y Gavin anak y Dinda sm raka
2022-11-28
0
Lina Susilo
ampun deh si ghavin
2022-11-03
0
Miya Wibowo
lanjut thoorr
2021-09-17
0