Happy Reading
Sampai di kamar, Aryana melepas sepatu dan seragamnya lalu berganti pakaian rumahan kemudian ke kamar mandi untuk bersih-bersih sekalian mengambil wudhu karena sudah masuk shalat dzuhur. Setelah menunaikan kewajibannya Aryana merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Pikirannya menerawang, entah kenapa ia kepikiran perkataan kakaknya Afwi tadi di parkiran sekolah tentang dirinya dan om Fahmi juga pendapat dua sahabatnya tentang ketampanan om nya yang masih kentara meski usianya hampir seperti ayahnya.
"Aku kok tiba-tiba kepikiran kata kak Afwi tadi ya, telpon dengan om Fahmi seperti ngobrol sama pacar, terus tadi di Franda dan Niken bilang om Fahmi ganteng banget, apa iya, kok aku sampai nggak nyadar kalau om Fahmi gantengnya kebangetan, mungkin karena aku terlalu fokus ke kak Ghavin jadi aku tak menyadari hal itu, Ya Allah perasaan apa ini?" tanya Aryana dalam hati.
Aryana masih bingung dengan perasaannya, karena mungkin terlalu lelah dan perutnya sudah kenyang, ia tertidur pulas sampai ia tak mendengar pintu kamarnya di ketuk.
Yasmin mengetuk pintu kamar putrinya namun tak ada jawaban, lalu ia mencoba membuka pintu kamar Aryana yang ternyata tidak di kunci, di dalam kamar ia melihat putrinya sudah tertidur pulas. Ia memandang lekat wajah cantik putrinya, ia usap kepala putrinya dengan lembut.
"Benarkah kata kakakmu, Sayang, kalau kamu ingin menikah muda karena kelainan jantungmu, maafkan ayah dan bunda, kami belum bisa mendapatkan donor jantung yang cocok untukmu sampai detik ini, kami akan berusaha membuatmu bahagia semampu kami, tau kah kau nak, ayahmu setiap hari selalu menelpon orang-orang suruhannya untuk menanyakan apakah sudah ada pendonor untukmu tetapi hasilnya nihil, dan ayahmu selalu merasa dirinya menjadi ayah tak berguna untukmu, ayahmu terlihat tegar dan kuat di luar, tetapi tidak jika dia sudah berhadapan dengan Sang Rabb, tangis ayahmu akan pecah di sepertiga malam," batin Yasmin dalam hati dengan mata yang berkaca-kaca.
Ia mengusap lembut kepala Aryana dan menciumnya, lalu Yasmin menaikkan selimut sampai dada Aryana karena AC di kamar cukup dingin, Yasmin sedikit menurunkan volume AC di kamar Aryana.
"Terima kasih kamu sudah menjadi anak yang tegar, sabar dan ceria untuk kami, meski keceriaan yang kau perlihatkan hanya untuk menutupi rasa sakitmu agar kami tak menghawatirkan mu, ucap Yasmin dalam hati.
Kemudian ia segera berlalu dari kamar putrinya menutup pintu dengan pelan agar Aryana tak terganggu. Yasmin melangkah menuju kamar Afwi, ia mengetuk pintu kamar putra keduanya itu pelan.
"Tok tok, Afwi kamu di dalam?" panggil Yasmin sambil mengetuk pintu kamar Afwi.
"Iya bund, aku di dalam masuk saja!" pinta Afwi
"Ceklek," pintu di buka
"Kamu sedang apa, Afwi?" tanya bunda saat memasuki kamar Afwi.
"Tidak sedang apa-apa hanya iseng main game aja, biar nggak stress," jawab Afwi.
"Kamu ini bisa aja," ucap bunda sambil tersenyum.
"Ada yang ingin bunda bicarakan denganku?" tanya Afwi karena ia tahu kebiasaan sang bunda.
"Bagaimana testnya hari ini?, bisa mengerjakan?" tanya bunda.
"Alhamdulillah semua lancar, Afwi bisa mengerjakan dengan baik," jawab Afwi.
"Syukurlah, Afwi bunda mau tanya apa maksud perkataanmu tadi siang saat pulang sekolah itu benar?" tanya bunda.
"Perkataan Afwi yang mana?" tanya Afwi pura-pura tidak tahu.
"Jangan pura-pura amnesia!, perkataanmu tentang keinginan adikmu menikah muda," jawab Yasmin.
