Happy Reading
.
Aryana bangun dari tidurnya, ia merasa badannya lebih enak, nyeri di dadanya juga sudah berkurang. Aryana melihat jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul tiga sore, bersamaan itu terdengar suara adzan ashar. Aryana beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi lalu mengambil wudhu untuk melaksanakan shalat ashar. Setelah melaksanakan shalat ashar Aryana menuju meja belajarnya ada tiga mata pelajaran yang memberikan PR, ia harus mencicilnya dari sore. Selagi ia mengerjakan PR terdengar pintu kamarnya di ketuk.
Tok tok
"Dek, kamu di dalam?"panggil Afwi dari luar kamar.
"Ya, Kak, sebentar," sahut Yasmin dari dalam.
Ceklek
Aryana membuka pintu dan tampaklah kakaknya Afwi sedang berdiri di depan pintu sambil tersenyum. Senyum manis dan menenangkan yang mirip sang ayah.
"Kamu sedang apa, Dek?" tanya Afwi.
"Sedang mencicil mengerjakan pr Kak," jawab Aryana.
"Boleh aku masuk?" tanya Afwi.
"Boleh, masuklah, biasanya juga langsung nylonong aja," jawab Yasmin.
Afwi hanya nyengir mendengar omongan sang adik, ia langsung masuk ke kamar Aryana dan duduk di tepi ranjang Aryana.
"Ada apa Kak Afwi mencari ku?" tanya Aryana.
"Nggak apa-apa, hanya ingin melihat keadaanmu," jawab Afwi.
"Memang aku kenapa?" tanya Aryana.
"Tadi siang kamu terlihat tak bersemangat dan lebih pendiam, ada apa?" tanya Afwi lembut.
"Aku tadi cuma kecapean dan lagi malas ngomong aja," jawab Aryana berbohong.
"Na, jangan lupakan kita lahir kembar, jadi apa yang kamu rasakan aku dan kak Afwa pasti juga ikut merasakannya," ucap Afwi.
Aryana yang mendengar perkataan Afwi merasa bersalah telah membohongi saudara kembarnya, memang sedari kecil mereka bertiga memiliki ikatan batin yang kuat, namun yang paling perhatian dengannya adalah saudara kembarnya Afwi.
"Maaf," hanya kata itu yang keluar dari mulut Aryana.
"Sekarang katakan dengan jujur, sebenarnya apa yang terjadi padamu hari ini, kalau sampai kak Afwa juga merasakannya berarti ada sesuatu yang terjadi padamu?" tanya Afwi.
Aryana lalu berjalan dan duduk di tepi ranjang bersebelahan dengan Afwi, Aryana menggenggam tangan Afwi seolah mencari kekuatan di sana.
"Aku akan jujur tapi kak Afwi harus janji jangan katakan hal ini pada ayah dan bunda," ucap Aryana.
"Oke aku janji," ucap Afwi meyakinkan Aryana.
"Sebenarnya tadi siang aku tiba-tiba merasakan nyeri di dadaku, aku sedih dengan keadaanku yang seperti ini," ucap Aryana berkaca-kaca.
"Ya Allah, Dek, kenapa kamu nggak bilang kalau kamu sakit?" ucap Afwi kaget dan khawatir.
"Maaf, aku hanya tak ingin kalian mengkhawatirkan aku, sejak kecil aku sudah menyusahkan ayah dan bunda," ucap Aryana sendu.
"Hei, dengarkan kakak, tak ada yang menganggapmu menyusahkan, kamu adalah berlian kami yang paling indah, kamu adalah gadis cantik kesayangan kami, kamu sangat berharga untuk kami, ayah, bunda, kak Afwa, Azka dan aku sangat menyayangi kamu. Kakak mohon jangan karena perasaanmu ke Ghavin yang bertepuk sebelah tangan itu kamu jadi banyak pikiran dan nggak punya semangat hidup. Kamu wanita sholehah seperti bunda, jadi aku yakin suatu saat akan ada laki-laki yang mencintaimu dengan tulus, yang akan menerima kelebihan dan kekuranganmu dengan ikhlas tetapi laki-laki itu bukanlah Ghavin," ucap Afwi sambil menakup kedua tangannya ke wajah sang adik.
