Hasan Basri, Anggoro?

Eling eling siro menungsa, temenana anggonmu ngaji

Mumpung durung den rawuhi, Malaikat juru pati

Aja sira banget banget anggonmu bungah ning alam dunya

Malaikat juru pati lirak lirik marang sira

Anggone nglirik Malaikat, arep jabut nyawa nira

Anggone jabut angenteni, dawuhe Kang Maha Mulya

Adzan Maghrib baru saja usai dikumandangkan dan sebuah syi'ir jawa mengalun indah setelahnya. Ajimukti menyipitkan matanya. Selama dua hari disini baru kali ini dirinya mendengar pujian selepas adzan. Suara adzan isya' barusan pun berbeda dengan yang biasanya. Jelas itu bukan Budi.

"Ternyata ada pujian juga, Mas."

"Iya, Lek. Kira-kira siapa ya, Lek? Suaranya enak bener. Bikin merinding."

"Sepertinya saya tahu, Mas. Kalau dugaan saya tidak salah pasti dia."

Ajimukti kembali menyipitkan matanya.

"Kita ke masjid, Mas. Mas juga akan tahu sendiri."

Tak lama Ajimukti sudah berada di dalam masjid. Beberapa santri pun sudah berada di dalam masjid melakukan sholat tahiyatal masjid. Pandangannya tertuju pada seorang pemuda yang duduk bersila dengan microphone di tangannya.

"Seperti dugaan saya, Mas. Manan yang pujian."

"Ternyata Manan memiliki suara sebagus ini ya, Lek."

Ajimukti melangkah lalu mengambil takbiratul ikram sholat tahiyatal masjid. Begitu juga Dullah.

Sholat isya' berjama'ah sudah selesai dilaksanakan. Kyai Aminudin yang menjadi imam pun sudah kembali kedalam rumahnya. Di dalam masjid hanya tinggal beberapa santri termasuk Imam dan Khalil. Yang Ajimukti dengar, mereka para santri senior setiap ba'da isya' ada kajian kitab.

Ajimukti dan Dullah beranjak meninggalkan masjid untuk kembali ke kamar, karena untuk santri seperti mereka mengaji hanya ba'da subuh dan dzuhur juga ba'da ashar di beberapa hari tertentu.

Belum jauh mereka berjalan meninggalkan masjid. Seseorang setengah berlari menyusul mereka berdua. Nafasnya ngos-ngosan ketika sudah berada didekat mereka. Ajimukti dan Dullah berhenti sejenak.

"Kenapa berhenti?"

"Kamu ini kenapa lari lari, Mas Manan?" Tanya Dullah kemudian.

"Tidak apa-apa, Lek Dul. Sudah saya mau numpang ngopi di kamar kalian. Ayo."

Manan mendahului Ajimukti dan Dullah. Ajimukti dan Dullah hanya saling pandang dan sama-sama mengangkat bahu, lalu berjalan kembali menuju kamar mereka.

Setiba dikamar, Dullah segera menyalakan pemanas air. Sementara Ajimukti dan Manan sudah sama-sama duduk di tikar yang tidak terlalu lebar.

"Rokok dulu, Mas." Ajimukti mengeluarkan sebungkus rokok dari dalam saku bajunya.

"Kamu ini. Sudah panggil nama saja. Tidak usah pakai Mas segala."

"Maaf lupa. Kebiasaan soalnya."

Tak berselang lama, Dullah datang membawa tiga cangkir kopi yang masih begitu panas.

"Wah ini yang saya tunggu. Kopi hitam. Panas."

Dullah hanya tersenyum lalu ikut duduk di tikar.

"Sejujurnya saya penasaran. Kalian ini datang darimana?" Tanya Manan kemudian.

"Sebelum kami menjawab itu. Saya ingin tahu sesuatu tentang kamu, Manan." Sahut Dullah.

Manan mengernyitkan kening.

"Maksudnya tahu tentang saya itu bagaimana ya, Lek Dul?"

"Begini, Manan. Siang tadi di aula kamu bilang sesuatu tentang Prastowo."

"Oh itu. Soal Pak dhe Prastowo itu, tho?"

Dullah mengangguk.

