Happy Reading
Seminggu berlalu begitu cepat, Afwi dan Aryana sudah selesai dengan uLangan semester satu, seminggu setelah uas adalah jadwal ulangan susulan dan remidi bagi siswa yang nilainya masih kurang. Namun Aryana dan Afwi selama ini tidak pernah masuk dalam kriteria remidi maupun uas susulan karena saudara kembar tersebut termasuk anak yang pintar
Tibalah saatnya penerimaan raport, sewaktu Aryana dan Afwi kelas sepuluh, Yasmin yang selalu mengambil raport Afwi dan Aryana namun uas semester satu di kelas sebelas Yudha lah yang mengambil karena Yasmin ada pertemuan persit yang sangat penting.
Pandangan sebagian siswa tertuju pada seorang laki-laki berseragam loreng tampak masih begitu gagah dan tampan meski umurnya sudah tak muda lagi. Beberapa siswa perempuan bahkan ada yang terpana dan berceloteh yang bukan-bukan.
"Haduh ganteng banget, dada bidangnya itu, ah nyamannya kalau bisa nyender di dadanya," ucap salah satu siswa perempuan dengan gaya centilnya.
"OMG, mau dong jadikan pacar, yang kedua juga nggak apa-apa," ucapan ngaco salah seorang siswa perempuan yang lain.
Yudha yang merasa diperhatikan para siswa perempuan tampak tak perduli, ia terus berjalan menuju ruang kepala sekolah. Tak hanya siswa perempuan yang memperhatikannya namun beberapa siswa laki-laki yang memperhatikannya tak terkecuali Ghavin dan teman-temannya.
"Vin, lu lihat om tentara itu keliatannya sudah berumur tapi badan nya men masih keren, kira-kira siapa dia," ucap Farel pada Ghavin.
"Mana gue tahu emang gue paranormal, bisa tahu siapa tuh om tentara itu," sungut Ghavin.
Sedangkan saat Yudha berjalan ia berpapasan dengan salah seorang guru bernama Irawan yang juga menjabat sebagai wakil kepala sekolah
"Pak Yudha!, sapa pak Irawan.
"Pak Irawan, apa kabar?" tanya Yudha.
"Kabar baik Pak, bapak mau mengambil raport Aryana dan Afwi?" tanya pak Irawan.
"Iya, tapi saya ingin menemui kepala sekolah dulu," jawab Yudha.
"Oh kalau begitu mari saya antar," ucap pak Irawan.
"Terima kasih," ucap Yudha.
Pak Irawan lalu mengantar Yudha ke ruang kepala sekolah.
Tok tok
"Selamat siang pak!" ucap pak Irawan.
"Selamat siang!" balas seorang pria paruh baya dari salam ruangan.
Bapak kepala sekolah begitu terkejut ketika melihat siapa yang datang ke ruangannya bersama pak Irawan.
"Pak Irawan, Pak Yudha mari silahkan masuk!" pinta kepala sekolah yang bernama Rahman.
Pak Rahman mempersilahkan Yudha dan pak Irawan untuk duduk, namun pak Irawan mohon pamit undur diri karena ia hanya mengantar Yudha. Sekarang tinggallah pak Rahman dan Yudha di ruang kepala sekolah.
"Apa kabar pak Yudha?, suatu kehormatan bapak datang ke sekolah kami," ucap pak Rahman yang terlihat begitu mengormati Yudha.
"Alhamdulillah kabar saya baik," jawab Yudha sambil tersenyum ramah.
"Bapak mau ambil raport Aryana dan Afwi?" tanya pak Rahman.
"Iya, karena bundanya ada pertemuan persit yang sangat penting, jadi saya yang mengambil raport anak-anak sekalian bersilaturahmi dengan anda dan wali kelas anak-anak," jawab Yudha yang membuat pak Rahman semakin kagum dengan sosok di depannya ini.
Sosok seorang tentara dan putra presdir perusahaan besar yang baik, dermawan dan rendah hati. Papa Dimas sudah bisa mengambil alih Dewantara group karena beliau sudah purna tapi papa Dimas belum bisa mewariskan Dw group pada Yudha karena Yudha masih tentara aktif.
