Happy Reading
Setelah ganti baju Aryana juga Azka menuju ruang makan untuk makan siang yang sudah disediakan bik Imah.
"Na, mana kakakmu Afwi kok belum pulang?" tanya bunda.
"Oh iya Ana lupa, tadi kakak pesan pulang terlambat karena ada latihan karate tambahan untuk persiapan lomba minggu depan," jawab Yasmin.
"Oh ya sudah kalau begitu kita langsung makan saja!" ajak bunda.
Setelah makan siang, bunda menyuruh Aryana dan Azka beristirahat, mereka pun menurut perintah sang bunda.
Di dalam kamar Aryana duduk ranjang dan menyandarkan punggungnya di kepala ranjang, ia teringat kejadian siang tadi. Ia sangat menyayangkan sifat Ghavin, kenapa laki-laki setampan dan se keren dia mempunyai sifat seperti itu.
"Ah kenapa sih aku malah jadi mikirin kak Ghavin dan kejadian itu," ucap Aryana dalam hati.
Lalu Aryana merebahkan tubuhnya di tempat tidur, ia ingin melupakan bayangan kejadian yang menyakitkan hatinya siang tadi, dan kejadian itu membuatnya bersyukur karena akhirnya pria yang ia cintai selama ini tak sebaik wajahnya yang tampan.
Sedang di tempat lain seorang laki-laki menerima laporan lewat telpon dari orang kepercayaannya.
"Bagaimana apa gadisku, apa dia baik-baik saja?" tanya pria itu pada orang seberang telepon.
"Nona muda baik tuan, sepertinya nona muda sudah tau bagaimana perilaku anak ingusan itu," jawab orang dari seberang telpon.
"Tetap awasi gadisku, juga anak ingusan itu!" perintah pria itu.
Tut tut tut
Sambungan telpon langsing di putus sepihak oleh pria tersebut membuat orang kepercayaannya menggerutu diseberang telpon.
"Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu sayang, kau adalah separuh hidupku, tunggu sebentar lagi aku akan segera menjemputmu," ucap pria itu sambil memandang foto gadis cantik yang sedang tersenyum dengan rambut panjang yang hitam di layar ponselnya.
Aryana masih terlelap dalam tidurnya sepertinya dia sangat lelah sampai tak mendengar pintu diketuk beberapa kali oleh bundanya, karena tidak ada jawaban Yasmin mencoba memegang hendel pintu yang ternyata tidak di kunci. Perlahan Yasmin mendekati putrinya yang terlihat tidur pulas lalu dibelainya rambut Aryana.
"Ana Sayang, bangun Nak sudah sore shalat ashar dulu!" pinta Yasmin pada Aryana sambil menepuk pelan tubuh Aryana.
Setelah beberapa kali tepukan Aryana baru menggeliat bangun dan berusaha membuka matanya yang masih lengket. Aryana bangun dengan mengucek matanya agar bisa melihat siapa orang yang duduk di depannya.
"Bunda," ucap Aryana setelah jelas melihat siapa orang yang di depannya.
"Iya, apa kamu capek banget ya tidurnya sampai pulas gitu, bunda ketok-ketok pintunya kamu sampai nggak dengar," ucap Yasmin.
"Maaf Bunda tadi Ana ngantuk banget," ucap Aryana.
"Sudah sore segera shalat ashar ntar keburu waktunya habis!" perintah bunda.
"Iya Bund Ana akan segera shalat, apa kak Afwi sudah pulang Bun?" tanya Aryana.
"Sudah, baru saja, Afwi juga nanyain kamu," jawab bunda.
"Oh aku kira kak Afwi belum pulang, ya sudah Ana shalat dulu," ucap Aryana sambil beranjak dari tempat tidur lalu segera masuk ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Melihat putrinya sudah ke kamar mandi, Yasmin pun meninggalkan kamar Aryana, ia menuju dapur membantu bik Imah menyiapkan makan malam untuk keluarganya. Tak lama terdengar suara mobil berhenti di halaman, ternyata Yudha sudah pulang.
"Assalamualaikum," ucap Yudha ketika memasuki rumahnya.