"Dulu sebelum Kyai Aminudin memegang seluruh kendali atas Pondok Hidayah ini dan mengubah semua aturan yang sudah ada. Pondok Hidayah ini milik seorang Kyai yang sangat baik. Beliau adalah Kyai Salim Muthoriq. Sementara Pak dhe Prastowo sendiri adalah pemasok ayam potong sekaligus sahabat baik Kyai Salim. Pak dhe Prastowo sering datang kesini membantu apapun di pondok ini. Bahkan Pak dhe tidak pernah mau dibayar meski setiap seminggu dua kali mengirim berpuluh puluh kilo ayam potong kesini."

Baik Dullah maupun Ajimukti mengangguk seakan paham akan cerita Manan.

"Kenapa saya memanggil Pak dhe Prastowo dengan sebutan pak dhe? Seperti kataku tadi siang. Bapakku dan Pak dhe Prastowo juga Kyai Salim pun berteman baik."

"Tunggu tunggu." Dullah memotong cerita Manan.

"Kamu bilang, bapakmu dan Prastowo juga Kyai Salim berteman baik kan? Kalau boleh tahu siapa nama bapakmu itu?"

"Bapakku bernama Hasan Bakri."

"Hasan Bakri?" Dullah mengerutkan keningnya.

"Apa sampeyan tahu nama bapaknya Manan itu, Lek?" Tanya Ajimukti pada Dullah.

Dullah menggelengkan kepala.

"Saya tidak pernah tahu nama itu, Mas."

"Apa mungkin beliau ini orang baru ya, Lek?"

"Bisa jadi, Mas."

"Maaf Manan. Apa kamu tahu sejak kapan bapakmu dan Prastowo ini dekat?"

Manan menggaruk garuk dagunya.

"Setahu saya ya. Bapak dan Pak dhe Prastowo ini satu guru ngaji. Dulu sewaktu masih muda bapak dan Pak dhe Prastowo belajar ngaji sama Simbah Zaini."

Dullah kembali mengerutkan keningnya.

"Bagaimana, Lek?" Tanya Ajimukti kemudian.

"Maaf Manan. Saya pernah mendengar nama Simbah Zaini itu. Tapi setahu saya beliau ini memang sempat menyalurkan ilmunya. Tapi beliau hanya punya dua murid yang biasa mengaji padanya. Satu Prastowo dan satunya lagi Anggoro namanya. Saya belum pernah dengar nama Hasan Bakri, bapakmu itu."

Tiba-tiba Manan terbahak. Ajimukti dan Dullaj saling beradu pandang tidak paham apa yang membuat Manan tertawa seperti itu.

"Ya Anggoro itu bapak saya, Lek Dul. Itu nama bapak saya waktu masih mudanya. Setelah menikah dengan ibu saya, bapak ingin memulai kehidupan baru. Sampai sampai mengganti namanya dari yang sebelumnya Anggoro menjadi Hasan Bakri."

Dullah tercengang mendengar penuturan Manan.

Abdul manan tiba-tiba mendekat ke arah Ajimukti lalu berbisik. "Bapak saya dulu itu waktu mudanya preman. Tapi ssssttt jangan bilang siapa-siapa."

Ajimukti hanya tersenyum. Sepertinya Manan tidak menyadari sesuatu.

Manan meraih gelas kopi didepannya. Ia kemudian menyeruput perlahan kopi yang masih panas itu.

"Bisakah saya bertemu bapak kamu?" Tanya Dullah kemudian.

Manan mendongak kearah Dullah lalu diletakkannya gelas kopinya.

"Bisa, Lek Dul. Biasanya setiap akhir bulan bapak pasti kesini, ya meski kalau kesini cuma sebentar habis itu bapak pasti kerumah Pak dhe Prastowo. Malah kalau disana bisa sangat lama."

"Hmmm. Baiklah kalau begitu."

"Makanya saya sejak melihat kalian tadi siang. Saya yakin kalian bukan santri seperti para santri disini yang seperti sekarang ini. Tapi jujur saya masih penasaran. Kok Lek Dul bisa kenal akrab dengan Pak dhe Prastowo?"