"Saya mengucapkan terima kasih Pak Yudha bersedia menitipkan putra putri bapak untuk di didik disekolah kami padahal dengan kepintaran Aryana dan Afwi juga finansial yang bapak miliki, putra putri bapak bisa bersekolah di sekolah ternama dan berkelas, namun Pak Yudha malah memilih menyekolahkan Aryana dan Afwi disekolah negeri yang siswanya berasal dari berbagai macam kalangan bahkan separuh siswa kami dari kalangan kurang mampu namun cukup berprestasi.
"Itu pilihan anak-anak sendiri, saya hanya berusaha menghargai keinginan mereka, bagi saya menimba ilmu di manapun sama saja yang penting yang menjalaninya nyaman, toh pilihan mereka bersekolah disini bukan pilihan yang buruk, banyak anak-anak di luar sana yang juga berebut ingin bersekolah negeri di SMA ini," ujar Yudha.
"Saya kagum dengan pemikiran pak Yudha, pantas Aryana dan Afwi juga low profile, dari sikap, penampilan, Aryana dan Afwi terlihat biasa, mereka anak yang baik, tak pernah menunjukkan kekayaan orang tua. Sampai saat ini tidak ada yang tahu siapa sebenarnya Aryana dan Afwi kecuali saya, sesuai permintaan anda," ucap pak Rahman.
"Terima kasih, Pak Rahman bisa menjaga amanah sampai sekarang, saya merahasiakan siapa Aryana dan Afwi sebenarnya juga atas permintaan anak-anak sendiri. Mereka hanya ingin di kenal hanya sebagai anak seorang tentara bukan seorang presdir. Sifat anak-anak saya mengingatkan saya pada bundanya. Saat pengantin baru, saya memberi istri saya tiga buah kartu debet, dua kartu adalah hasil dari restoran dan saham perusahaan dan yang satu adalah kartu merah putih yang berisi gaji saya sebagai tentara namun bundanya anak-anak hanya mengambil kartu merah putih, katanya ia menikah dengan tentara bukan pengusaha, dari kejadian itu saya semakin kagum dan semakin mencintai istri saya. Sebagai rasa terima kasih saya, jika bapak membutuhkan bantuan untuk sekolah ini, sebisa mungkin saya akan membantu," ucap Yudha.
"Terima kasih atas tawaran Pak Yudha, Oh iya saya ingat sekolah kami akan melakukan pembinaan pada siswa tentang wawasan kebangsaan, saya ingin bekerjasama dengan instansi militer dalam kegiatan ini, apa kami bisa meminta bantuan dari kesatuan Pak Yudha?" tanya pak Rahman.
"Tentu saja, dengan senang hati kesatuan kami akan membantu program wawasan kebangsaan untuk menanamkan cinta tanah air pada generasi muda. Silahkan bapak buat surat permohonan ke kesatuan saya, selebihnya saya yang akan mengurus," ucap Yudha.
"Terima kasih, Pak Yudha sudah bersedia membantu program sekolah kami," ucap Pak Rahman.
"Sama-sama Pak, membantu mendidik generasi muda agar lebih mencintai tanah airnya juga bagian dari kewajiban kami sebagai abdi negara. Selain itu agar antara TNI manunggal dengan rakyat. Sepertinya saya harus segera ke kelas anak saya," ucap Yudha.
"Oh iya silahkan, terima kasih atas kedatangan bapak," ucap pak Rahman.
"Sama-sama," ucap Yudha kemudian segera menuju ruang kelas Aryana dan Afwi.
Sampai di kelas Aryana, Yudha langsung masuk lalu menyapa wali kelas dan wali murid yang lain kemudian duduk bersama para wali murid yang hanya tinggal empat orang. Tak ada yang menyangka jika seorang presdir Dewantara Group bersedia bersama masyarakat biasa mengantri mengambil raport sang anak. Itulah Yudhatama Dewantara. Saat di sekolah sang anak dia akan memposisikan dirinya sebagai seorang ayah bukan sebagai presdir atau komandan kesatuan.
Tibalah sekarang giliran Yudha ke depan mengambil raport Aryana.