"Apa aku akan kuat, Kak?" tanya Aryana sendu.
"Kuat, kakak yakin kamu akan kuat, kakak minta lupakan Ghavin, kalau dia jodohmu sejauh apapun kalian terpisah pasti akan bersatu tetapi jika ia bukan jodohmu maka se erat apapun hubungan kalian pasti akan berpisah. Hati tau kemana ia akan pulang, lagi pula kamu masih muda jalan masih panjang, lebih baik pikirkan masa depanmu, belajar yang benar biar kamu bisa masuk fakultas kedokteran yang kamu impikan, ingat pesan bunda, Allah selalu tau apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Allah memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan, Kakak harap kamu paham," ucap Afwi.
Mendengar apa yang di ucapkan Afwa, hati Aryana merasa teduh, sang kakak yang berwajah datar tetapi tetap tampan begitu sangat menyayanginya. Jika orang lain yang mendengar apa yang Afwi ucapkan barusan pasti mereka akan pingsan.
"Kakak," ucap Aryana lalu memeluk Afwi erat, ia terisak meluapkan semua rasa sesak di dadanya.
Wangi maskulin milik sang kakak membuatnya tenang, pelukan Afwi hampir sama dengan pelukan hangat dan wangi lembut sang ayah. Afwi membelai lembut kepala Aryana penuh sayang, ingin rasanya ia menghajar manusia bernama Ghavin Herlambang itu dengan semua jurus karate yang ia miliki. Meski Ghavin tak bersalah dalam hal ini tapi ia geram dengan muka songgong Ghavin yang sok kecakepan itu. Situasi lah yang membuat adiknya begini, dalam hati ia berharap bukan Ghavin jodoh sang adik tercintanya.
Aryana mengurai pelukkannya sembari mengusap air matanya. Afwi membantu mengusap air mata sang adik dengan lembut.
"Sudah menanggisnya, nanti cantiknya hilang, dan kalau sampai bunda tanya bagaimana, hayo?" goda Afwi sambil masih menenangkan Aryana.
Memang Aryana akan lebih terbuka dan jujur dengan kakak-kakaknya karena selain dekat dua kakak laki-lakinya tak akan bisa ia bohongi. Afwa meskipun sudah dua tahun ini jauh masih tetap bisa merasakan jika terjadi sesuatu hal yang tak mengenakan menimpa Aryana.
"Ini sudah sore sebaiknya kamu mandi biar segar, kakak mau cuci motor dulu," ucap Afwi, lalu mencium kening sang adik kemudian ia beranjak meninggalkan kamar Aryana.
Setelah Afwi meninggalkan kamarnya, Aryana memikirkan apa yang barusan dikatakan sang kakak. Ia tak boleh mengorbankan perasaan keluargannya hanya karena persaan cintanya pada sosok Ghavin yang tak pernah memandangnya sama sekali, apala ulangan semester kenaikan kelas sudah di depan mata. Aryana tidak mau mengecewakan ayah bundanya yang telah mengorbankan segalanya untuknya. Meski Aryana tau bahwa ayahnya bukan hanya seorang tentara tetapi pemilik DW group, dia tak lulus SMA pun ia masih bisa hidup enak namun ia ingin meniti masa depannya sendiri tanpa embel-embel Dewantara group.
Tiba-tiba ponsel Aryana berbunyi, tertera disana panggilan vc dari om Fahmi, meski sedikit heran karena tumben om Fahmi nya menelpon, Aryana mengeser tombol hijau di ponselnya.
Aryana
"Hallo Om Assalamulaikum."
Om Fahmi
"Waalaikumsalam Sayang."
Terlihat di layar ponsel Aryana wajah pria seumuran ayah Yudha tetapi masih tetap imut dan ganteng dengan jas putih yang dipakainya.
Aryana
"Ada hal apa om menelponku?"
Om Fahmi
"Nggak apa-apa om hanya tiba-tiba teringat gadis cantik om."
