Diperistri Tuan Muda. (Season 2)
‘Kesulitan hidup itu memang pahit sekali rasanya. Tapi percayalah, manisnya akan segera datang menghampirimu jika kau terus bersabar.’
*****
Resti Belangi sedang fokus memacu sepeda bututnya memecah jalanan ibu kota yang padat merayap. Sepeda bekas pakai yang diberikan oleh abang tirinya itu sudah berdecit dan berkarat di bagian rantainya. Pertanda minta diganti dengan yang baru. Bahkan kalau dilihat dengan teliti, velgnya sudah agak peyot.
Gadis berumur 22 tahun itu terus mengayuh sepeda itu menuju kesebuah gedung perkantoran. Kebetulan hari ini adalah hari pertamanya bekerja setelah mendapatkan pemberitahuan kelulusannya dalam wawancara beberapa hari yang lalu.
Padahal dia hanya tamat SMA saja. Tapi untungnya perusahaan itu tidak mementingkan pendidikan formal bagi pelamar tahun ini. Jadi Resti ikut serta mendaftar untuk mendapatkan pekerjaan itu. Pengalamannya bekerja tidak diragukan lagi. Karna sudah hampir seluruh hidupnya ia habiskan untuk bekerja. Ya walupun itu hanya pekerjaan sampingan yang sama sekali tidak sebanding dengan pekerjaan kantoran, tapi itu sangat membantu Resti untuk lulus tes wawancara.
Rambut hitam lurusnya diikat serapi mungkin. Walaupun penampilannya masih bisa dikatakan jauh dari kata rapi. Kemeja putih yang nampak agak lusuh itu adalah satu-satunya kemeja paling bagus yang dimilikinya saat ini. Warnanya sudah berubah menjadi putih gading. Padahal awalnya tidak seperti itu. Sedangkan celana hitam yang sedang ia pakai merupakan milik tetangganya yang ia pinjam kemarin.
Dengan terus mengembangkan senyumnya, Resti mengayuh sepedanya. Ia sangat bersemangat. Bagaimana tidak? Keberuntungan seperti ini tidak akan dia dapatkan untuk kedua kali. Jadi dia berjanji didalam hati untuk bekerja dengan sepenuh hati selama masa magang. Jika dia bisa bekerja dengan baik, kabarnya dia bisa diangkat menjadi karyawan tetap. Itu juga jika dia berhasil melewati tiga bulan masa training yang ditetapkan oleh perusahaan.
“Eh... Mbak,, Stop,, stop,, stop,,” ujar seorang petugas satpol-pp menghentikan Resti.
Dengan terpaksa, Resti menghentikan sepedanya. Dengan sebelah kakinya yang masih bertengger di pedal, Resti menatap heran kepada petugas laki-laki itu.
“Kenapa Pak? Saya buru-buru.” Ujar Resti.
“Maskernya mana Mbak?” Tanya petugas itu lagi.
Seketika Resti meraba bagian wajahnya. Ternyata dia lupa mengenakan masker hari ini. “Aduh, saya lupa Pak. Tadi buru-buru.” Jawab Resti beralasan.
Petugas itu hanya menghela nafas saja. Tatapannya seperti tidak percaya dengan ucapan Resti.
“Beneran Pak. Sumpah.” Ujar Resti kemudian dengan membuat tanda dengan dua jarinya. Menatap serius kepada petugas itu.
“Mbak tau kan kalau sekarang bepergian itu wajib menggunakan masker?” Tanya petugas itu lagi.
“Iya Pak. Saya tau. Biasanya juga saya pakai kok. Hari ini kebetulan saya lupa karna buru-buru. Hari ini hari pertama saya bekerja Pak.” Jelas Resti panjang lebar. Berusaha meraih simpati dari si bapak petugas agar mau melepaskannya kali ini.
Wajah Resti nampak sangat meyakinkan, jadi petugas itu hanya menegurnya saja kemudian memberikan sebuah masker kepada Resti.
“Nanti jangan diulangi lagi ya Mbak. Sediakan terus masker di dalam tas. Biar kalau keluar sewaktu-waktu tidak repot.” Jelas petugas itu lagi.
“Iya pak. Iya. Saya janji.” Ujar Resti lagi. Tersenyum senang karna petugas itu akhirnya membiarkannya pergi. “Terimakasih pak.” Imbuhnya sambil mengenakan masker ke mulut dan hidungnya.
Resti kembali mengayuh sepedanya. Kali ini dengan lebih cepat. Karna waktunya sudah terpotong beberapa menit karna perihal masker tadi. Sedikit merepotkan memang. Gara-gara pandemi virus membuat semua orang harus menjaga diri, dan salah satunya dengan menggunakan masker.