"Oh itu, ya itu memang benar, Ana sering bilang ia ingin menikah sebelum waktunya habis," ucap Afwi.
"Jujurlah dengan bunda, apa Aryana sudah punya pacar tanpa sepengetahuan kami?" tanya bunda.
"Kalau pacar Ana nggak punya, tapi kalau gebetan ia punya, tapi sekarang Ana sudah move on dari gebetannya itu," jawab Afwi yang membuat Yasmin terkejut. Ternyata ia melewatkan satu hal tentang putrinya.
"Siapa laki-laki itu dan kenapa Ana sudah bisa move on?" tanya bunda serius.
"Haish, bunda kepo banget sih nanyanya kaya berondongan peluru," jawab Afwi.
"Bunda serius!, siapa laki-laki itu?" tanya bunda lagi.
"Aku akan katakan tapi bunda harus janji jangan cerita ke ayah!" pinta Afwi.
Sebelum Yasmin menjawab sebuah suara bariton tiba-tiba terdengar masuk kamar Afwi, tampak lah laki-laki berseragam loreng menuju dimana anak dan istrinya duduk, membuat ibu dan anak terkejut dan langsung diam tak melanjutkan pembicaraannya.
"Cerita apa yang tak boleh ayah tahu?" tanya Yudha dengan suara khas militernya dengan tatapan yang mengintimidasi.
Afwi melihat kehadiran ayahnya yang tiba-tiba, dia hanya diam sambil menelan salvinanya. Hatinya was-was, habislah dia kalau sang ayah sampai menginterogasinya.
"Ayah tumben jam segini sudah pulang?" tanya Yasmin yang langsung berdiri dari duduknya lalu menuju suaminya untuk mengalihkan perhatian suaminya.
"Ayah hanya pulang untuk mengambil dokumen penting yang ketinggalan, lalu ayah mencari kalian karena rumah sepi, ternyata kalian disini," jawab Yudha.
"Sebaiknya ayah minum teh dulu ya sebentar sebelum kembali ke kantor kebetulan bunda bikin puding jeruk, ayah cicipi ya," pinta Yasmin sambil bergelayut manja di lengan suaminya berharap sang suami melupakan pertanyaannya tadi.
"Baiklah, temani ayah minum teh dan mencicipi puding buatan bunda sebelum ayah balik ke kantor," ucap Yudha yang membuat Afwi dan Yasmin bernafas lega.
Yasmin berjalan keluar dengan mengandeng tangan sang suami, namun sampai di pintu kamar Yudha mengentikan langkahnya.
"Afwi, nanti malam temui ayah di ruang kerja!" perintah Yudha tanpa menoleh ke arah Afwi dengan nada tegas seolah tak ingin di bantah.
Afwi yang mendengar perintah sang ayah begitu terkejut, ia kira sang bunda bisa membuat ayahnya melupakan kejadian barusan namun ia lupa siapa seorang Yudhatama Dewantara.
"Habislah aku malam ini, Ya Allah tolonglah hamba-Mu yang penuh dosa ini," ucap Afwi dalam hati.
Yasmin juga tak kalah terkejutnya, ia berharap putranya nanti malam akan keluar dari ruang kerja suaminya dalam keadaan baik-baik saja.
Yasmin menyiapkan teh dan puding dari dalam lemari es, sambil menunggu suaminya keluar dari ruang kerja untuk mengambil dokumen. Setelah selesai ia menuju ruang makan, di sana sang istri sudah menunggu.
"Ini, Yah tehnya di minum dulu mumpung masih hangat!" pinta Yasmin sambil meletakkan secangkir teh di depan suaminya.
"Makasih, Sayang," ucap Yudha.
"Nih, pudingnya cobain, enak nggak!" pinta Yasmin sambil tersenyum.
Yudha lalu menyendok puding di piring yang ada di depannya, ia langsung tersenyum ketika puding sudah ia cicipi.
"Enak, apapun masakanmu selalu enak, Sayang," ucap Yudha, lalu tiba-tiba Yudha menarik Yasmin yang langsung terduduk di pangkuannya.
"Ih, Ayah kita sudah tua, malu kalau di lihat anak-anak," ucap Yasmin tersipu.
