Kembali Ke Malang

Yogjakarta pagi itu.

Disebuah teras yang masih beralaskan tanah. Salim duduk beralaskan sandal jepit. Dari mulutnya tak henti-hentinya mengepul asap rokok yang belum lama dinyalakannya.

Kartika istrinya, datang mengantarkan secangkir kopi panas kepadanya. Wanita anggun berbola mata indah dengan lesung pipi yang terlihat jelas ketika ia tersenyum itu dinikahi Salim empat tahun lalu. Selama menikah dengan Salim, dirinya tetap bertahan di Jogjakarta karena Kartika harus mengurus adiknya yang mengalami cacat fisik sejak lahir, Hutomo nama adiknya.

Meski terpisah jarak, tapi rumah tangga Salim dan Kartika hampir tidak pernah tersentuh masalah apapun. Kartika adalah wanita yang sabar ketika menghadapi Salim yang berwatak keras. Kartika sejak awal tahu seperti apa Salim. Terkadang ia pun bertanya, kenapa dulu ketika Salim datang melamarnya, ia menerima lamaran itu. Sementara orang tua Kartika tidak terlalu suka dengan Salim yang memang dikenal sebagai preman terminal dan suka sekali kekerasan. Bahkan sudah banyak lelaki dengan status sosial dan kemapanan yang jelas datang bergantian untuk mempersuntingnya. Tapi kenapa Kartika memilih Salim?

"Duduk, Dek." Salim mempersilahkan Kartika duduk. Digelarnya beberapa potong daun pisang sebagai alas untuk Kartika duduk.

"Ada beberapa hal yang ingin Mas sampaikan."

Kartika menatap tajam ke arah salim. Dengan tatapan Kartika itu, lelaki manapun pasti akan bertekuk lutut mengaguminya.

"Katakan saja, Mas." Suara lirih Kartika menandakan betapa lemah lembutnya ia.

Salim mematikan rokoknya. Menarik nafas dalam-dalam. Sejenak detak jantungnya tak beraturan.

"Apa pantas manusia sepertiku berkata, aku ingin bertaubat, Dek?"

Kartika terhenyak. Ditatapnya dalam-dalam wajah Salim disampingnya. Kartika melihat penuh keseriusan disana. Di wajah itu.

Kartika tersenyum sejenak.

"Mas, tidak ada kata terlambat. Tidak ada kata pantas tidak pantas. Selagi nafas masih berhembus walau sudah diujung kerongkongan sekalipun jika kita bersungguh-sungguh dalam bertaubat, Insya Allah, Allah selalu menerima setiap taubat dari hamba-hamba-Nya."

Salim tertunduk diam. Rasanya bibirnya kelu.

"Mungkin ini jawaban atas pertanyaan saya selama ini. Kenapa saya mau menerima Mas ketika Mas datang melamar saya waktu itu."

Salim menoleh ke arah Kartika. Mereka kini beradu tatap.

"Allah mungkin sudah mengatur semua ini, Mas. Alhamdulillah kesabaran saya berbuah sebuah hasil yang luar biasa."

Seketika Kartika memeluk Salim membuat Salim gelagapan tak tak bisa berbuat apa-apa. Untuk berkata rasanya bibirnya pun membeku sesaat.

Untuk sesaat suasana hening. Hanya nafas mereka berdua yang terdengar diantara telinga masing-masing.

Sepoi angin pagi menerbangkan suasana dingin khas pedesaan Jogjakarta. Menerbangkan bau anyir tanah yang dibasahi embun-embun yang menetes dari dedaunan. Kilauan sinar mentari sesekali terlihat silau memancarkan kilauan nya dari beberapa daun yang masih basah.

Kartika melepas pelukannya. Tanpa Salim sadari ada bulir-bulir halus mengalir dari kedua kelopak mata Kartika. Salim berusaha menyekanya. Mengusap air bening itu di kedua kulit halus pipi Kartika yang putih bersinar.

"Mungkin dua tiga minggu lagi Mas kembali ke Malang, Dek."

Kartika hanya menjawab dengan anggukan.

"Mas ingin segera menemui Pak Zaini. Seperti yang Mas ceritakan waktu itu."

"Temui beliau, Mas. Saya do'akan disana memang tempat Mas. Tempat dimana Mas menemukan hidayah itu."

Salim tersenyum. Senyum penuh keteduhan yang untuk pertama kalinya Kartika lihat dari wajah Salim.