"Waalaikumsalam," balas Yasmin dari dalam, ia langsung mencium tangan suaminya yang dibalas kecupan di kening oleh sang suami.
"Kok sepi Bund, anak-anak kemana?" tanya Yudha sambil melangkah ke dalam dengan mengandeng tangan Yasmin. Meski usia mereka tak muda lagi ia tetap mesra.
"Ana sedang shalat ashar dan Afwi di kamar, dia baru saja pulang dari latihan karate di sekolah.
"Kok sampai jam segini latihannya?" tanya Yudha heran.
"Katanya sih Afwi mau diajukan lomba karate tingkat karisidenan nanti kalau menang bisa maju ke tingkat provinsi," jawab Yasmin.
"Anak itu, benar-benar membuatku bangga," ucap Yudha.
Yudha dan Yasmin menuju kamar mereka, seperti biasa dengan telaten Yasmin melayani suaminya membantu membuka seragam suaminya dan melepas beberapa atribut seragam dinas sang suami. Meski Yudha bisa melakukan semua itu sendiri tetapi semenjak menikah dengan Yasmin, ia selalu dilayani dengan baik dari A sampai Z, hal inilah yang membuat Yudha makin bucin dengan istrinya meski anak-anak mereka sudah menginjak remaja.
"Mas, bagaimana kabar Raka dan Dinda?" tanya Yasmin sambil melepas kancing seragam dinas suaminya.
"Mereka baik, kamu kan juga sering telponan sama Dinda kan?" tanya Yudha.
"Iya, aku masih sering komunikasi dengan Dinda, ah aku jadi kangen dengan Kirana dan Kiara, mereka pasti sudah menjadi gadis yang cantik," ucap Yasmin sambil tersenyum.
"Apa kau berniat menjodohkan mereka dengan putra kita hemm?" tanya Yudha sambil memeluk sang istri.
"Tidak, ini sudah jaman milenial, nggak musim main jodoh-jodohan, biarlah anak kita menemukan jodohnya sendiri-sendiri karena hati selalu tahu tempatnya untuk pulang," jawab Yasmin lalu meneruskan membuka kancing seragam suaminya.
"Oh, Aku kira kamu tanya-tanya karena pingin jodohin putra kita dengan putrinya Dinda dan Raka," ucap Yudha.
"Cukup kita saja yang mengalami perjodohan ya, Mas," ucap Yasmin.
"Hei, itu kita beda Sayang, papa memang menjodohkan aku dengan mu tetapi kalau aku nggak menyukai pilihan papa aku boleh mundur, lagi pula sebelum perjodohan aku sudah lebih dulu menyukaimu meski aku tak tahu namamu waktu itu," ucap Yudha mengingatkan Yasmin tentang pertemuannya dulu dengan Yasmin.
"Ih, jangan ingat itu lagi ah," ucap Yasmin malu.
"Ah ada yang malu nih ye," ucap Yudha menggoda istrinya.
"Kapan-kapan aku ingin bertemu Dinda sekeluarga, boleh kan Mas?" tanya Yasmin.
"Tentu boleh tapi tunggu Afwa pulang dulu baru kita ke Bandung menemui Raka dan keluarganya," jawab Yudha.
"Makasih Mas, cepat mandi gih!, aku buatkan teh dulu," ucap Yasmin setelah selesai membantu Yudha melepas seragamnya.
Yasmin keluar kamar menuju dapur untuk membuatkan teh hangat untuk suaminya.
Jika sedang berdua saja dengan suami Yasmin terkadang memanggil mas pada Yudha, kalau sedang ada anak-anaknya atau orang lain Yasmin akan memanggil Yudha dengan panggilan ayah dan kenapa Raka beserta kekuarganya ada di Bandung, itu karena lima tahun yang lalu Raka dipindah tugaskan di Bandung, sedangkan Yudha masih di kesatunnya yang lama di kota S. Anak Raka dua perempuan semua, anak kedua Raka lahir waktu Kirana berusia empat tahun. Anak kedua Raka diberi nama Kiara Nadira Septiani.