Aryana
"Ih Om Fahmi gitu deh, jangan bilang aku gadis cantik nanti kalau pacar Om dengar aku bisa dilabrak."
Om Fahmi
"Om nggak punca pacar jadi tak usah takut dilabrak. By the way dadamu masih sering sakit?"
Aryana
"Sedikit Om, tapi nggak apa-apa, aku masih minum obat yang Om kasih."
Om Fahmi
"Sakitnya biasa atau sakit banget?"
Aryana
"Jujur Om kemarin sakit banget tapi aku tahan biar nggak ketahuan bunda, aku nggak mau bunda khawatir, tapi akhirnya ketahuan sama kak Afwi, kita kan lahir kembar dari kecil perasaan kami sensitif dan tertaut satu sama lain."
Om Fahmi
"Terus sekarang bagaimana rasanya dadamu?"
Aryana
"Sudah nggak apa-apa tapi kadang-kadang nyeri sedikit."
Om Fahmi
"Aryana Sayang, kamu jangan kecapean!, jangan banyak pikiran!, Om yakin kamu memikirkan sesuatu yang berat jadi perasaanmu jadi tertekan akhirnya memicu rasa sakit di dadamu. Ayo jujur sama om, kamu mikirin apa hemm?"
Aryana
"Ana nggak mikirin apa-apa kok cuma kecapean tugas sekolah."
Om Fahmi
"Baiklah, Om percaya sama kamu, tapi ingat jangan banyak pikiran, jika kamu punya masalah Om siap mendengarkan dan siap membantumu."
Aryana
"Terima kasih atas perhatian Om Fahmi, siapapun yang akan mendampingi Om nanti adalah wanita yang paling bahagia karena Om orang yang sangat baik, perhatian, penuh kasih sayang dan dermawan."
Om Fahmi
"Kamu bisa aja Sayang, sudah dulu ya Om mau kerja lagi, ingat pesan Om dan jaga diri baik-baik!, Assalamualaikum."
Aryana
"Waalaikumsalam."
Selesai menelpon Aryana merebahkan tubuhnya di tempat tidur, matanya memandang langit-langit kamarnya. Satu lagi orang begitu menyayanginya padahal ia orang lain, tak ada hubungan keluarga ataupun kerabat. Om Fahminya yang memantau kesehatan jantungnya sejak bayi. Di layar hp nya tadi entah kenapa Om Fahminya tampak masih muda dan tampan meski umurnya hampir sama dengan ayahnya. Wajah Om Fahmi nya masih seperti anak kuliahan, namun yang membuat Aryana heran kenapa sampai sekarang Om Fahmi belum menikah padahal dilihat dari segi apapun Om Fahmi sudah sangat layak untuk menikah, dengan semua apa yang om Fahmi miliki ia bisa dapatkan wanita manapun yang ia mau.
"Kenapa om Fahmi sampai sekarang belum menikah ya?, padahal dia tampan, baik, tajir atau jangan-jangan..., ah nggak mungkin, aku yakin om Fahmi laki-laki normal, ya Allah mikir apa sih aku ini," batin Aryana.
Selagi Aryana sibuk dengan pikirannya memikirkan Fahmi, di negara singa dokter Fahmi duduk di kursi ruang prakteknya yang masih kosong karena ia belum memulai praktek. Ia juga memikirkan Aryana, gadis cantiknya yang menjadi separuh jiwanya yang membuat ia melajang sampai sekarang.
"Aku tahu kamu bohong Aryana sayang, karena kamu tak pernah lepas dari pengawasanku," gumam dokter Fahmi dalam hati.
___________________________________________
Please Like, Vote and Coment
Thank You
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
Her Man
apa ya dokter fahmi,,jatuh cinta sma aryana.
2023-03-22
0
Een Mely Santi
aq msh ingat kata2 om Fahmi waktu Yasmin lhrn bahwa iya lh kelak yg akan jd jodoh y aryana
2022-11-28
0
Lina Susilo
semangat aryana kamu pasti bisa 💪💪💪
2022-11-03
0