Dua minggu setelah percakapan itu Salim pun berangkat kembali ke Malang. Kepergiannya kali ini tidak seperti kepergiannya sebelum-sebelumnya. Ada isak tangis dan segudang do'a tercurah dari Kartika mengiringi keberangkatan Salim.

Setibanya di Malang, Salim terheran dengan suasana terminal yang mulai berbeda dari setengah tahun yang lalu. Salim berjalan menyusuri setiap sudut terminal. Melewati beberapa tempat yang biasa ia gunakan untuk nongkrong bersama teman-temannya sesama preman.

Salim berhenti ke sebuah warung makan yang sepertinya belum lama buka karena sebelum ini rumah makan itu belum ada. Seorang lelaki seusianya berjalan menghampiri Salim ketika Salim sudah duduk di bangku warung itu.

"Mau pesan apa, Mas?"

Untuk sesaat Salim memandang wajah lelaki itu. Salim belum pernah melihat lelaki itu sebelumnya dan lelaki itu pun sama sekali tidak mengenali Salim.

"Sudah pasti lelaki ini orang baru di terminal." Batin Salim dalam hati.

"Ada menu apa saja, Mas?" Tanya Salim kemudian.

Lelaki itu menunjukkan buku menu. Bagi Salim ini berbeda dari biasanya. Karena tidak biasanya warung makan kecil di pinggiran terminal ada buku menu segala.

"Ini saja, Mas." Salim menunjuk menu nasi sayur dengan telur dadar.

"Baik. Ditunggu sebentar ya, Mas."

Salim hanya mengangguk sambil matanya sesekali mengamati sekeliling terminal.

Tak lama pesanan Salim pun diantar oleh lelaki tadi.

"Silahkan, Mas."

"Oh iya, Mas. Maaf mau tanya. Mas ini pedagang baru di terminal ini ya?"

Lelaki itu membalikkan pandangannya ke arah Salim.

"Iya, Mas. Belum genap satu bulan saya buka warung disini. Ya setelah ada pembersihan preman dipasar beberapa bulan lalu."

Salim mengangguk. "Pembersihan preman?" Batinnya kemudian.

"Sebelumnya Mas tinggal dimana?"

"Saya dari kampung sebelah, Mas. kebetulan istri orang sini jadi bisa dapat akses buka warung disini. Itu istri saya, Mas."

Dari dalam dapur tampak seorang wanita berkerudung keluar membawa panci berisi sayur. Wanita itu menatap tajam ke arah Salim dan suaminya. Lalu berjalan menghampiri keduanya.

"Kang Salim ya? Lama tidak kelihatan, Mas."

Rupanya wanita itu mengenali Salim. Salim hanya tersenyum tipis.

"Monggo, Kang dinikmati menu di warung saya ini."

Salim lagi-lagi hanya melempar senyum. Lalu wanita itu undur diri.

"Wah, rupanya istri saya sudah mengenal, Mas." Ucap lelaki itu setelah istrinya berjalan kembali ke dapur.

"Iya, Mas. Oh iya, Mas. Mas tadi bilang ada pembersihan preman itu bagaimana ya Mas maksudnya?" Tanya Salim kemudian.

Lelaki itu duduk.

"Begini, Mas. Ini dari yang saya tahu saja ya. Kurang lebih setengah tahun lalu disini katanya pernah ada bentrokan antar preman, Mas. Sampai-sampai ada yang meninggal karena bentrokan itu. Setelah itu entah bagaimana ceritanya, semua preman yang terlibat dalam kejadian itu menjadi buronan polisi, Mas. Kecuali para preman yang termasuk gerombolannya yang meninggal itu. Karena dengar-dengar ada dari pihak yang meninggal itu yang sengaja melapor pada polisi. Begitu kira-kira, Mas."

Salim terkejut. Sejenak ia mengerutkan keningnya.

"Siapa yang melaporkan ke polisi?" Batinnya dalam hati.

"Saya dengar itu juga dari istri saya, Mas. Karena waktu kejadian itu kebetulan saya masih di pesantren."

"Loh, Mas ini lulusan pesantren ya?"

"Iya, Mas. Bisa dibilang lulusan terbaik lah, Mas."

Salim mengangguk paham.

"Kalau boleh tahu pesantren mana, Mas?" Tanya Salim kemudian.

