Terjebak Cinta Duda Tampan
"Brengsek !" Pukul Keira pada laki-laki bertubuh tambun itu.
"Hei, aku sudah membayarmu! Jadi layani aku!" Paksa pria setengah baya itu yang melempar tubuh Keira di atas tempat tidur.
"Aku bukan pelacur! Aku hanya pacar sewaan. Tidak ada kontak fisik berlebihan di antara kita." Bantah Keira dengan amarah setengah mati.
"Tapi aku sudah membayarmu lunas!" Bentak pria itu sambil menampar keras kewajah Keira.
"Tapi anda lupa dengan surat kesepakatan kita. Jika ada kontak fisik berlebihan apalagi kekerasaan seperti ini, anda bisa di tuntut atas tuduhan pelecehan seksual!" bentak Keira dengan sekuat tenaga. Karena kini tubuhnya telah di tindih oleh pria hidung belang itu. Keira dengan sekuat tenaga menendang alat vital pria itu. Membuat pria itu terjatuh dari tempat tidur. Keira membenarkan dressnya yang hampir melorot. Ia merapikan kembali rambutnya, memakai sepatunya kembali dan melempar cek senilai lima puluh juta pada pria itu.
"Aku tidak pernah mau menjual tubuhku, sekalipun aku dibayar mahal. Dasar tua bangka menjijikkan!'' umpat Keira dengan kasar. Keira dengan langkah buru-buru meninggalkan kamar hotel itu. Nafas Keira begitu terengah-engah, dandannya begitu berantakan.
"Sialan! Baru kali ini gue dapat penghinaan seperti ini. Gila aja teman tidur cuma lima puluh juta. Sumpah ogah banget. Apalagi jual keperawanan gue." Keira lalu menekan tombol lift untuk turun ke lantai dasar. Di saat bersamaan, seorang pria tampan dengan setelan jas rapi yang baru saja selesai meeting bersama klien VIPnya juga masuk ke dalam lift tersebut. Pria itu melirik ke arah penampilan Keira yang begitu berantakan malam itu. Lipstik yang belepotan, baju berantakan, bahkan ujung bibir Keira berdarah karena tamparan keras pria hidung belang itu.
"Pasti dia wanita malam. Sayang sekali, masih muda tapi pekerjaannya kotor." Gumam pria dalam lift itu dalam hati dengan tatapan sinis. Sementara, Keira menyembunyikan wajahnya dengan memalingkannya dari pria yang bernama Kevin itu. Hingga akhirnya lift berbunyi dan terbuka sampai di lantai dasar. Kevin berjalan dengan elegannya lalu masuk ke dalam mobil mewahnya. Sementara di ujung jalan, Johan dan Laras sudah menunggu Keira. Keira dengan wajah cemberut dan lusuh masuk ke dalam mobil.
"Kei, elo kenapa?" tanya Laras panik sambil memegangi wajah Keira.
"Elo tahu, apanya yang kolega. Gue mau di perkosa. Iya benar di hotel, sama kliennya. Itupun setelah mereka pergi, gue kira bakal udahan. Eh si tua bangka itu nyerang gue, dorong gue dan nindih gue. Nih, gue di tampar. Terus gue tendang aja tuh biji kedaluarsa," marah Keira sambil mengusap ujung bibirnya dengan tisu. Johan dan Laras tertunduk, merasa bersalah sama Keira.
"Sorry ya, Kei. Kita udah paksa elo. Gue kira nggak bakal kayak gini." Sesal Laras sembari memeluk Keira.
"Iya, Kei. Maafin gue juga ya."
"Dan ceknya, gue kembaliin sama tuh orang. Udah ya, ini terkahir kalinya gue kerja kayak gitu. Untung gue bisa lawan, coba kalau nggak, hancur masa depan gue."
"Terus habis ini elo mau kerja apa, Kei?" tanya Laras.
"Nggak tahu lah mau kerja apa. Yang penting jangan aneh-aneh. Klien makin gila juga. Belum lagi kalau ayah tahu, bisa serangan jantung."
"Ya udah, Kei. Kita pikirin besok aja ya. Mending sekarang elo ganti baju aja deh."
"Gue mana bawa. Seharusnya gue udah curiga sama dress kemben yang seksi ini. Untung gue bawa jaket. Setidaknya pas nyampai rumah, Ayah nggak curiga." Keira lalu menyisir rambutnya kembali dan mengikatnya supaya lebih rapi.
****
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Keira mengendap masuk ke dalam kamarnya. Supaya Ayahnya tidak terbangun. Namun Keira begitu terkejut saat melihat Kenny, sudah duduk di atas tempat tidur kamarnya dengan melipat kedua tangannya. Wajah Kenny tampak seram dan menatap tajam ke arah Keira.
"Darimana saja?" ketus Kenny.
"Habis pergi sama Johan dan Laras." Jawab Keira menunduk. Kenny adalah kakak kandung Keira. Kenny mengangkat dagu Keira dan melihat ujung bibir Keira berdarah.
"Kenapa bibir kamu?" tanya Kenny sinis.