"Tak apa tua tapi bunda selalu cantik dan muda di mata ayah," ucap Yudha lalu menyuapkan sepotong puding ke mulut Yasmin yang duduk di pangkuannya.
"Apa yang ingin ayah bicarakan dengan Afwi nanti malam, boleh bunda tau?" tanya Yasmin.
"Rahasia, itu urusan antar laki-laki," jawab Yudha yang membuat sang istri cemberut.
"Ih, ayah sama istri sendiri main rahasia, satu minggu nggak dapat jatah!" ancam Yasmin.
"Nggak apa-apa seminggu nggak dapat jatah yang penting anak-anakku bahagia," ucap Yudha lalu menurunkan sang istri dari pangkuannya.
"Maksud ayah apa, jangan membuatku aku dan anak-anak jadi takut?" tanya Yasmin.
"Nanti juga bunda tau, sekarang ayah mau balik ke kantor lagi," ucap Yudha, lalu beranjak dari kursinya dan mencium kening Yasmin dan berpamitan.
"Assalamualaikum," ucap Yudha.
"Waalaikumsalam," balas Yasmin sambil memandang tubuh suaminya yang menjauh pergi.
"Sebenarnya apa yang akan dibicarakan mas Yudha dengan Afwi, apa ada hubungannya dengan Aryana?" gumam Yasmin dalam hati.
Lalu Yasmin menuju ruang makan untuk membereskan cangkir bekas minum suaminya dan memasukkan kembali puding buatannya ke dalam lemari es.
Sedangkan di kamar Aryana, baru saja membuka mata, ia melihat jam di dinding menunjukkan jam dua siang, berarti sudah satu jam lebih ia tidur. Aryana lalu menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Ia keluar kamar menuju dapur karena sangat haus sambil membawa botol tempat minumnya yang sudah kosong.
"Hei kamu sudah bangun, Sayang," sapa bunda.
"Sudah, Bund, mana kak Afwi sama Azka kok sepi?" tanya Aryana lalu mengambil air putih yang tidak dingin.
"Afwi ada di kamar sedangkan Azka hari ini les tambahan, paling bentar lagi pulang.
"Gimana UAS kamu hari ini?, bisa mengerjakan?" tanya bunda.
"Alhamdulillah bisa, Bund," jawab Aryana sambil tersenyum.
"Sayang, bunda boleh tanya sesuatu nggak" tanya bunda.
"Bunda mau tanya apa?"
"Kamu sudah punya pacar?" tanya bunda hati-hati.
"Apa, Bund?, pacar?" jawab Aryana dengan balik bertanya sambil tersenyum getir.
"Memangnya siapa yang mau jadi pacar cewek penyakitan seperti diriku," jawab Aryana yang sukses membuat sang bunda terasa sesak.
"Ana Sayang, kamu jangan bicara seperti itu, kamu bukan wanita penyakitan, ini ujian dari Allah, Nak," ucap sang bunda sambil memegang tangan Aryana.
"Iya, Bunda benar, ini ujian dari Allah, aku hanya menjalani sampai waktuku tiba, tapi bunda jangan bersedih, bunda masih punya tiga jagoan hebat yang kelak juga akan memiliki istri, dan bunda bisa menganggap mereka putri ibu sendiri," ucap Aryana sambil mengelus punggung tangan sang bunda kemudian ia berlalu pergi menuju kamarnya sambil membawa botol tempat minum yang sudah ia isi.
Sedangkan Yasmin menatap nanar putrinya yang sudah berjalan menuju kamarnya, ia mengerti bagaimana perasaan putrinya. Hanya satu kata yang bisa menggambarkan perasaannya sebagai seorang ibu setelah mendengar kata-kata putrinya barusan yaitu sakit.
___________________________________________
Kira-kira apa yang akan dibicarakan Yudha pada Afwi ?
Kepoin terus di sini, dan maaf baru up karena banyak tugas author di dunia nyata yang juga harus selesai.
Please Like, Vote, Rate, Coment and Favorit.
Thank You
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
Lina Susilo
semangat ana jangan pantang menyerah
2022-11-04
0
Helen Dinda
mudah2han ada lki2 yg mau mendonorkan jantungnya untuk aryana nantinya yg pastinya yg mencintai ariana,,ya kan mbak author,,😁😁😁😁
2022-01-17
0
Sri Lestari E
bagus ceritanya. aku suka
2021-10-15
1