"Di daerah Jawa Barat, Mas."

"Jauh ya?"

"Iya, Mas. Karena bapak saya orangnya pilih-pilih kalau soal pendidikan anak-anaknya, Mas."

Sekali lagi Salim mengangguk.

"Yasudah dilanjut makannya, Mas. Saya mau melayani pembeli yang lain."

"Monggo monggo."

Salim melanjutkan makannya. Dalam benaknya kini terselip pertanyaan tentang siapa yang melaporkan kejadian tewasnya Satriyo ke polisi?

"Sudah, Mas. Jadi berapa?"

Salim menghampiri lelaki tadi untuk membayar makanannya. Lelaki itu tampak menghitung dengan jarinya.

"Jadi totalnya tujuh belas ribu, Mas."

Salim menyodorkan selembar uang dua puluh ribuan. "Kembaliannya gak usah saja, Mas."

"Wah, terima kasih, Mas."

Salim hanya tersenyum lalu melangkah keluar dari warung makan tersebut. Saat berjalan untuk meninggalkan warung makan itu, Salim sempat menoleh kembali kedalam warung. Diluar warung, terlihat jelas MMT besar bertuliskan "Warung Makan Masakan Jawa AMINUDIN".

Beberapa saat kemudian Salim sudah berdiri dihalaman sebuah rumah yang cukup besar yang masih kental dengan nuansa Jawanya. Dari tempatnya berdiri, Salim melihat seorang lelaki tua sedang memilah beberapa batang bambu menjadi wilahan-wilahan tipis.

Salim melangkah mendekat ke lelaki tua itu. Lelaki tua itu tidak menyadari kedatangan Salim. Bahkan suara langkah kaki Salim pun tidak disadarinya. Salim berhenti tepat dibelakang lelaki tua, sebelum akhirnya mengucap salam dan membuat lelaki tua itu sedikit kaget melihat kedatangan Salim.

"Bapak sudah punya firasat kalau kamu pasti akan kembali lagi, Nak Salim."

Salim hanya tersenyum.

"Tapi sudahlah. Tidak usah dibicarakan sekarang. Sekarang ayo masuk dulu. Istirahat dulu. Kamu pasti capek kan?"

"Tidak, Pak. Kebetulan tadi sudah menyempatkan istirahat di terminal, Pak."

"Oh, iya iya. Jadi kamu sudah mampir ke belakang terminal?"

Salim mengangguk pelan.

"Sekarang semua sudah berubah, Nak. Segala sesuatu memang perlu perubahan kearah yang lebih baik."

"Apa bapak juga tahu tentang pembersihan preman di terminal?"

"Malam itu beberapa orang berseragam polisi datang kesini. Mereka menanyakan tentang kematian Satriyo. Tidak ada yang bisa bapak katakan pada mereka. Bapak hanya mengatakan seperti apa yang bapak katakan padamu waktu itu. Tidak lama lalu mereka pergi."

Salim mengangguk paham. Angannya menerawang entah kemana. Dia masih belum mendapat gambaran siapa kiranya yang sudah melaporkan kejadian meninggalnya Satriyo pagi itu.

"Yasudah, kamu masuk dulu sana. Ganti pakaian kamu. Istirahat dulu, Nak."

"Baiklah kalau begitu, Pak. Saya taruh tas saya dulu ke dalam."

Salim melangkah kedalam rumah Zaini menuju kedalam sebuah kamar yang sempat hampir satu minggu di enam bulan yang lalu ditempatinya. Sebuah kamar yang banyak menyimpan kenangan tentang sahabatnya, Satriyo.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Fatkhur Kevin

Fatkhur Kevin

salim murid Aminudin

2023-09-18

0

Tirta Kamandanu

Tirta Kamandanu

Bagus....