Dullah tidak ingin buru-buru mengatakan apapun pada Manan.

"Saya dulu juga sempat ngaji sama Simbah Zaini. Tapi tidak lama. Cuma beberapa bulan."

"Og begitu rupanya. Pantas saja kok Lek Dul ini bisa tahu nama bapak saya yang dulu."

Dullah hanya mengangguk.

"Berarti Lek Dul juga kenal bapak saya?"

"Tentu saja kenal. Makanya tadi saya tanya kapan saya bisa bertemu bapakmu itu."

Manan hanya mengangguk lalu kembali menggaruk dagunya.

"Berarti benar firasat saya sejak tadi siang."

Kembali Ajimukti dan Dullah saling beradu pandang.

"Firasat apa?" Tanya Ajimukti yang sejak tadi masih diam.

"Kalian tidak benar-benar tidak bisa ngaji kan?"

Dullah menelan ludah.

"Ya kami memang benar-benar tidak bisa ngaji kok." Ajimukti mencoba meyakinkan Manan.

Manan tersenyum mengejek. Lalu menatap Ajimukti dan Dullah dengan sangat tajam.

"Orang lain mungkin bisa kalian kelabuhi. Tapi tidak dengan Abdul Manan ini. Nalarnya saja. Lek Dul sudah kelepasan bicara kan barusan."

"Kelepasan bicara apa?" Dullah tampak gugup. Jangan-jangan dirinya sudah salah ucap.

"Lek Dul bilang kan tadi. Lek Dul pernah beberapa bulan ikut ngaji ke Simbah Zaini?"

"Iya. Lalu?"

Dullah tampak khawatir. Jangan-jangan Manan tahu dirinya sedang berbohong. Jangan-jangan Manan tahu kalau Dullah tidak pernah ngaji pada Zaini.

"Sangat tidak mungkin kalau orang yang telah ngaji sama seorang yang alim seperti Simbah Zaini sampai tidak bisa ngaji. Benar kan asumsi saya ini?"

Deg! Dullah lagi-lagi menelan ludah.

Ajimukti mengusap usap keningnya sendiri.

"Teliti sekali Manan ini. Sampai sampai dia bisa berasumsi sedetail itu." Batin Ajimukti sambil diam-diam melirik kearah Manan yang kembali menyeruput kopinya.

"Haruskah Manan ada dalam bagian rencanaku ini nantinya?" Sekali lagi Ajimukti membatin.

"Ah. Tidak tidak tidak. Jangan dulu." Bantah suara hatinya.

Untuk sesaat kamar itu hening. Hanya ada suara desiran angin dari luar yang menggoyang daun-daun kering diluar kamar itu yang samar-samar terdengar lirih memecah keheningan.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Tirta Kamandanu

Tirta Kamandanu

Dari beberapa kisah yg sudah saya baca....
sepertinya kisah ini yg menduduki peringkat teratas versi ku walau baru beberapa bab di baca.....