Tidak biasanya juga Resti lupa mengenakan masker. Mungkin saking bahagianya mendapat pekerjaan, jadi sampai lupa semuanya. Ia bahkan tidak memperhatikan jalan dengan teliti, sampai,
BRAK.!!!!!!
Karna kurang memperhatikan jalan yang ada didepannya, sepeda Resti menabrak sebuah mobil yang sedang terparkir dipingging jalan. Karna benturan yang sangat keras itu membuat Resti hampir terpental kedepan. Dia mengaduh saat dadanya terantuk stang sepeda dengan keras. Menimbulkan rasa nyeri disana.
Belum sadar dengan akibat kecelakaan kecil itu, Resti masih memegangi dadanya saat seorang pria mendekat dan menatap Resti dan mobil itu dengan tatapan dingin secara bergantian.
Pria dengan penampakan gagah itu terus saja mendekat kepada Resti sambil terus meletakkan sebelah tangannya di kantung celananya.
Setelah sampai di belakang mobil, pria itu kemudian berjongkok dan melihat bemper mobil yang sudah sedikit penyok itu dengan teliti.
Resti yang juga sedang memperhatikan ban sepedanya yang penyok tidak tau kalau ada manusia dibelakangnya yang sedang menatapnya dengan tatapan dingin yang mematikan.
“Astaga.!!” Pekik Resti saat ia menoleh dan mendapati seonggok pria sedang berdiri dibelakangnya. Dari jarak satu meter, Resti bisa mencium aroma wangi maskulin dari pria itu.
“Apa yang sudah kau lakukan kepada mobilku?” Tanya pria itu dengan intonasi yang terdengar dingin dan menyebalkan.
“Ha?? Ehm,, itu,, aku,,, maaf, aku tidak sengaja menabraknya. Aku sungguh minta maaf tuan. Tapi sepedaku juga ringsek.” Jelas Resti dengan terbata. Karna aura pria itu sangat tidak biasa. Apalagi tatapannya, membuat Resti mati kutu.
“Apa salah mobilku kalau sepeda busukmu ikut ringsek?” Tanya pria itu lagi.
Sangat menyebalkan!. Astaga, aku sudah hampir terlambat. Bathin Resti dengan wajah yang khawatir.
Padahal jarak gedung kantor yang akan dia tuju hanya seratus meter didepan sana. Tapi ada saja yang menghalangi. Benar-benar sial.
“Tuan, maafkan saya. Saya berjanji akan membayar semua biaya perbaikannya.” Ujar Resti mencoba meyakinkan pria pemilik mobil itu. Kemudian ia segera mengeluarkan secarik kertas dan pulpen dan menuliskan nomor ponselnya disana. “Ini nomor ponsel saya. Tuan bisa mengirimkan biaya tagihan perbaikan mobil tuan kenomor itu. Dan saya berjanji akan membayarnya untuk anda.”
“Apa?!” Tanya pria itu dengan penekanan. Menatap Resti dengan dahi yang berkerut. Ia tidak kunjung meraih kertas yang disodorkan oleh Resti.
“Saya tau sekarang ini tuan pasti menganggap saya aneh, tapi saya benar-benar tidak punya waktu lagi tuan. Hari ini adalah hari pertama saya bekerja. Saya tidak ingin terlambat. Jadi tolong lepaskan saya, dan saya berjanji akan membayarnya. Ini nomor ponsel saya, tolong terimalah.” Mohon Resti lagi.
Pria itu menerima kertas yang berisi nomor ponsel Resti. Tapi tidak serta merta mempercayai ucapan gadis itu. Karna ia segera mengetik nomor itu diponselnya dan menelfonnya. Ia ingin memastikan kalau nomor itu benar nomor gadis yang sudah merusak mobilnya.
Setelah memastikan kalau nomor itu adalah benar nomor Resti, pria itu kemudian mengangguk percaya sambil meremas kertas berisi nomor yang Resti berikan tadi, kemudian membuangnya ketempat sampah yang berada tidak jauh dari mereka.
Resti tersinggung? Tentu saja. Sikap pria itu sangat menyebalkan. Kalau Resti tidak merasa bersalah, ia pasti sudah memaki pria itu. Tapi sekarang Resti menahan diri karna disini dialah yang bersalah sudah merusak mobil pria itu.
“Oke. Aku akan mengirimkan biaya perbaikannya padamu. Aku harap kau tidak terlalu terkejut.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Ita rahmawati
ya ampun apakah sesusah itu hidup resti sampe kemeja aja cuma punya 1 dn celanapun minjem 🤭
2024-10-20
0
Chen Aya
mampir thor
2024-09-02
0
Maminya Nathania Bortum
aku selalu hadir thor utk memberimu dukungan
2022-04-16
0