"Nggak apa-apa. Udah pergi sana!" kata Keira sambil mendorong kakaknya pelan.
"Ngapain pakai baju seksi selutut gitu? buka jaketnya!" pinta Kenny dengan paksa.
"Ogah." Ketus Keira sambil memeluk tubuhnya sendiri.
"Awas ya kerja nggak bener lagi dan sampai terjadi apa-apa? habis tuh si Johan sama Laras. Mulai besok nggak usah kerja lagi. Biar aku saja yang bekerja." Tegas Kenny sambil berlalu dari kamar Keira. Keira lalu membanting tubuhnya di atas kasur. Ia mendengus dan benar-benar merasa jijik dengan dirinya sendiri.
Sementara itu Kevin baru saja tiba di rumahnya. Ia begitu lelah. Ia berjalan pulang dan masuk kedalam kamar putra yang berusia 7 tahun itu. Putra kecil Kevin itu bernama Marvel. Marvel tampak meringkuk sembari memeluk sebuah bingkai foto. Dada Kevin terasa sesak saat mengambil bingkai foto itu dari dekapan putranya itu. Wajah almarhumah istrinya, Kania. Kania meninggal saat Marvel berusia tiga tahun. Kania di vonis mengidap kanker rahim stadium akhir. Dalam lubuk hatinya, ia begitu sedih jika benar-benar tidak bisa meluangkan waktu untuk putranya. Kehilangan Kania seperti kehilangan separuh jiwa hidup Kevin. Ia sangat mencintai Kania. Baginya sulit melupakan Kania apalagi mencari sosok istri seperti Kania. Bagi Kevin, Kania itu sempurna. Kania lah yang menemaninya merintis karirnya hingga sukses seperti ini. Namun takdir berkata lain, Kania harus pergi untuk selamanya. Air mata Kevin menetes saat memandangi foto Kania, ia tak mampu menyembunyikan kesedihannya saat mengingat almarhum istrinya. Empat tahun berlalu, ia masih belum juga mencari istri dan sosok ibu untuk Marvel. Bukan belum tapi seolah tidak ingin mencari istri lagi. Karena baginya, Kania adalah segalanya. Tidak ada yang bisa seperti Kania. Kevin lalu mencium kening putranya dan meletakkan foto itu kembali di atas meja laci.
Pagi harinya, Keira sedang sarapan bersama Kakak dan Ayahnya.
"Ayah mau berdagang lagi ya."
"Berdagang apalagi sih, Yah? dagangan juga nggak balik modal, gara-gara di hutangain sama ibu-ibu." Ketus Kenny.
"Ayah nggak usah berdagang lagi, apalagi ayah jadi orang nggak tegaan. Yang ada di tipu melulu. Ayah mending berkebun aja di belakang rumah. Lumayan kan, kita nggak usah beli sayur tinggal metik." Timpal Keira.
"Kei, benar yah. Biar semua jadi tanggung jawab Kenny."
"Baiklah kalau begitu. Kei, itu bibir kamu kenapa?" tanya Ayah.
"Mmmm, itu. Keira habis jatuh aja. Kebentur lantai bibirnya." Jawab Keira dengan gagap.
"Lain kali kamu hati-hati ya, Kei."
"Iya, Yah."
-
Pagi ini, Kevin benar-benar kerepotan mengurus Marvel. Karena Mbak Rima ijin libur karena anaknya sedang sakit.
"Marvel, please, ayo pakai seragamnya!"
"Aku tidak mau masuk sekolah. Titik!"
"Lalu kamu mau apa? kamu harus pergi ke sekolah, Marvel." Bujuk Kevin yang berusaha bersikap sabar.
"Tidak! aku mau ikut Papa ke kantor. Waktu Papa habis untuk di kantor. Papa pikir, Marvel tidak kesepian apa di rumah."
"Oke, baiklah. Ayo ikut, Papa." Mendengar ucapan Papanya, Marvel benar-benar gembira. Matanya berbinar dan bibirnya mulai tersenyum.
"Serius, Pa?"
"Iya. Sekarang ayo ganti baju."
"Yeay, Marvel ikut Papa ke kantor." Teriak Marvel dengan gembira. Kevin menghela nafas panjang dan menatap kebahagaian yang di rasakan oleh putranya. Hanya perhatian dan kasih sayang, yang di butuhkan oleh Marvel. Kenakalan Marvel adalah bentuk protes karena kurangnya waktu untuk Marvel.
**Bersambung....
Halo semuanya, jangan bosan dengan cinta tentang duda ini ya. Ini sebenarnya adalah cerita author di aplikasi sebelah. Yang akhirnya author pindah dan ubah lalu pindah disini. Semoga kalian suka ya, yang jelas ini ceritanya beda dari yang sebelumnya. Terima kasih sudah membaca 🙏❤️**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
Mur Wati
udah pernah tapi pengen baca lagi
2024-04-10
0
Putri Minwa
mantap
2023-03-10
0
sita
aku baru Nemu novel ini ,jadinya baru bacah deh
2022-11-09
0