2022-04-06

2

yamink oi

yamink oi

up

2022-01-05

1

🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️

🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️

waalaah... Si Lek keceplosan

2021-12-31

2

lihat semua
Episodes
1 Ajimukti
2 Hidayah
3 Teman Lama Dullah
4 Jalan Hidayah
5 Kembali Ke Malang
6 Titik Awal
7 Tidak Lebih Dari Tiga Bulan
8 Hasan Basri, Anggoro?
9 Kompetisi
10 Maqam Ya?
11 Dondong Opo Salak?
12 Atur Siasat
13 Sandiwara Ajimukti
14 Gus?
15 Celetuk Dullah
16 Tragedi Surat Dewi
17 Ajimukti Aufatur Muthoriq
18 Kompetisi Lagi
19 Rumpi Santri
20 Perkenalan Dengan Putri Kyai Aminudin
21 Boss!!!
22 Punakawan
23 Filosofi Punakawan
24 Kun Pariyan, Wa Laa Takun Pakisan!
25 !!!...Waraqat Istiraahah...!!!
26 Balada Trio Senior
27 Uji Coba
28 Bibit! Bebet! Bobot!
29 Hujan!
30 Sore Itu Dipasar
31 Sebuah Janji
32 Habiba Lagi! Lagi Lagi Habiba!
33 Siapa Dia?
34 Gerak Faruq
35 Menuju Kompetisi
36 Balada Gelang Kaoka
37 Mencari Habiba
38 Kabar Kemenangan Ajimukti
39 Ah, Ternyata Habiba
40 Do'a Di Iring Shalawat
41 Bakmi Jowo
42 Pertemuan Kedua
43 Orang Tak Dikenal
44 Dia Dalam Doa
45 Curhat
46 Lelaki Tua Itu, Kembali
47 Saudara Yang Sama
48 !!!...Waraqat Istiraahah...!!!
49 Sipat Kandhel?
50 Negosiasi Perasaan
51 Khansa binti Khadzdzam
52 Nugroho Sastro Darmono?
53 Delapan Tahun Lalu
54 Ajimukti VS Budi Nugroho
55 Sukrono Sukro Rino
56 Nguri-uri Peninggalan Leluhur
57 Kalung Kayu Stigi
58 Sedulur Papat Limo Pancer
59 Nafsu Dan Hati Nurani
60 Perginya Budi
61 Mas Kyai Salim Dan Ustadz Amin
62 Bicara Mahar
63 Toleransi
64 Allah Dan Muhammad
65 Teras Ndalem
66 Perdebatan Dimulai
67 Dan Pada Akhirnya
68 Pagi Yang Cerah Senyum Merekah
69 Pertemuan Wali Santri
70 Jangan Panggil, Ning!
71 !!!...Waraqat Istiraahah...!!!
72 Mencari Aminudin
73 Kekhawatiran Sumiatun
74 Menunggu Habiba
75 Penasaran
76 Tiga Mantra Kehidupan
77 Godril Dengan Tattonya
78 Sebuah Rencana
79 Al-insaanu Hayawaanun Naathiq
80 Siapa Yang Mengirim Mereka?
81 Tidak Pantas Dipanggil Gus!
82 Problema Kehidupan
83 Wejangan Nyai Sarah
84 Sobri VS Suko
85 Prastowo Turun Tangan
86 Siapa Warsito Itu?
87 Kelicikan Suko
88 Kepulangan Ari Godril
89 Kebetulan Yang Kebetulan
