Halo sobat reader.... Budayakan habis baca like, komen dan kasih votenya ya, pleaseee lahhhh 😁 makasih 🙏🙏❤️❤️
Sesampainya Kevin di rumah...
''Bi, bagaimana Marvel?''
''Masih di kamar, Tuan. Semua makanan yang saya bawa ke kamar tidak di sentuh oleh Den Marvel sama sekali,'' jelas Bi Nani dengan panik sambil mengikuti langkah Kevin menuju kamar Marvel.
''Apa dia bermasalah di sekolah?''
''Sepertinya tidak ada, tuan. Hanya saja pulang sekolah, dia sangat murung.'' Kata Bi Nani.
''Marvel, papa pulang!" panggil Kevin sambil mengetuk pintu kamar putranya.
''Buka pintunya, Marvel! jangan membuat papa marah!" sambung Kevin sambil menggedor pintu kamar Marvel.
''Password pintunya saja di ganti, Bi.'' Kata Kevin yang semakin panik.
''Papa akan mendobrak pintunya kalau kamu tidak membukanya," bentak Kevin.
CEKLEK. Pintu kamar Marvel pun terbuka. Kevin menjadi panik saat melihat wajah putranya tampak pucat.
''Marvel, kamu kenapa nak? kamu sakit?'' Kevin menempelkan punggung tangannya pada kening Marvel.
''Astaga! panas sekali.'' Ucap Kevin. Namun tiba-tiba saja Marvel pingsan.
''Den Marvel,'' histeris Bi Nani dengan panik.
''Bi, siapkan pakaian Marvel. Saya akan pergi ke rumah sakit,'' kata Kevin yang berusaha tenang.
''Baik tuan,'' kata Bi Nani yang sudah menangis melihat Marvel pingsan. Kevin bergegas menuju rumah sakit terdekat karena ia sangat khawatir dengan kondisi putranya.
-
''Kevin, bangun!" panggil Miko yang kini sudah berada di ruang rawat inap Marvel. Kevin tertidur di sofa dan terjaga semalaman menemani Marvel.
''Miko,'' ucapnya lirih. Kevin mengerjapkan matanya dan berusaha mengembalikan nyawanya yang belum terkumpul.
''Elo mending pulang, biar gue sama Gina yang jagain Marvel.'' Kata Miko.
''Iya, Kak. Kakak lebih baik pulang dan bersiap ke kantor. Aku juga sudah membawakan sarapan untuk Kak Kevin,'' sahut Gina yang berdiri di sisi suaminya.
''Terima kasih ya. Untung saja ada kalian disini.'' Kevin kemudian beranjak duduknya dan mendekat ke ranjang pasien. Ia membelai wajah putranya itu.
''Marvel, semuanya baik-baik saja kan?'' tanya Kevin dengan lembut. Namun Marvel hanya diam dan tidak mau menjawabnya.
''Are you angry with papa?'' tanya Kevin kembali. Marvel hanya menggeleng pelan.
''Lalu kenapa kamu tidak mau makan? sampai kamu sakit seperti ini? apa Mbak Rima yang masih cuti harus papa jemput?''
Namun lagi-lagi Marvel hanya menggeleng tanpa mau bicara.
''Sebenarnya Marvel kenapa, Kev?'' tanya Miko.
''Gue sendiri nggak tahu, Mik. Kata Bibi, dia tidak mau makan. Makan siang dan makan malam pun sampai di taruh di kamar tapi dia sama sekali tidak menyentuhnya.''
''Apa di sekolah ada masalah? atau mungkin dia mendapat bulli di sekolah?'' sambung Miko.
''Sepertinya di sekolah baik-baik saja. Ya memang kemarin sempat ada salah paham tapi semuanya sudah berakhir. Bahkan gurunya sendiri yang datang ke rumah untuk meluruskannya.'' Kevin sangat bingung dan tidak mengerti dengan sikap putranya. Sikap seperti mengingatkan Kevin, saat pertama kali Kania meninggalkannya. Marvel menjadi anak yang pendian dan murung.
''Kak Kevin, sebaiknya kakak coba cari tahu di sekolah. Tanyakan pada gurunya, selama di sekolah bagaimana? mungkin ada sesuatu yang tidak bisa Marvel jelaskan.''
''Kalian tahu sendiri, sejak mamanya pergi dia menjadi sangat murung dan pendiam. Dia selalu berprestasi di sekolah tapi dia selalu menyendiri bahkan sampai detik ini dia tidak punya teman dekat. Aku selalu menanyakan itu pada Marvel tapi dia selalau mejawab tidak suka berteman dan dia lebih nyaman sendiri. Itulah jawabannya, apalagi aku juga sangat sibuk di kantor.'' Jelas Kevin panjang lebar.
''Kevin, dia butuh mama,'' bisik Miko.
''Mak-maksud elo?'' ucap Kevin tergagap.
