Sezha memasukkan beberapa potong bajunya kedalam sebuah tas, dan ia juga memeriksa tabungan yang ia miliki.
Sezha selalu menyisihkan uang yang diberikan oleh Deon kepadanya.
"Kurasa uang ini cukup, untuk menghidupiku untuk beberapa Minggu ke depan. Untung saja aku memiliki simpanan."
Sezha membawa uang senilai 3juta rupiah. Ini lebih dari cukup untuk seorang gadis yang masih berstatus pelajar.
Setelah memasukkan seluruh kebutuhannya kedalm tas yang tidak terlalu besar, ia pun segera beranjak pergi dari kamarnya untuk waktu yang tak tau sampai kapan.
"Selamat tinggal kamarku."
Sezha berucap dengan mata yang berkaca-kaca.
Sezha menoleh sekilas melihat untuk terakhir kalinya kamar kesayangannya.
Dirasa sudah cukup ia memandangi setiap sudut kamarnya ia pun menutup pintu kamarnya.
Begitu ia berjalan, dilihatnya ibu sedang duduk sembari menatap pandangan luar dengan pandangan kosong.
Sezha berpamitan dengan ibunya.
"Bu, Sezha pamit. Jaga kesehatan ibu baik-baik. Assalamualaikum Bu ."
Ingin rasanya Sezha menangis tapi ia berusaha tegar menghadapi semua ini. Sezha merasa jika ia memang pantas mendapatkan tindakan seperti ini dari ibunya.
"Waalaikum salam ." jawab dingin ibunya tanpa mengalihkan pandangannya dari luar jendela.
Dengan jalan tertunduk Sezha melangkahkan kakinya keluar dari rumah ini.
Tapi saat Sezha akan membuka pintu, ternyata ayahnya lebih dulu yang datang dari arah luar membuka pintu.
Sezha berdiri diam terpaku ketika melihat ayahnya masuk, ia tak sanggup menatap wajah sang ayah.
Ayahnya yang baru sampai dirumah nampak aneh dengan Sezha.
"Sezha, kamu bawa tas mau kemana ? bukannya kamu lagi sakit ? " tanya ayah Sezha.
"Ah iya ayah, hem Sezha ada jadwal praktek dari Bu guru jadi Sezha harus membawa alat praktek sendiri." Sezha beralasan.
"Oh ya, apa benar begitu ? guru kamu apa tidak tau kalo kamu sedang sakit, ck masih saja dikasih tugas . Ayah gak mengizinkan kamu untuk mengikuti praktek itu, letak kembali semua barang-barang praktek kamu lalu beristirahat lah dikamarmu."
Ucap ayah tegas.
"Tapi yah, Sezha harus ikut praktek kalo tidak maka nilai praktek Sezha bisa jelek yah."
Sezha membohongi ayahnya.
Ibunya yang sedari tadi diam mulai beranjak dan mendekat kearah Sezha dan ayahnya.
"Biarkan dia pergi yah, ibu yang menyuruhnya pergi."
Kata ibu dengan wajah datar.
Karena ucapannya dari istrinya begitu, ayah Sezha makin bingung dengan apa yang terjadi.
"Maksud ibu apa sih ? ibu mengusir anak kita, ya? anak lagi sakit kok disuruh pergi, aneh ibu ini. Gak, pokoknya Sezha gak boleh pergi titik, Sezha kembali ke kamar kamu sekarang. Jangan membantah perkataan ayah, mengerti !" titah ayah.
Sezha tidak bergerak selangkah pun, ia masih tetap berdiri merunduk.
"Ayah, apa ayah tau kenapa ibu menyuruh Sezha untuk pergi? ayah mau tau alasannya kenapa?"
Ibu Inging menjelaskan Sezha .
"Karena ada pelajaran praktek kan ? ayah udah tau kan tadi Sezha udah bilang sama ayah."
Jawab polos ayah.
Ibunya menghela nafas berat, ia tak tau harus menyampaikan bagaimana.
"Sezha hem."
Ibu menengadahkan kepalanya keatas, ia menaha agar air matanya tidak kembali menetes dari pelupuk matanya.
"Sezha kenapa Bu? sepertinya serius sekali. Ada apa sih ini sebenarnya. Ayah semakin bingung."
"Sezha, putri kebanggaan kita sekarang dia bukanlah putri yang kita banggakan lagi yah. Itu karena Sezha saat ini sedang mengandung, yah. Sezha hamil yah."
Dengan suara berat ibu menerangkan pada ayah.
"Hah ! apa ! ibu tidak sedang bercanda kan? Sezha apa benar yang dikatakan oleh ibumu, benar kalo kamu hamil ?!" ayah membelalakkan kedua bola matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
NA_SaRi
Gw harap bokapnya gak punya riwayat penyakit jantung
2022-05-30
2
Gebreillha Pitono
ayah awas jantungan
2022-02-19
0
Ita Widya ᵇᵃˢᵉ
hati seorang ayah sakit kembali..
2021-12-31
1