90 Selebar Daun Kelor
91 Melamar Habiba
92 Balas Budi
93 Meringkus Warsito
94 Satu Nama Baru
95 Sobri
96 Mantu Kurang Ajar
97 Nugroho Dan Kehidupannya
98 Pesan Prastowo
99 !!!...Waraqat Istiraahah...!!!
100 Pokok'e Seneng
101 Malam Di Teras Langgar
102 Kesedihan Habiba
103 Obrolan Jaman Edan
104 Belum Menikah Bicara Thalaq
105 Pulang!
106 Menjemput Habiba
107 Jadilah Purnamaku, Ning!
108 Adigang, Adigung, Adiguna
109 Gejolak Hati Sobri
110 Delapan Menit
111 Pembenci Pemberi Kebaikan
112 Semakin Dekat Semakin Kasar
113 Panggil saja, Umi...!
114 Mungkinkah Wali Mastur?
115 Hal Tatazawajani...!
116 Santri Itu Tosan Aji
117 Bainal-Tsaqaafah Wad-diin
118 Belajar Dari Lalat dan Lebah
119 Ilmu Ikhlas
120 Kesadaran Ajeng
121 Ular Ular
122 Hexa, Santri Baru
123 Ajeng
124 Qulal-haqo Walaw Kan-murona
125 !!!...Waraqat Istiraahah...!!!
126 Sa...bar...!
127 Targhib Atau Tarhib?
128 Masih Tentang Hexa
129 Bro Sobri...!
130 Al 'ulamaa' Warotsatul-Anbiyaa'
131 Pertemuan Dengan Arya
132 Wang Sinawang
133 Tahlilan
134 Tamu Spesial
135 Ini Penting Untuk Wanita
136 Nengahi
137 Sinau Macapat
138 Santri
139 Kredit? Riba?
140 Nduk...!
141 Terselip Dalam Kitab
142 Pertemuan Sobri Dan Gandung
143 Sahabat Sebenarnya
144 Obrolan Membosankan
145 Sak Bab Jum'atan
146 Kembalinya Nafisa
147 Mulut Untuk Telinga
148 Kenali Dunia
149 Mas...!
150 Melunaknya Ego
151 !!!...Waraqat Istiraahah...!!!
152 Kawal Sampai Halal
153 Wali Jami'
154 Sembrono
155 Obrolan Bapak Anak
156 Nafisa
157 Non Marital
158 Sambat
159 Agen Rahasia
160 Ta’addud Al-Jumat
161 Sisi Lain
162 Hobby
163 Kekhawatiran Itu
164 Ngwejang Manan
165 Satu Hal Tentang Kebencian
166 Kalimat Dalam Selembar Surat
167 Menunggu Kunjungan
168 Ilmu Mantik
169 Bu Dhe Satu Lagi
170 Kala Hujan
171 Insya Allah
172 Binniyat
173 Kalung Temurun
174 Uluwwul Himmah
175 !!!..Waraqat Istiraahah...!!!
176 Tamu Tamu Sukrono
177 Arya's Memories
178 Mulatsih
179 Bicara Mulatsih
180 Kakak Sekaligus Guru
181 Tasamuh
182 Bertemunya Ajimukti Mulatsih
183 Kenyang
184 Santri Singa
185 Atur Pangapura
186 Langkah Awal Budi
187 Semangkok Soto
188 Adab dan Ilmu
189 Terbiasa Tak Membiasakan
190 Ruang Kunjung
191 Rahasia Hati
Episodes

