Kevin tidak bisa membendung amarahnya pada Marvel. Pekerjaannya begitu banyak tapi telepon dari kepala sekolah yang memberitahukan perkelaihan Marvel dengan kakak kelasnya, benar-benar membuat Kevin kesal. Setelah keluar dari ruang kepala sekolah, Kevin menyeret putranya menuju tempat yang sepi. Keira yang melihat itu, segera mengikuti keduanya. Keira khawatir jika Kevin lepas kendali pada putranya.
''Marvel, kenapa kamu jadi seperti ini? untuk apa kamu meminta uang pada kakak kelas? apa kurang uang papa kasih selama ini? papa kecewa sama kamu.'' Kata Kevin yang berlutut sambil mencengkeram kedua lengan putranya.
''Pah tapi sungguh aku tidak melakukan itu. Kenapa papa lebih percaya kepada orang lain daripada anak papa sendiri? dia bohong pah.''
''Kepala sekolah melihat sendiri kamu yang memukulnya sampai wajah dia luka seperti itu. Beruntung kamu tidak di laporkan ke kantor polisi dengan tuduhan penganiayaan. Mau jadi apa kamu, Marvel? masih kecil sudah membuat masalah saja.''
''Marvel tidak takut sekalipun di laporkan,'' bantah Marvel.
''Kamu tidak takut tapi papa? citra buruk papa dan perusahaan jatuh karena ulah kamu ini,'' bentak Kevin sambil terus mencengkeram kuat lengan putranya.
''Jadi papa lebih peduli dengan nama papa dan perusahaan daripada mempercayai anak papa sendiri?''
''Marvel! sejak kapan kamu banyak bicara dan melawan papa?'' kemarahan Kevin sudah di ubun-ubun dan Kevin hendak melayangkan tamparan pada wajah Marvel namun Keira datang tepat waktu. Marvel yang meringkuk menutup wajahnya, tidak tahu jika Keira menahan tangan papanya yang hendak menamparnya. Mata Keira dan Kevin beradu penuh amarah.
''Tuan, bukan seperti itu cara mendidik seoran anak!" kata Keira dengan tegas sambil menurunkan tangan Kevin dengan kasar. Melihat Keira, Marvel sepontan berdiri di belakang Keira dengan takut sambil meremas kedua sisi kemeja Keira. Kevin terkejut dengan sikap putranya itu.
''Oh kamu rupanya? untuk apa kamu disini? kamu wanita modus kemarin kan?''
''Iya memangnya kenapa? saya guru disini.'' Jawab Keira penuh penekanan. Mendengar ucapan Keira, Kevin tersenyum mengejek.
''Oh pantas putraku menjadi seperti ini. Dia tidak punya sopan santun dan pembangkang. Memangnya kamu guru apa? guru panggulan atau penghibur?''
''Jaga ucapan anda, tuan!"
''Kamu wanita di dalam lift dengan pakaian seksi dan berantakan saat tengah malam Bahkan aku beberapa kali melihatmu dengan pria yang berbeda dan kamu pergi bersama mereka. Apa sikap seperti itu pantas di sebut guru? oh jangan-jangan kamu menutupi keliaran kamu dengan akting menjadi guru? supaya pekerjaan kamu yang sesungguhnya tidak terekspos? iya kan? sudah aku duga. Guru macam apa kamu!'' cerocos Kevin panjang lebar yang meluapkan segala kemarahannya.
''Terserah anda mau berpikir seperti apa tuan tapi apa yang anda lihat, tidak sepenuhnya benar. Anda orang terhormat, masa iya begitu cara mendidik anak. Memalukan sekali,'' ejek Keira.
''Untuk apa aku malu? dia putraku jadi aku berhak melakukan apa saja. Justru yang malu itu kamu karena tidak ada seorang guru yang merendahkan dirinya dengan banyak pria.'' Kata Kevin penuh dengan penekanan dan emosi. Kevin lalu menarik Marvel yang bersembunyi di belakang Keira.
''Ayo kita pulang Marvel!"
"Aku tidak mau! aku mau sama Bu Keira!" kata Marvel yang berusaha melepaskan cengkraman papanya.
''Dia bukan contoh yang baik untuk kamu!''
''Tidak mau, pah! aku mau sama Bu Keira. Bu Keira baik. Dia tidak seperti yang papa ucapkan." Kata Marvel dengan suara meninggi. Kevin memijat keningnya, pusing dan kesal dengan situasi yang ia hadapi saat ini. Keira lalu berlutut dan menyentuh kedua pundak Marvel.
''Marvel, kamu pulang sama papa ya. Besok kita bertemu lagi di sekolah, oke.'' Kata Keira dengan lembut sambil membelai wajah Marvel.