2022-04-06

1

yamink oi

yamink oi

ohh,,Aminudin mengko mesti dadi kancane Salim aph yah

2022-01-05

1

lihat semua
Episodes
1 Ajimukti
2 Hidayah
3 Teman Lama Dullah
4 Jalan Hidayah
5 Kembali Ke Malang
6 Titik Awal
7 Tidak Lebih Dari Tiga Bulan
8 Hasan Basri, Anggoro?
9 Kompetisi
10 Maqam Ya?
11 Dondong Opo Salak?
12 Atur Siasat
13 Sandiwara Ajimukti
14 Gus?
15 Celetuk Dullah
16 Tragedi Surat Dewi
17 Ajimukti Aufatur Muthoriq
18 Kompetisi Lagi
19 Rumpi Santri
20 Perkenalan Dengan Putri Kyai Aminudin
21 Boss!!!
22 Punakawan
23 Filosofi Punakawan
24 Kun Pariyan, Wa Laa Takun Pakisan!
25 !!!...Waraqat Istiraahah...!!!
26 Balada Trio Senior
27 Uji Coba
28 Bibit! Bebet! Bobot!
29 Hujan!
30 Sore Itu Dipasar
31 Sebuah Janji
32 Habiba Lagi! Lagi Lagi Habiba!
33 Siapa Dia?
34 Gerak Faruq
35 Menuju Kompetisi
36 Balada Gelang Kaoka
37 Mencari Habiba
38 Kabar Kemenangan Ajimukti
39 Ah, Ternyata Habiba
40 Do'a Di Iring Shalawat
41 Bakmi Jowo
42 Pertemuan Kedua
43 Orang Tak Dikenal
44 Dia Dalam Doa
45 Curhat
46 Lelaki Tua Itu, Kembali
47 Saudara Yang Sama
48 !!!...Waraqat Istiraahah...!!!
49 Sipat Kandhel?
50 Negosiasi Perasaan
51 Khansa binti Khadzdzam
52 Nugroho Sastro Darmono?
53 Delapan Tahun Lalu
54 Ajimukti VS Budi Nugroho
55 Sukrono Sukro Rino
56 Nguri-uri Peninggalan Leluhur
57 Kalung Kayu Stigi
58 Sedulur Papat Limo Pancer
59 Nafsu Dan Hati Nurani
60 Perginya Budi
61 Mas Kyai Salim Dan Ustadz Amin
62 Bicara Mahar
63 Toleransi
64 Allah Dan Muhammad
65 Teras Ndalem
66 Perdebatan Dimulai
67 Dan Pada Akhirnya
68 Pagi Yang Cerah Senyum Merekah
69 Pertemuan Wali Santri
70 Jangan Panggil, Ning!
71 !!!...Waraqat Istiraahah...!!!
72 Mencari Aminudin
73 Kekhawatiran Sumiatun
74 Menunggu Habiba
75 Penasaran
76 Tiga Mantra Kehidupan
77 Godril Dengan Tattonya
78 Sebuah Rencana
79 Al-insaanu Hayawaanun Naathiq
80 Siapa Yang Mengirim Mereka?
81 Tidak Pantas Dipanggil Gus!
82 Problema Kehidupan
83 Wejangan Nyai Sarah
84 Sobri VS Suko
85 Prastowo Turun Tangan
86 Siapa Warsito Itu?
87 Kelicikan Suko
88 Kepulangan Ari Godril
89 Kebetulan Yang Kebetulan
90 Selebar Daun Kelor
91 Melamar Habiba
92 Balas Budi