Updated 191 Episodes

1
Ajimukti
2
Hidayah
3
Teman Lama Dullah
4
Jalan Hidayah
5
Kembali Ke Malang
6
Titik Awal
7
Tidak Lebih Dari Tiga Bulan
8
Hasan Basri, Anggoro?
9
Kompetisi
10
Maqam Ya?
11
Dondong Opo Salak?
12
Atur Siasat
13
Sandiwara Ajimukti
14
Gus?
15
Celetuk Dullah
16
Tragedi Surat Dewi
17
Ajimukti Aufatur Muthoriq
18
Kompetisi Lagi
19
Rumpi Santri
20
Perkenalan Dengan Putri Kyai Aminudin
21
Boss!!!
22
Punakawan
23
Filosofi Punakawan
24
Kun Pariyan, Wa Laa Takun Pakisan!
25
!!!...Waraqat Istiraahah...!!!
26
Balada Trio Senior
27
Uji Coba
28
Bibit! Bebet! Bobot!
29
Hujan!
30
Sore Itu Dipasar
31
Sebuah Janji
32
Habiba Lagi! Lagi Lagi Habiba!
33
Siapa Dia?
34
Gerak Faruq
35
Menuju Kompetisi
36
Balada Gelang Kaoka
37
Mencari Habiba
38
Kabar Kemenangan Ajimukti
39
Ah, Ternyata Habiba
40
Do'a Di Iring Shalawat
41
Bakmi Jowo
42
Pertemuan Kedua
43
Orang Tak Dikenal
44
Dia Dalam Doa
45
Curhat
46
Lelaki Tua Itu, Kembali
47
Saudara Yang Sama
48
!!!...Waraqat Istiraahah...!!!
49
Sipat Kandhel?
50
Negosiasi Perasaan
51
Khansa binti Khadzdzam
52
Nugroho Sastro Darmono?
53
Delapan Tahun Lalu
54
Ajimukti VS Budi Nugroho
55
Sukrono Sukro Rino
56
Nguri-uri Peninggalan Leluhur
57
Kalung Kayu Stigi
58
Sedulur Papat Limo Pancer
59
Nafsu Dan Hati Nurani
60
Perginya Budi
61
Mas Kyai Salim Dan Ustadz Amin
62
Bicara Mahar
63
Toleransi
64
Allah Dan Muhammad
65
Teras Ndalem
66
Perdebatan Dimulai
67
Dan Pada Akhirnya
68
Pagi Yang Cerah Senyum Merekah
69
Pertemuan Wali Santri
70
Jangan Panggil, Ning!
71
!!!...Waraqat Istiraahah...!!!
72
Mencari Aminudin
73
Kekhawatiran Sumiatun
74
Menunggu Habiba
75
Penasaran
76
Tiga Mantra Kehidupan
77
Godril Dengan Tattonya
78
Sebuah Rencana
79
Al-insaanu Hayawaanun Naathiq
80
Siapa Yang Mengirim Mereka?
81
Tidak Pantas Dipanggil Gus!
82
Problema Kehidupan
83
Wejangan Nyai Sarah
84
Sobri VS Suko
85
Prastowo Turun Tangan
86
Siapa Warsito Itu?
87
Kelicikan Suko
88
Kepulangan Ari Godril
89
Kebetulan Yang Kebetulan
90
Selebar Daun Kelor
91
Melamar Habiba
92
Balas Budi
93
Meringkus Warsito
94
Satu Nama Baru
95
Sobri
96
Mantu Kurang Ajar
97
Nugroho Dan Kehidupannya
98
Pesan Prastowo
99
!!!...Waraqat Istiraahah...!!!
100
Pokok'e Seneng
101
Malam Di Teras Langgar
102
Kesedihan Habiba
103
Obrolan Jaman Edan
104
Belum Menikah Bicara Thalaq
105
Pulang!
106
Menjemput Habiba
107
Jadilah Purnamaku, Ning!
108
Adigang, Adigung, Adiguna
109
Gejolak Hati Sobri
110
Delapan Menit
111
Pembenci Pemberi Kebaikan
112
Semakin Dekat Semakin Kasar
113
Panggil saja, Umi...!
114
Mungkinkah Wali Mastur?
115
Hal Tatazawajani...!
116
Santri Itu Tosan Aji
117
Bainal-Tsaqaafah Wad-diin
118
Belajar Dari Lalat dan Lebah
119
Ilmu Ikhlas
120
Kesadaran Ajeng
121
Ular Ular
122
Hexa, Santri Baru
123
Ajeng
124
Qulal-haqo Walaw Kan-murona
125
!!!...Waraqat Istiraahah...!!!
126
Sa...bar...!
127
Targhib Atau Tarhib?
128
Masih Tentang Hexa
129
Bro Sobri...!
130
Al 'ulamaa' Warotsatul-Anbiyaa'
131
Pertemuan Dengan Arya
132
Wang Sinawang
133
Tahlilan
134
Tamu Spesial
135
Ini Penting Untuk Wanita
136
Nengahi
137
Sinau Macapat
138
Santri
139
Kredit? Riba?
140
Nduk...!
141
Terselip Dalam Kitab
142
Pertemuan Sobri Dan Gandung
143
Sahabat Sebenarnya
144
Obrolan Membosankan
145
Sak Bab Jum'atan
146
Kembalinya Nafisa
147
Mulut Untuk Telinga
148
Kenali Dunia
149
Mas...!
150
Melunaknya Ego
151
!!!...Waraqat Istiraahah...!!!
152
Kawal Sampai Halal
153
Wali Jami'
154
Sembrono
155
Obrolan Bapak Anak
156
Nafisa
157
Non Marital
158
Sambat
159
Agen Rahasia
160
Ta’addud Al-Jumat
161
Sisi Lain
162
Hobby
163
Kekhawatiran Itu
164
Ngwejang Manan
165
Satu Hal Tentang Kebencian
166
Kalimat Dalam Selembar Surat
167
Menunggu Kunjungan
168
Ilmu Mantik
169
Bu Dhe Satu Lagi
170
Kala Hujan
171
Insya Allah
172
Binniyat
173
Kalung Temurun
174
Uluwwul Himmah
175
!!!..Waraqat Istiraahah...!!!
176
Tamu Tamu Sukrono
177
Arya's Memories
178
Mulatsih
179
Bicara Mulatsih
180
Kakak Sekaligus Guru
181
Tasamuh
182
Bertemunya Ajimukti Mulatsih
183
Kenyang
184
Santri Singa
185
Atur Pangapura
186
Langkah Awal Budi
187
Semangkok Soto
188
Adab dan Ilmu
189
Terbiasa Tak Membiasakan
190
Ruang Kunjung
191
Rahasia Hati

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!