Motor matic milik Arsen melaju pelan menembus jalanan ibu kota, semilir angin menerpa tubuh kami. Kulihat Arsen berkali-kali mengusap lengan tangannya secara bergantian. Aku rasa dia sedang kedinginan.
Saat ini, aku memang merasa hangat berkat jaket milik Arsen, tetapi Arsen hanya memakai kaos lengan pendek yang pasti tak bisa menghalau dinginnya angin malam.
“Arsen, kamu kedinginan?” tanyaku yang pada akhirnya merasa kasihan padanya.
“Nggak papa kok, kamu masih kedinginan juga?” Arsen masih mengusap-usap lengannya.
“Nggak, aku ngerasa hangat kok,” jawabku.
Jujur, aku merasa tidak tega pada Arsen yang mulai menggigil, bisa-bisa dia sakit kalau terus begini. Secara reflek, tanganku melingkar memeluk perut Arsen, tubuhku yang tadinya berjarak dengan tubuh Arsen, sekarang malah menempel erat di punggungnya.
Aku hanya diam saja, tak ingin mengatakan apapun. Niatku hanya ingin membuat Arsen hangat, tidak ada maksud lain.
“Kimmy, kamu baik-baik saja?” tanya Arsen, dia mengusap punggung tanganku yang melingkar di perutnya.
“Udah kamu fokus nyetir aja,” jawabku sedikit malu.
Tak ada lagi percakapan di antara kami, tetapi tangan Arsen kini malah menggenggam erat kedua tanganku. Aku semakin merapatkan tubuhku pada punggungnya.
Akhirnya kami pun sampai di rumah kontrakan kami, aku yang sedikit pusing langsung masuk ke dalam rumah tanpa menunggu Arsen yang sedang mengunci pagar rumah.
Aku melemparkan tubuhku ke atas kasur. Tanpa berganti baju, aku langsung memasuki alam mimpiku.
***
Aku terbangun dengan kepala yang sedikit pusing. Aroma harum masakan memaksaku bangun di saat matahari mulai naik ke peraduan. Perutku meronta-ronta minta diisi karena harum masakan ini.
“Apa Bi Sri masak sampai ke kamarku.”
Aku dengan malas turun dari ranjang. Ah, aku lupa, ini kan di rumah kontrakan. Lalu, siapa yang masak? Apa mungkin tetangga?
Aku berjalan keluar menuju kamar mandi untuk buang air kecil, ribet sekali jika kamar tidak ada kamar mandinya. Setelah keluar dari kamar mandi, aku melihat Arsen tengah memasak di dapur.
“Hai, udah bangun?” sapanya saat aku berjalan menuju meja makan.
“Ya masa’ kalau belum bangun bisa jalan ke sini.” Aku mengambil gelas lalu menuangnya dengan air dari dispenser.
Arsen tersenyum, “Bentar lagi matang nih, aku masak tempe goreng sama sayur sop.”
“Tempe aja nggak pake ayam?” tanyaku sedikit protes.
Di rumah papa aku selalu makan dengan daging, ayam dan ikan. Bahkan saat aku kabur dari rumah beberapa waktu lalu, makananku tetap terjamin, tidak hanya tempe.
“Ayamnya belum ketangkap, makan tahu sama tempe dulu ya.” Arsen mematikan kompornya.
Laki-laki itu menuang sayur ke dalam mangkuk. Lalu, menghidangkan hasil karyanya itu ke atas meja.
“Arsen, kok kamu mau sih nikah sama aku,” tanyaku penasaran dengan alasan Arsen yang sebenarnya.
Cowok seperti Arsen, harusnya menikah dengan cewek yang bisa mengurus dia, bukan dengan aku yang malah menyusahkannya.
“Kalau aku bilang, karena aku mencintai kamu, kamu percaya nggak?” Arsen balik bertanya.
“Arsen, kenapa sih setiap aku tanya pasti kamu tanya balik?”
“Karena aku ingin jawabannya sesuai keinginan kamu.”
“Kamu nyebelin tau nggak!”
Arsen mengambilkan nasi, sayur dan lauk untukku. Lalu, mengambil untuk dirinya sendiri.
Usai makan, aku kembali ke kamar untuk mengambil ponselku. Lalu, aku duduk di ruang tengah yang bersebelahan dengan ruang tamu, tanpa ada sekat yang memisahkan kedua ruangan itu.
Setelah menyalakan televisi, aku pun tidur berbaring di atas karpet. Aku berselancar di dunia maya dan malah tak fokus dengan televisi. Aku mendapat pemberitahuan dari sosial media milikku yang menyatakan bahwa Dion telah mengikutiku di instagram.
Aku pun mulai penasaran ingin melihat seperti apa kehidupan Dion yang menurutku lebih keren dari Arsen. Aku tersenyum dan terpukau melihat koleksi foto milik Dion, semuanya ganteng dan keren.
Namun, saat aku melihat foto Arsen dan Dion berdua, jiwa kepoku meronta-ronta. Foto itu diambil di parkiran kampus, Arsen dan Dion saling merangkul dan tersenyum ke arah kamera. Dari keterangan tanggalnya, foto itu diambil hampir dua tahun lalu. Entah kenapa aku penasaran dengan komentar-komentar dari pengikut Dion, padahal di foto sebelumnya aku mengabaikan komentar-komentarnya.
Don’t touch him, He is mine. Satu komentar dari seorang wanita yang begitu menarik perhatianku. Siapa dia? Apa dia pacar Dion? Atau dia pacar Arsen.
Aku mengeklik profil wanita itu, dan untungnya dia tidak mengunci akunnya. Namanya Yumna, dia wanita yang memanggil sayang pada Arsen waktu itu. Dia sangat cantik, walaupun aku lebih cantik darinya.
Dari akun instagram Yumna, aku menemukan beberapa foto mesranya bersama Arsen. Salah satu foto yang cukup menarik adalah, foto yang diambil saat Arsen dan Yumna di pantai. Arsen meletakkan dagunya di pundak Yumna sedangkan sang wanita tampak tersenyum ke arah Arsen.
"Kamu lagi apa?" Arsen tiba-tiba telah duduk di samping kepalaku.
"Arsen." Aku yang kaget lalu menjatuhkan ponselku, dan Arsen melihat fotonya bersama Yumna di ponsel itu.
"Kamu dapat foto ini dari mana?" tanya Arsen.
"Aku …."
"Dia hanya masa laluku, masa depanku adalah kamu."
🌹🌹🌹
Maaf telat update.
Maklum ya, Othor super sibuk hari ini 🤭🤭.
Oke lah, semoga kalian puas yee..
Jangan lupa ritual jejaknya, like, komen, dan vote. Kalau mau kasih hadiah kembang sama kopi juga bokeh banget kok 🤭🤭
Oke, see u tomorrow gengs.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Desy Rs Azuz
Meleleh akoh
2023-09-10
1
Shrlxy
Aseekk
2023-05-05
0
Puji Rahayu
mleleehhh bang akohh....😍😍😍
2023-04-03
0