Selesai mandi Yudha menuju ruang keluarga , di meja sudah tersedia teh hangat dan pisang goreng yang masih hangat.
"Diminum dulu, Yah tehnya mumpung masih hangat!" pinta Yasmin yang duduk disebelah Yudha.
Yudha pun segera meminum teh buatan istrinya yang selalu enak dan beda dari teh yang lain, entah racikan teh apa yang dibuat istrinya itu. Yasmin lalu menawarkan pisang goreng yang masih hangat.
"Pisang gorengnya Yah mumpung masih hangat?" tawar Yasmin.
"Suapin!" ucap Yudha manja.
Mendengar permintaan suaminya Yasmin tersenyum lalu ia mengambil satu pisang goreng dengan memakai tisue lalu menyuapkan ke mulut suaminya, Yudha menerima suapan pisang goreng dengan senang hati. Setelah mengigit pisang goreng yang disuapkan Yasmin, Yudha lalu mengarahkan pisang goreng yang sudah ia makan tadi ke mulut Yasmin, tanpa jijik Yasmin menerima suapan pisang goreng dari Yudha. Sungguh pemandangan yang sangat manis, meski usianya tak muda lagi namun keromantiasan mereka tetap terjaga. Tanpa mereka sadari ada dua pasang mata yang melihat mereka sedari tadi.
"Ayah sama bunda romantis banget ya, Kak, kelak apa aku bisa dapatkan laki-laki seperti ayah dan apa waktuku cukup untuk itu," ucap Aryana sendu namun ia bahagia melihat keromantisan kedua orang tuanya yang sudah tak muda lagi.
"Kakak yakin kamu bisa dapatkan laki-laki yang romantis dan mencintaimu dengan tulus seperti ayah mencintai bunda," ucap Afwi membesarkan hati sang adik sambil satu tangan kanannya merangkul pundak Aryana dari samping. Dalam hati Afwi juga bertanya pada diri sendiri, apa dia kelak bisa mendapatkan istri seperti bundanya.
"Ekhemm, so sweet," ucap Afwi yang berjalan mendekati kedua orang tuanya duduk sambil merangkul Aryana.
Mendengar suara putranya, Yudha dan Yasmin menoleh ke asal suara. Melihat kedua anaknya Yudha dan Yasmin tersenyum.
"Duh romantisnya, ayah sampai minta di suapin bunda, dunia serasa milik berdua yang lain cuma kost," ucap Aryana menggoda orang tuanya lalu ia dan Afwi duduk di sofa yang terletak di samping sang ayah dan bundanya duduk.
"Iya nih ayah kamu kalau di Batalyon paling sangar, dingin dan datar tapi kalau sudah di rumah manjanya melebihi anak TK," ucap Yasmin.
"Nggak apa-apa, manja sama istri sendiri dari pada manja sama istri tetangga," ucap Yudha santai lalu meminum tehnya.
"Ayah...!, awas ya kalau berani lirik wanita lain, bunda sunat lagi! ancam Yasmin membuat Yudha malah tersenyum, ia sangat gemas jika melihat istrinya kesal. Sedangkan Aryana dan Afwi hanya tertawa cekikikan melihat bundanya yang kesal tapi terlihat lucu.
__________________________________________
Hai Readers apa kabar semoga selalu sehat, maaf ya baru up soalnya baru mendampingi my son mengerjakan tugas PJJ. Ada yang nanya gimana anaknya Dinda dan Raka? Tenang InsyaAllah semua tokoh muda disini akan dapat cerita cintanya meski author tetap fokus pada tokoh utamanya, oke.
Please Like, Vote, Coment, Rate 5 star and favorit.
Thank You
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
Een Mely Santi
tenang aryana jodohmu telah menantimu sejak km msh dlm kandungan
2022-11-28
0
Lina Susilo
tenang ayah anak ayah yudha dn bunda yasmin sudah menyukai anak nya dinda dn raka, jdi gk perlu lgi dijodohkn
2022-11-03
0
Arniawaty Arman
beda brp tahun ya omm Fahmi n ana??
2021-09-18
0