''Sebenarnya dia siapa, Marvel? papa belum pernah melihat ada seorang guru seperti dia.'' Tanya Kevin dengan nada kesal.
''Itu namanya Bu Keira, Pah. Bu Keira guru magang disana untuk tugas akhir kuliahnya.''
''Oh jadi cuma guru magang. Pantas saja mencari pekerjaan kotor seperti itu.''
''Bu Keira bukan seperti itu, Pah.'' Bela Marvel.
''Sudah! tahu apa kamu! mulai sekarang jauhi dia karena dia memberi pengaruh buruk untuk kamu. Kamu baru mengenalnya, tidak tahu latar belakang keluarganya dan tidak tahu bagaimana sikap dia yang sebenarnya. Bisa saja dia pura-pura baik sama kamu dan ada maksud tertentu sama kamu. Paham kamu!" Marvel hanya mengangguk mendengar ucapan papanya.
''Ayam kampus rupanya. Pantas saja seperti itu kelakuannya,'' gumam Kevin dalam hatti dengan senyum sinisnya.
-
Setelah mengantar Marvel, Keira menuju ke ruang kepala sekolah.
''Permisi, Pak!"
''Bu Keira, silahkan masuk!"
"Oh ya, Pak. Saya ingin meminta alamat rumah Galang.''
''Untuk apa, Bu Keira?''
''Saya hanya ingin tahu dan berkunjung saja, Pak. Masalah ini menarik perhatian saya untuk tugas akhir saya ini.''
''Bu Keira, orang tua Galang adalah pemilik yayasan ini. Jadi jangan berbuat yang aneh-aneh. Lagi pula Galang tidak pernah melakukan hal yang aneh-aneh juga. Jadi jangan mengarang cerita buruk.''
''Sudah ku duga,'' gumam Keira dalam hati.
''Tenang saja, Pak. Justru kebetulan sekali, saya ingin tahu profil pemilik yayasan ini. Dan masalah antara Galang dan Marvel, menarik minat saya sebagai mahasiwi psikologi. Saya janji pak tidak akan pernah ada masalah. Kalau sampai terjadi sesuatu, saya siap mendapat hukumannya dan siap di black list. Ini hanya demi tugas akhir, Pak. Jadi tolong bantuan bapak ya. Saya mohon.'' Kata Keira dengan penuh keyakinan sambil mengatupkan kedua tangannya.
''Tapi Galang bilang, orang tuanya ke luar negeri.''
''Tidak masalah, Pak. Saya bisa mengunjunginya besok atau kapan saja.''
''Baiklah, saya akan memberikan alamatnya untuk kamu.''
Keira sangat senang mendapat alamat rumah Galang. Bel pulang sekolah, Keira memang melihat Galang naik mobil mewah. Akhirnya Keira memutuskan untuk mengikuti Galang sampai rumah. Keira begitu takjub melihat rumah mewah yang ada di hadapannya itu. Namun begitu turun, mobil itupun pergi lagi. Sementara dari kejauhan, Galang terlihat masuk lewat pintu basement, dimana disana menghubungkan dengan beberapa kamar pembantu.
''Kenapa Galang tidak melewati pintu utama? kenapa lewat basement? ah, mungkin dia lebih nyaman lewat sana. Lebih baik aku masuk dan tanya security saja.''
Keira kemudian memutuskan mengetuk gerbang besi yang tinggi dan besar itu menggunakan ujung kunci motornya. Security kemudian membuka sedikit pintu itu.
''Cari siapa Mbak?'' tanya security itu.
''Apa benar ini rumahnya Galang? saya guru dari Galang, Pak.'' Kata Keira sambil menunjukkan id card pada satpam itu.
''Oh ini rumahnya Tuan Handoko tapi Galang tinggal disini juga.''
Mendengar apa yang di ucapkan satpam itu, Keira merass terkejut dan tampak bingung.
''Tapi saya bisa bertemu dengan Galang kan, Pak?''
''Oh boleh, Bu Guru. Mari silahkan masuk!" kata satpam itu seraya membuka gerbang lebih lebar lagi.
''Mari saya antar menemui Galang,'' lanjut satpam sambil mengantar Keira menuju ruang basement, yang memang tersambung dengan beberapa kamar pembantu dan dapur. Kebetulan sekali Galang berada di dapur bersama seorang wanita berusia 35 tahunan. Wanita itu sedang mengobati luka bekas pukulan Marvel dan wanita itu juga menyebut dirinya Ibu.
''Bi Yumi, ada Bu Gurunya Galang ingin bertemu.'' Kata Pak Satpam. Bu Yumi menghentikan aktifitasnya lalu menjulurkan kepalanya, melihat siapa yang datang. Sementara Galang sangat terkejut melihat kedatangan Keira. Seketika wajah Galang menjadi pucat pasi.