''Kevin, anak seumuran Marvel masih sangat membutuhkan kasih sayang seorang Ibu. Dan elo seharusnya memberikan itu pada Marvel. Apa elo nggak pingin cari istri? buka hati elo, Kev? Kania sudah bahagia disana.'' Ucap Miko sembari berbisik, supaya Marvel tidak mendengarnya. Kevin hanya mendengus mendengar ucapan sepupunya itu.
''Gina, apa kamu bisa membantu Marvel meminum obat? dia sama sekali belum kemasukan obat. Karena dia sangat sulit untuk meminum obat.'' Pinta Kevin pada Gina.
''Iya, Kak. Aku akan membantu tapi sebaiknya Marvel makan dulu.'' Kata Gina. Kevin lalu mengambil mangkok berisi sup di meja dekat ranjang pasien.
''Marvel, makanlah. Setelah itu minumlah obat. Apa kamu tidak ingin sembuh?''
Mendengar ucapan papanya, Marvel justru meringkuk membelakangi papanya. Kevin sangat kesal dan tidak paham dengan sikap Marvel yang benar-benar menguji kesabarannya.
''Marvel, ayolah! jangan buat papa marah. Kamu kan sudah besar, bukan anak TK lagi. Masa iya anak laki-laki takut obat. Kalau kamu makan dan minum obat, demam kamu bisa cepat turun. Kamu bisa secepatnya pulang dan bisa kesekolah lagi,'' bujuk Kevin. Namun Marvel justru menarik selimut dan menutup sekujur tubuhnya.
''Kalian urus saja dia!" kata Kevin sambil mengangkat tangan. Kevin kemudian pergi begitu saja dan memilih kembali ke kantor. Miko hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat sikap Kevin.
''Semakin besar anak, semakin besar perdebatan yang terjadi.'' Gumam Miko.
...****************...
Kini Keira bersama Kenny, Ayahnya dan Cindy sudah berada di sebuah perumahan.
''Ken, kita dimana sih?'' tanya Cindy dengan mata tertutup.
''Sebentar aku buka ya penutup matanya.'' Kata Kennya seraya membuka penutup mata Cindy. Cindy terbelalak tidak percaya dengan apa yang di lihatnya.
''Ini rumah siapa, Ken? bagus banget,'' kata Cindy saat melihat rumah dua lantai dengan desain modern klasik itu.
''Ini rumah kita, Cindy. Anggap saja ini sebagai hadiah pernikahan kita.''
''Ini bagus banget. Aku senang kalau kita semua akan tinggal disini.'' Kata Cindy dengan bahagia.
''Tapi aku akan tetap tinggal di rumah lama, Mbak,'' sahut Keira.
''Kenapa Kei?'' tanya Cindy.
''Mbak Cindy dan Kak Kenny akan menikah dan punya kehidupan sendiri. Jadi aku tidak mungkin juga ikut tinggal disini.''
''Tapi Ayah ikut bersama kami kan?'' tanya Cindy.
''Iya, Kak. Ayah akan bersama kalian. Aku akan tinggal disana sendiri.''
''Kei, tapi ayah tidak tega meninggalkan kamu. Kenapa kita tidak sama-sama disini?'' sahut Pak Ammar.
''Ayah, aku sudah dewasa. Ayah tenang saja. Lagi pula aku akan sering berkunjung kemari.''
''Apa kamu tidak mau merawat Ayah?'' tanya Pak Ammar dengan tatapan sedih.
''Ayah kok ngomong gitu sih? ya nggak lah Ayah. Nanti pada akhirnya Keira juga akan menikah dan akan ikut bersama suami Keira. Ayah selalu saja menganggapku gadis kecil.''
''Keira benar, Yah. Bukankah semalam kita sudah membicarakannya. Biarkan dia belajar mandiri dan bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Karena nanti dia akan menjadi seorang ibu dan juga seorang istri.'' Sambung Kenny.
''Ayah, disini Cindy akan merawat ayah dengan baik. Apalagi Cindy juga sudah tidak punya orang tua. Jadi Cindy sangat senang kalau Ayah tinggal bersama kami.''
''Baiklah kalau begitu.'' Kata Pak Ammar pasrah.
''Kei, disini ada empat kamar. Jadi kamu tenang saja, selalu ada tempat untuk kamu menginap. Akan ada satu pembantu disini untuk membantu mengurus rumah dan teman saat kami sedang bekerja.'' Jelas Kenny.
''Ya udah, Kak. Ayo masuk! aku ingin melihat ke dalam.'' Kata Keira dengan semangat.
''Rumahnya bagus sekali, Ken. Ayah bangga sekali sama kamu. Kamu bertanggung jawab pada adikmu dan sekarang kamu bisa bertanggung jawab pada calon istrimu,'' kata Pak Ammar sambil menepuk bahu putra sulungnya dengan penuh rasa bangga dan bahagia.
''Semua ini berkat doa Ayah dan juga Keira tentunya.'' Jawab Kenny dengan senyum lebarnya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
susi 2020
😎😎
2023-06-20
0
susi 2020
🥰🥰😍
2023-06-20
0
Nila
Kevin nggk jeli
2022-02-17
0