93 Meringkus Warsito
94 Satu Nama Baru
95 Sobri
96 Mantu Kurang Ajar
97 Nugroho Dan Kehidupannya
98 Pesan Prastowo
99 !!!...Waraqat Istiraahah...!!!
100 Pokok'e Seneng
101 Malam Di Teras Langgar
102 Kesedihan Habiba
103 Obrolan Jaman Edan
104 Belum Menikah Bicara Thalaq
105 Pulang!
106 Menjemput Habiba
107 Jadilah Purnamaku, Ning!
108 Adigang, Adigung, Adiguna
109 Gejolak Hati Sobri
110 Delapan Menit
111 Pembenci Pemberi Kebaikan
112 Semakin Dekat Semakin Kasar
113 Panggil saja, Umi...!
114 Mungkinkah Wali Mastur?
115 Hal Tatazawajani...!
116 Santri Itu Tosan Aji
117 Bainal-Tsaqaafah Wad-diin
118 Belajar Dari Lalat dan Lebah
119 Ilmu Ikhlas
120 Kesadaran Ajeng
121 Ular Ular
122 Hexa, Santri Baru
123 Ajeng
124 Qulal-haqo Walaw Kan-murona
125 !!!...Waraqat Istiraahah...!!!
126 Sa...bar...!
127 Targhib Atau Tarhib?
128 Masih Tentang Hexa
129 Bro Sobri...!
130 Al 'ulamaa' Warotsatul-Anbiyaa'
131 Pertemuan Dengan Arya
132 Wang Sinawang
133 Tahlilan
134 Tamu Spesial
135 Ini Penting Untuk Wanita
136 Nengahi
137 Sinau Macapat
138 Santri
139 Kredit? Riba?
140 Nduk...!
141 Terselip Dalam Kitab
142 Pertemuan Sobri Dan Gandung
143 Sahabat Sebenarnya
144 Obrolan Membosankan
145 Sak Bab Jum'atan
146 Kembalinya Nafisa
147 Mulut Untuk Telinga
148 Kenali Dunia
149 Mas...!
150 Melunaknya Ego
151 !!!...Waraqat Istiraahah...!!!
152 Kawal Sampai Halal
153 Wali Jami'
154 Sembrono
155 Obrolan Bapak Anak
156 Nafisa
157 Non Marital
158 Sambat
159 Agen Rahasia
160 Ta’addud Al-Jumat
161 Sisi Lain
162 Hobby
163 Kekhawatiran Itu
164 Ngwejang Manan
165 Satu Hal Tentang Kebencian
166 Kalimat Dalam Selembar Surat
167 Menunggu Kunjungan
168 Ilmu Mantik
169 Bu Dhe Satu Lagi
170 Kala Hujan
171 Insya Allah
172 Binniyat
173 Kalung Temurun
174 Uluwwul Himmah
175 !!!..Waraqat Istiraahah...!!!
176 Tamu Tamu Sukrono
177 Arya's Memories
178 Mulatsih
179 Bicara Mulatsih
180 Kakak Sekaligus Guru
181 Tasamuh
182 Bertemunya Ajimukti Mulatsih
183 Kenyang
184 Santri Singa
185 Atur Pangapura
186 Langkah Awal Budi
187 Semangkok Soto
188 Adab dan Ilmu
189 Terbiasa Tak Membiasakan
190 Ruang Kunjung
191 Rahasia Hati
Episodes