''Oh Ibu gurunya, Galang. Mari silahkan duduk.'' Kata Bu Yumi sambil mempersilahkan duduk Keira. Sementara Pak Satpam kembali kedepan.
''Saya Keira, Bu. Guru baru di sekolah Galang. Oh ya saya ingin bertemu dengan orang tuanya Galang, Bu. Apa bisa?'' mendengar ucapan Keira, Bu Yumi pun merasa bingung.
''Maaf Bu, saya adalah orang tua kandung Galang. Saya disini cuma pembantu.'' Kata Bu Yumi. Galang tidak bisa berkutik dan hanya bisa menundukkan kepalanya. Galang merasa malu. Keira tersenyum kearah Galang sambil mengusap kepalanya dengan lembut.
''Oh maaf, Bu. Saya pikir Tuan Handoko orang tuanya Galang. Sekali lagi saya minta maaf karena saya juga guru baru.''
''Tidak apa-apa, Bu. Sebenarnya ada apa, Bu? apa terjadi masalah di sekolah? apa wajah babak belur anak saya karena bertengkar di sekolah?'' ucap Bu Yumi dengan panik dan khawatir.
''Bu, Galang sudah bilang kalau cuma jatuh biasa,'' sela Galang yang berusaha mengelak fakta. Mendengar sanggahan Galang, membuat Keira mengerti apa yang harus di lakukan.
''Bu, boleh kita bicara berdua saja.'' Pinta Keira.
''Boleh, Bu.''
''Tapi saya ingin di tempat lain, apa boleh?''
''Tentu saja boleh. Kalau begitu mari kita bicara santai di halaman belakang. Ibu mau minum apa? saya senang sekali akhirnya bisa bertemu dengan salah satu guru Galang di sekolah.''
''Apapun yang Bu Yumi buatkan, saya akan meminumnya. Saya juga senang sekali bisa mengunjungi rumah ibu. Saya hanya ingin mengenal murid dan wali murid lebih dekat saja. Apalagi kan saya juga guru baru.''
''Terima kasih sekali ya, Bu. Kalau begitu mari kita bicara di halaman belakang tapi saya buatkan ibu minum sekalian ya.''
''Iya, Bu terima kasih.'' Jawab Keira dengan ramah.
''Galang, kamu ke kamar ya belajar. Jangan pernah kecewakan tuan Handoko.''
''Iya, Bu.'' Jawab Galang dengan suara pelan.
''Bu Keira, saya masuk dulu ya,'' ucap Galang tergagap.
''Iya Galang. Semangat ya belajarnya!" kata Keira dengan senyum lebarnya.
-
Kini Keira dan Bu Yumi sedang duduk berdua di halaman belakang rumah.
''Maaf ya Bu Yumi kalau saya lancang. Bagaimana bisa data di sekolah, mencantumkan nama Tuan Handoko sebagai wali murid Galang. Kenapa bukan Ibu?'' tanya Keira yang berusaha membuka obrolan.
''Sebenarnya begini Bu Keira. Dulu suami saya juga bekerja dengan Tuan Handoko sebagai supir. Tuan Handoko dan Nyonya Handoko adalah seseorang yang sangat baik dan dermawan. Saat usia kandungan saya 8 bulan, kami memutuskan untuk pulang kampung padahal Tuan dan Nyonya melarang kami pulang, bahkan mereka bersedia membiayai biaya kelahiran saya. Karena saat itu mertua saya sakit keras. Karena perut saya yang membesar, akhirnya kami mengambil jalan tengah. Akhirnya suami saya memutuskan pulang kampung sendiran dan meninggalkan saya disini. Dia juga khawatir kalau saya kenapa-kenapa di jalan begitu juga dengan tuan dan nyonya. Namun nasib buruk menimpa suami saya, bus yang di tumpangi suami saya mengalami kecelakaan dan busnya terperosok ke dalam jurang. Akhirnya suami saya meninggal.'' Cerita Bu Yumi pada Keira dengan suara yang terasa berat. Keria lalu mengusap lembut lengan Bu Yumi.
''Setelah suami saya meninggal, akhirnya tuan dan nyonya meminta saya untuk tinggal disini. Bahkan saat Galang lahir, mereka berjanji akan menyekolahkan Galang sampai jenjang tertinggi dan menganggap Galang seperti putranya sendiri. Padahal tuan dan nyonya sudah mempunyai dua orang anak, laki-laki dan perempuan. Anak pertama namanya Den Leon dan yang kedua Non Lily. Den Leon dan Non Lily sedang menyelesaikan kuliahnya di luar negeri. Mereka kembar tapi tidak identik. Jadi tuan dan nyonya sangat menyayangi Galang seperti anak kandungnya. Apalagi anak-anak mereka sudah besar jadi mereka merindukan kehadiran anak kecil. Saat awal masuk sekolah, Galang masuk bersama saya dan saya temani. Bahkan saat itu saya menjadi walinya Galang. Tapi berhubung disana adalah sekolah elit, sementara Galang dari kampung, tentu saja Galang di bulli di hari pertamanya sekolah. Bahkan sampai rumah dia terus menangis karena di ejek anak pembantu dan kampungan.'' Kata Bu Yumi yang mulai meneteskan air matanya.
