'Jangan berfikir kalau masalahmu adalah yang tersulit. Berhentilah mengeluh dan berhentilah mengasihani diri sendiri. Ada batasan untuk itu.'
*****
Resti menghempaskan tubuhnya diatas kasur sederhana di ranjang berukuran single size di kamarnya. Matanya terlihat sembab setelah ia banyak menangis tadi dikamar mandi.
“Res? Sudah sholat?” Tanya Yusniar dari balik pintu kmarnya.
“Sudah kak. Baru saja selesai.” Jawab Resti.
“Bagaimana dengan makan malam?”
“Sebentar lagi kak. Aku masih lelah.” Tolak Resti.
“Yasudah, istirahatlah dulu.”
Yusniar bukan tidak tau kalau adik iparnya itu sedang dirundung masalah. Ia tau pasti sudah ada sesuatu yang terjadi kepada Resti. Tadi Yusniar mendengar suara tangisan dari dalam kamar mandi.
Tapi ia menghormati Resti. Gadis itu selalu menceritakan masalah apapun padanya jika sudah siap. Jadi Yusniar memilih menunggunya saja. Ia kemudian berbalik dan kembali menghampiri putranya yang sudah terlelap disofa dan membopongnya masuk kedalam kamar.
Resti sedang memandangi sebuah nomor dengan nama ’Irba’ diatasnya. Ya, seorang pria yang Resti suka. sudah beberapa hari ini mereka tidak berhubungan . Bahkan pesan dari Restipun tidak pernah dibaca oleh pria itu.
Perlahan dia menekan tombol panggil diponselnya. Resti berharap semoga kali ini Irba tidak sibuk dan bisa mengangkat telfonnya.
“Ya?” Jawab Irba dari seberang telfon.
Resti yang sudah rindu dengan gebetannya itu langsung tersenyum lebar.
“Apa kau sedang sibuk?”
“Tidak. Kalau sibuk aku tidak akan mengangkat telfon darimu kan?” Jawab Irba dengan intonasi yang lain dari biasanya.
“Kok begitu?” Tanya Resti sambil mengerutkan dahinya. Nada bicara Irba terdengar lain dan aneh.
“Ada apa menelfon?”
“Aku ingin bertemu. Sudah beberapa hari kita tidak bertemu.” Ujar Resti.
“Aku sedang sibuk Res. Banyak proyek yang sedang aku kerjakan.” ujar irba.
"Oh, begitu. maaf kalau aku mengganggu" Resti jadi merasa bersalah.
"Datanglah ke ulang tahunku besok lusa." Tiba-tiba suaranya terdengar renyah seperti biasanya.
“Oke. Setuju.”
“Baiklah. Berdandanlah yang cantik." Ujar Irba kemudian.
“Baiklah.”
Dan merekapun mengakhiri obrolan itu. Hati Resti kembali berbunga-bunga. Ya walaupun dia sangat merindukan pria itu, tapi mendengar suaranya sudah cukup menjadi pengobatnya.
Untuk sesaat, Resti bisa melupakan permaslahannya. Perlahan ia kemudian terlelap. Ia sungguh berharap malam ini ia akan bermimpi indah.
***
Resti memicingkan matanya. Dikejauhan, sayup-sayup sudah terdengar suara adzan subuh berkumandang. Dengan segera ia bangun dan kelaur dari kamarnya.
Saat hendak masuk kedalam kamar mandi, ternyata Yusniar juga sedang ada didalam. Jadi Resti menunggu giliran diluar kamar mandi.
Setelah selesai melaksanakan sholat, Resti membantu kakak iparnya untuk memasak sarapan didapur. Menunya sederhana saja. Nasi goreng, dengan lauk ikan asin dan sayur daun singkong yang dikuah santan.
Sesederhna itu menunya. Tapi terlihat sangat lezat.
Selesai sarapan, Resti segera bersiap-siap pergi kekantor. Tapi aktifitasnya terhenti saat Yusniar mengetuk pintu kamarnya.
“Boleh kakak masuk?” Tanya Yusniar.
“Masuklah kak.” Resti memepersilahkan.
Kemudian Yusniarpun masuk kedalam kamar Resti. Ia menenteng sebuah paper bag dan langsung menyerahkannya kepada Resti.
“Apa ini kak?” Tanya Resti sambil menerima paper bag itu.
“Setelan baru. Aku membelikannya buat kamu.” Jelas Yusniar. “Jangan lupa celana yang kamu pinjam dikembalikan, ya.” Ujarnya kemudian langsung keluar dari kamar Resti.
Sepeninggalnya Yusniar, Resti menatap kemeja putih plus celana hitam itu dengan perasaan yang campur aduk. Antara senang, tapi juga merasa tidak enak. Yusniar pasti juga tidak punya uang, sama seperti dirinya. Hasil berjualan sayur berkeliling untungnya juga pastilah tidak seberapa.
“trikmakasih banyak kak!” Teriaknya dari dalam kamar.