"Selamat siang bu!" sapa Yudha ramah membuat wali kelas Aryana yang berjenis kelamin perempuan itu pun terpana melihat wajah tampan Yudha yang tersenyum ramah meski sudah berkepala empat.
"Oh iya, selamat siang anda wali dari Aryana?" tanya wali kelas yang bertag name Kamila.
"Iya Bu saya ayah Aryana, bagaimana nilai anak saya, Bu?" tanya Yudha.
"Selamat, semester ini Aryana menempati rangking pertama di kelas dan juga menempati nilai tertinggi diantara semua kelas XI, Aryana anak yang cerdas hampir nilainya mendekati sempurna terutama di pelajaran ilmu pasti seperti matematika, fisika, kimia," jawab bu Kamila.
"Alhamdulillah, anak itu memang kerjaanya hanya belajar jarang kemana-mana," ucap Yudha.
"Tolong prestasinya ini dipertahankan dan lebih giat belajar lagi," ucap bu Kamila.
"Iya Bu nanti kami akan lebih memperhatikan Aryana agar lebih baik kedepannya, terima kasih banyak atas bimbingannya, maafkan jika Aryana selama belajar disini kadang membuat bapak ibu repot," ucap Yudha.
"Aryana anak yang baik tidak pernah merepotkan kami, justru Aryana mengharumkan nama sekolah sewaktu mengikuti lomba OSN Matematika dengan menyabet juara satu tingkat kabupaten," ucap bu Kamila.
"Saya rasa masih banyak wali yang lain, saya permisi bu mau ganti ke kelas Afwi," ucap Yudha.
"Iya Pak Yudha, silahkan!" ucap bu Kamila.
Yudha kemudian keluar menuju kelas Afwi. Setelah mengambil raport kedua anaknya, Yudha berjalan menuju parkiran melewati beberapa kelas, beberapa siswa dan wali yang melihat Yudha cukup terkesan bahkan terpesona dengan penampilan Yudha yang terlihat gagah dan tampan dengan seragam lorengnya juga baret pasukan elite yang ia pakai. Langkah Yudha terhenti ketika mendengar seseorang memanggilnya.
"Ayah...!" panggil Aryana.
Yudha menoleh kemudian tersenyum ketika melihat siapa yang memanggilnya.
"Ayah sudah ambil rapotku?" tanya Aryana ketika sudah mendekat dengan sang ayah.
"Sudah."
"Bagaimana hasilnya?" tanya Aryana
"Lihat saja sendiri," jawab Yudha sambil menyodorkan buku raport Aryana.
Aryana langsung membuka rapornya, ia begitu girang ketika melihat nilai raportnya dan reflek memeluk sang ayah. Yudha yang dipeluk putrinya tersenyum sambil mengelus kepala putrinya. Meski punya kelainan jantung bawaan, Aryana di anugerahi otak yang cerdas.
Interaksi ayah dan anak itu pun menjadi pusat perhatian beberapa siswa. Ternyata Om berseragam loreng yang sempat mereka kagumi tadi adalah wali murid teman mereka.
"Selamat ya Sayang, niaimu tertinggi," ucap Yudha.
"Terima kasih ayah, oh akhirnya aku bisa ke Maldives," ucap Aryana setelah mengurai pelukannya.
"Maldives, kamu mau kesana?" tanya Yudha.
"Iya, hadiah dari Om Fahmi kalau nilaiku bagus," ucap Aryana sambil tersenyum.
"Memang kamu kesana dengan siapa, hemm?" tanya Yudha.
"Sama om Fahmi," jawab Aryana membuat Yudha terkejut.
"Apaaa!, Fahmi?"
______________________________________________
Maaf readers telat up karena ngurusi PJJ anak soalnya PPKM yang diperpanjang lagi 🙏
Please Like, Vote, Coment, Rate and Favorit
Thank You
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
Enung Samsiah
jadi geli, nanti mertua sm menantu hmpir seumuran, wkwkwk
2023-11-08
0
Een Mely Santi
sabar pa Yuda itu calon mantu mu😀
2022-11-28
0
Lina Susilo
siap2 trima fahmi sebagai mantu ya ayah yudha 😂😂
2022-11-04
0