''Tidak mau! papa jahat! papa tidak percaya dengan ku. Papa lebih percaya dengan ucapan kepala sekolah dan anak itu daripada anaknya sendiri.''
''Sudah, jangan sok baik dan pura-pura jadi baik,'' sindir Kevin.
''Tuan, sebaiknya anda tunggu di mobil saja. Saya sedang membujuk putra anda. Biarkan saya membujuknya.''
''Lakukan saja kalau kamu bisa,'' kata Kevin dengan nada mengejek. Disaat bersamaan, ponselnya berdering, panggilan dari sekretarisnya, Krisna. Kevin segera mengangkatnya sembari berlalu menuju mobil. Sementara Keira kembali membujuk Marvel.
''Marvel, kamu pulang ya bersama papa. Kasihan papa.''
''Papa tidak sayang padaku dan percaya padaku.''
''Marvel, bukanya papa tidak percaya tapi papa butuh bukti kalau kamu benar-benar tidak melakukannya. Karena apa yang di lohat kepala sekolah adalah kamu sedang berada di atas tubuh Galang hendak memukulnya. Apalagi kamu bertengkar dengan siswa berprestasi. Sudah pasti kepala sekolah atau papa kamu tidak percaya. Tante kan sudah bilang, kalau papa marah, sebaiknya kamu diam dan jangan membantah. Tante tahu wajah papa kamu penuh sekali dengan beban pekerjaan, sudah pasti dia sangat marah saat mendengar telepon dari kepala sekolah. Papa sayang sama kamu, hanya saja papa lelah. Kamu mengerti kan?''
Mendengar ucapan Keira, Marvel pun hanya mengangguk.
''Kalau boleh tahu, kenapa bukan mama kamu saja yang datang? mungkin itu yang membuat papa kamu marah karena mama kamu tidak bisa menggantikannya,'' sambung Keira.
''Mama sudah bersama Tuhan saat usiaku tiga tahun, Tante. Jadi tidak mungkin mama datang kemari. Kalau mama yang datang, sudah pasti mama akan sepenuhnya percaya padaku. Mama pasti akan bersikap sama seperti tante, bukan seperti papa yang pemarah.'' Mendengar ucapan Marvel, entah kenapa hati Keira bagai tersayat sembilu. Sudah pasti Keira bisa menebak kalau Marvel butuh perhatian dan bisa jadi itu menjadi salah satu sikap introvertnya. Itulah yang kini ada di pikiran Keira. Keira kemudian memeluk Marvel dan mengusap punggungya dengan lembut.
''Kamu pulang bersama papa ya. Tante janji akan mencari bukti supaya papa kamu tidak marah dan kepala sekolah juga percaya kamu. Demi menegakkan keadilan, tante akan mencari bukti.''
''Sungguh, tante akan membantuku?'' tanta Marvel dengan mata berbinar bahagia.
''Iya. Karena Tante juga butuh bukti yang sebenarnya tentang kejadian ini. Tidak mungkin seorang Marvel melakukan itu. Dan dengan mudahnya, kepala sekolah percaya begitu saja.'' Kata Keira seraya melepas pelukannya pada Marvel.
''Terima kasih ya, tante.''
''Iya sama-sama. Baiklah, sekarang ayo tante antar menuju mobil papa.''
''Iya.'' Wajah murung Marvel pun berubah menjadi ceria, saat Keira bisa memenangkan hati Marvel. Keduanya bahkan melangkah bergandengan tangan menuju mobil Kevin. Kevin yang melihat itu sungguh tidak percaya, kalau Marvel bisa tertawa lepas dan seketika berubah ceria saat bersama Keira.
''Naik, Marvel!" kata Kevin dengan ketus sambil menatap sinis kearah Keira. Tanpa banyak bicara, Marvel segera masuk dan duduk di bangku depan bersama papanya.
''Sampai jumpa Bu Keira!" kata Marvel sambil melambaikan tangannya dan memberikan senyum lebarnya pada Keira.
''Sampai jumpa, Marvel. Hati-hati ya! Ingat ya, jangan cepat marah nanti cepat tua,'' pesan Keira pada Marvel. Marvel terkekeh karena sebenarnya ucapan yang di lontarkan oleh Keira adalah sindiran untuk Kevin. Kevin menatap sinis Keira lalu menyalakan mesin mobil dan melaji begitu saja tanpa berpamitan pada Keira.
''Dasar bapak-bapak darah tinggi,'' gumam Keira dengan tawanya selepas Kevin pergi.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
YanthyIrfhan ShemiliQity
lanjut thor
2022-03-30
0
elma sukmala
jangan suka marah" kevinnanti bucin sama keira
2022-03-30
0
Mama Gilang
baji
2022-02-22
0