Updated 191 Episodes

1
Ajimukti
2
Hidayah
3
Teman Lama Dullah
4
Jalan Hidayah
5
Kembali Ke Malang
6
Titik Awal
7
Tidak Lebih Dari Tiga Bulan
8
Hasan Basri, Anggoro?
9
Kompetisi
10
Maqam Ya?
11
Dondong Opo Salak?
12
Atur Siasat
13
Sandiwara Ajimukti
14
Gus?
15
Celetuk Dullah
16
Tragedi Surat Dewi
17
Ajimukti Aufatur Muthoriq
18
Kompetisi Lagi
19
Rumpi Santri
20
Perkenalan Dengan Putri Kyai Aminudin
21
Boss!!!
22
Punakawan
23
Filosofi Punakawan
24
Kun Pariyan, Wa Laa Takun Pakisan!
25
!!!...Waraqat Istiraahah...!!!
26
Balada Trio Senior
27
Uji Coba
28
Bibit! Bebet! Bobot!
29
Hujan!
30
Sore Itu Dipasar
31
Sebuah Janji
32
Habiba Lagi! Lagi Lagi Habiba!
33
Siapa Dia?
34
Gerak Faruq
35
Menuju Kompetisi
36
Balada Gelang Kaoka
37
Mencari Habiba
38
Kabar Kemenangan Ajimukti
39
Ah, Ternyata Habiba
40
Do'a Di Iring Shalawat
41
Bakmi Jowo
42
Pertemuan Kedua
43
Orang Tak Dikenal
44
Dia Dalam Doa
45
Curhat
46
Lelaki Tua Itu, Kembali
47
Saudara Yang Sama
48
!!!...Waraqat Istiraahah...!!!
49
Sipat Kandhel?
50
Negosiasi Perasaan
51
Khansa binti Khadzdzam
52
Nugroho Sastro Darmono?
53
Delapan Tahun Lalu
54
Ajimukti VS Budi Nugroho
55
Sukrono Sukro Rino
56
Nguri-uri Peninggalan Leluhur
57
Kalung Kayu Stigi
58
Sedulur Papat Limo Pancer
59
Nafsu Dan Hati Nurani
60
Perginya Budi
61
Mas Kyai Salim Dan Ustadz Amin
62
Bicara Mahar
63
Toleransi
64
Allah Dan Muhammad
65
Teras Ndalem
66
Perdebatan Dimulai
67
Dan Pada Akhirnya
68
Pagi Yang Cerah Senyum Merekah
69
Pertemuan Wali Santri
70
Jangan Panggil, Ning!
71
!!!...Waraqat Istiraahah...!!!
72
Mencari Aminudin
73
Kekhawatiran Sumiatun
74
Menunggu Habiba
75
Penasaran
76
Tiga Mantra Kehidupan
77
Godril Dengan Tattonya
78
Sebuah Rencana
79
Al-insaanu Hayawaanun Naathiq
80
Siapa Yang Mengirim Mereka?
81
Tidak Pantas Dipanggil Gus!
82
Problema Kehidupan
83
Wejangan Nyai Sarah
84
Sobri VS Suko
85
Prastowo Turun Tangan
86
Siapa Warsito Itu?
87
Kelicikan Suko
88
Kepulangan Ari Godril
89
Kebetulan Yang Kebetulan
90
Selebar Daun Kelor
91
Melamar Habiba
92
Balas Budi
93
Meringkus Warsito
94
Satu Nama Baru
95
Sobri
96
Mantu Kurang Ajar
97
Nugroho Dan Kehidupannya
98
Pesan Prastowo
99
!!!...Waraqat Istiraahah...!!!
100
Pokok'e Seneng
101
Malam Di Teras Langgar
102
Kesedihan Habiba
103
Obrolan Jaman Edan
104
Belum Menikah Bicara Thalaq
105
Pulang!
106
Menjemput Habiba
107
Jadilah Purnamaku, Ning!
108
Adigang, Adigung, Adiguna
109
Gejolak Hati Sobri
110
Delapan Menit
111
Pembenci Pemberi Kebaikan
112
Semakin Dekat Semakin Kasar
113
Panggil saja, Umi...!
114
Mungkinkah Wali Mastur?
115
Hal Tatazawajani...!
116
Santri Itu Tosan Aji
117
Bainal-Tsaqaafah Wad-diin
118
Belajar Dari Lalat dan Lebah
119
Ilmu Ikhlas
120
Kesadaran Ajeng
121
Ular Ular
122
Hexa, Santri Baru
123
Ajeng
124
Qulal-haqo Walaw Kan-murona
125
!!!...Waraqat Istiraahah...!!!
126
Sa...bar...!
127
Targhib Atau Tarhib?
128
Masih Tentang Hexa
129
Bro Sobri...!
130
Al 'ulamaa' Warotsatul-Anbiyaa'
131
Pertemuan Dengan Arya
132
Wang Sinawang
133
Tahlilan
134
Tamu Spesial
135
Ini Penting Untuk Wanita
136
Nengahi
137
Sinau Macapat
138
Santri
139
Kredit? Riba?
140
Nduk...!
141
Terselip Dalam Kitab
142
Pertemuan Sobri Dan Gandung
143
Sahabat Sebenarnya
144
Obrolan Membosankan
145
Sak Bab Jum'atan
146
Kembalinya Nafisa
147
Mulut Untuk Telinga
148
Kenali Dunia
149
Mas...!
150
Melunaknya Ego
151
!!!...Waraqat Istiraahah...!!!
152
Kawal Sampai Halal
153
Wali Jami'
154
Sembrono
155
Obrolan Bapak Anak
156
Nafisa
157
Non Marital
158
Sambat
159
Agen Rahasia
160
Ta’addud Al-Jumat
161
Sisi Lain
162
Hobby
163
Kekhawatiran Itu
164
Ngwejang Manan
165
Satu Hal Tentang Kebencian
166
Kalimat Dalam Selembar Surat
167
Menunggu Kunjungan
168
Ilmu Mantik
169
Bu Dhe Satu Lagi
170
Kala Hujan
171
Insya Allah
172
Binniyat
173
Kalung Temurun
174
Uluwwul Himmah
175
!!!..Waraqat Istiraahah...!!!
176
Tamu Tamu Sukrono
177
Arya's Memories
178
Mulatsih
179
Bicara Mulatsih
180
Kakak Sekaligus Guru
181
Tasamuh
182
Bertemunya Ajimukti Mulatsih
183
Kenyang
184
Santri Singa
185
Atur Pangapura
186
Langkah Awal Budi
187
Semangkok Soto
188
Adab dan Ilmu
189
Terbiasa Tak Membiasakan
190
Ruang Kunjung
191
Rahasia Hati

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!