Resti segera memakai kemeja barunya itu. Warnanya masih cerah, berbeda dengan kemeja yang selama ini ia pakai. Warnanya sudah pudar. Dengan menghela nafas panjang, ia memantapkan niat dan pergi bekerja.
Hari ini Resti pergi bekerja dengan menggunakan angkutan umum. Dia harus berganti rute sebanyak 2 kali sampai akhirnya ia turun di halte yang berada tepat disamping gedung kantornya.
Hari ini seperti hari-hari kemarin. Ia sibuk mengerjakan pekerjaannya. Bahkan saat waktu makan siangpun, ia memilih untuk melanjutkan pekerjaannya.
Pandangan Resti sedang fokus kelayar komputer yang ada dimejanya, bahkan ia tidak tau jika Khofid sudah berdiri dibelakangnya.
“Kamu tidak pergi makan siang Resti?” Tanya Khofid.
“Tidak pak. Saya belum lapar.” Jawab Resti.
“O. Kalau begitu, bolehkah saya minta tolong?” Uar Khofid kemudian.
“Bisa pak. Mau minta tolong apa?” Jawab Resti sigap.
“Tolong antarkan ini kerumah Pak Direktur. Hari ini beliau sedang tidak sehat, jadi tidak datang kekantor. Saya butuh tanda tangannya segera.” Jelas Khofid. “Supir saya sudah menunggu dibawah. Dia akan mengantarkanmu kerumah beliau.”
“Baik pak.” Jawab Resti merasa tidak enak jika menolak. Padahal pekerjaannya juga masih menumpuk. Dia sudah terlanjur menyanggupinya tadi.
Akhirnya Restipun pergi dengan diantarkan oleh supir Khofid.
Perjalanannya memakan waktu hampir satu jam. Sebelum akhirnya mereka sampai didepan sebuah rumah mewah berlantai 2.
Seorang satpam langsung membukakan pintu gerbang untuk mereka. Karna sepertinya sopir dan satpam itu sudah saling mengenal.
“Dimana saya bisa menemui Direktur, Pak? Tanya Resti kepada satpam itu.
“Ada dibelakang. mari saya antar Mbak.” Ujar satpam itu menawarkan diri.
Resti mengikuti pak satpam dibelakangnya. Mereka menuju kebagian belakang rumah mewah itu. Resti dibuat ternganga setelah melihat kebun binatang mini di bagian belakang rumah itu.
“Silahkan tunggu disini Mbak.” Pinta pak satpam. Resti menurut.
Setelah satpam itu meninggalkannya, Resti mengedarkan pandangannya kesegala arah. Ia merasa sangat takjub. Tidak menyangka jika Direktur hobi memelihara binatang buas.
Saking takjubnya, tubuh Resti bergerak mendekati binatang-binatang itu untuk melihatnya lebih dekat.
Disana terdapat sepasang harimau, berjenis-jenis burung, dan akuarium super besar yang mendominasi tempat itu. Beberapa akuarium raksasa itu dihuni oleh ikan arwana yang juga sudah berukuran sangat besar.
“Wah. Ariga pasti senang sekali melihat semua ini.” Ucapnya pada dirinya sendiri. Mengingat kegemaran keponakannya itu kepada binatang.
“Siapa kamu?” Tanya suara seorang pria dari arah belakang Resti. Membuat gadis itu terkejut dan langsung menoleh. “Kau?!” Jun yang terkejut mendapati Resti disana.
“Oh?” Ujar Resti tak kalah terkejut. “tuan? Anda?” Resti meneliti gaya Jun yang sedang memakai kaus dan celana pendek. Tangannya menenteng sebuah ember berisi daging mentah yang sudah diiris tebal-tebal.. “Anda bekerja disini?!” Tanya Resti dengan ekspresi heran.
“Apa?”
“Wah, aku tidak menyangka ternyata anda seorang zoo keeper ya tuan. Melihat dari wajah, anda bukan seperti tipe pria penyayang binatang.” Seloroh Resti. Ia sengaja mengatakan hal itu untuk menyindir Jun.
“Kau ini bicara apa sih?” Jawab Jun acuh kemudian langsung berjalan menuju kekandang harimau dan langsung menuangkan ember berisi daging segar untuk hewan buas itu.
“Aku ingin bertemu dengan Direktur. Dimana dia?” Tanya Resti kepada Jun.
“Kenapa kau mencarinya?”
“Ada dokumen yang harus beliau tanda tangani.” Jelas Resti kemudian.
Jun masih tidak mau menatap gadis itu. Ia terus memperhatikan sepasang harimau yang sedang melahap makananya didalam kandang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Ita rahmawati
kelakuanmu res
2024-10-20
0
azril arviansyah
haduh resti ada2 aja masa arjuna dibilang zoo keeper
2022-08-19
0
Ayuna
serem banget Jun peliharaanmu. kirain cuma suka Ikan 🤣
2021-11-10
0