''Lalu apa yang terjadi pada Galang, Bu?''
''Disaat itu, Galang bahkan menangis ingin pindah sekolah yang bisa menerima statusnya. Namun tuan dan nyonya mendengar dan melihat kesedihan Galang. Apalagi mereka tahu Galang memang anak yang cerdas. Jadi keesokan harinya, Tuan Handoko pergi ke sekolah dan marah-marah apalagi sekolah itu adalah yayasan milik tuan Handoko. Kemudian Tuan Handoko memperkenalkan Galang sebagai putra kandungnya. Tuan dan Nyonya tidak bisa membiarkan hal ini terjadi. Sejak saat itu lah, mereka tahu kalau Galang adalah putra dari Tuan Handoko. Sejak saat itu tidak ada lagi yang membulli Galang, semuanya bersikap baik pada Galang. Bahkan setiap hari Galang selalu berangkat dan di jemput menggunakan mobil mewah. Tuan dan nyonya sangat menyayanhi Galang dan ingin memberikan yang terbaik untuk Galang. Apalagi Galang juga sudah tidak punya Ayah. Tapi saya sangat khawatir, Bu Keira.''
''Khawatir kenapa, Bu? ceritakan saja pada saya.'' Kata Keira sambil menggenggam tangan Bi Yumi.
''Saya khawatir kalau Galang menjadi orang yang sombong dan terlena dengan ini semua. Bahkan saya sangat khawatir kalau Galang menggunakan kekuasaan Tuan Handoko untuk menganggu temannya. Saya khawatir dan takut jika dia dendam dan membalas membulli mereka.''
''Tapi Bu, bagaimana sikap Galang di rumah?''
''Kalau di rumah, Galang bersikap seperti anak pada umumunya. Dia baik, sopan dan penurut. Bahkan sangat menyayangi saya. Makanya tuan dan nyonya sangat sayang padanya. Apalagi saat Galang menerima hadiah penghargaan karena kecerdasannya, tuan dan nyonya tidak pernah melewatkannya. Bahkan keduanya selalu hadir untuk memberi semangat pada Galang.''
''Apa Bu Yumi tidak merasa cemburu dengan mereka?''
''Tentu saja tidak, Bu Keira. Walaupun sebenarnya saya memang ingin sekali menghadiri acara di sekolah. Saya ingin merasakan maju di atas panggung sebagai ibu kandung Galang untuk menerima penghargaan karena kecerdasannya. Tapi saya sadar, posisi saya ini siapa. Saya rela tidak dianggap siapa-siapa, asalkan anak saya tidak di hina orang lain. Karena melihat anak saya di hina jauh lebih menyakitkan dari apapun. Jadi saya rela mengalah dan berkorban untuk kebahagiaan anak saya satu-satunya.'' Tangis Bu Yumi pun pecah. Keira lalu memberikan pelukan pada Bu Yumi.
Mendengar cerita Bu Yumi, membuat Keira mengurungkan niatnya untuk melaporkan kenakalan Galang. Karena sebenarnya Keira diam-diam merekam Galang yang tengah memalak temannya saat ia sedang menerima hukuman membersihkan kamar mandi. Galang memalak dengan selalu mengatakan bahwa ia anak dari pemilik sekolah. Target Galang adalah selalu adik kelasnya. Tentu saja mereka takut mendapat ancaman itu, apalagi Galang adalah murid kelas 6. Ternyata diam-diam Galang mendengar semua obrolan antara ibunya dan juga Keira. Galang memang penasaran dan sengaja mengikuti keduanya. Galang tak bisa menahan tangisnya saat mendengar semua cerita dari bibir ibunya yang tidak pernah ia dengan sebelumnya. Di balik semak dedaunan, Galang menahan tangisnya mengingat bahwa selama ini ibunya sangat menderita.
Bersambung.... Yukkk tinggalkan jejak, biar makin semangat authornya 🙏🙏❤️🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
Fitri Talib Jelani
Bagus ceritanya thor
2022-10-04
0
mag_ma63
smangat thoorrrr 💪💪💪💪
2022-02-24
0
Nila
bagus ceritanya KK. semangat. lanjut
2022-02-17
0